Bahtsul Masaail Kubro Ke-V Pondok Pesantren Putri HM Al-Mahrusiyah Lirboyo
Kediri (22/01/23) Pondok Pesantren Putri HM Al-Mahrusiyah Lirboyo kembali selenggarakan acara Bahtsul Masaail Kubro (BMK) yang Ke-V. Acara yang digelar di Aula Al-Misky (Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah III Ngampel) ini mengundang 35 unit Pondok Pesantren Putri di Jawa Timur, meliputi: Perwakilan Asrama dan kelas Madrasah Diniyah HM Al-Mahrusiyah (internal) serta segenap unit Pondok Pesantren Lirboyo, seperti PP Ar-Risalah, PP Darussalam, PP Al-Baqoroh, dll.
Selain unit Lirboyo, acara diikuti juga oleh beberapa Pondok Pesantren di Jawa Timur, salah satunya adalah PP Zainul Hasan Genggong. Hadir pula Kyai Thohari Muslim, Agus Arif Ridlwan Akbar dan Bapak Zainul Arifin sebagai Mushohih Bahtsul Masaail Kubro ke-V.
Dimulai pada pukul 07.00, para delegasi disambut dengan Tim Habsyi yang dilanjut dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an dan sambutan-sambutan. Dalam hal ini, sambutan disampaikan oleh Bapak Abdul Basith selaku Dewan Rois LBM PP Putri HM Al-Mahrusiyah.
Pada acara inti, forum diskusi menjadikan film kupu-kupu malam sebagai tema pembahasan pada jalsah ula. Sebuah film yang sedang ramai dibicarakan ini menceritakan kehidupan seorang kupu-kupu malam atau seorang wanita yang memperoleh uang dengan menjual kehormatannya.
Cuplikan film tersebut membuat dunia Tik-Tok ramai dengan banyaknya video para wanita yg mendambakan sosok Bapak Arif Dirgantara yang rela mengeluarkan uang dengan nominal RP 500.000.000,- hanya untuk bersenang-senang dalam semalam.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pandangan syari’at mengenai tindakan para wanita yang membuat konten di sosial media (seperti Tik-Tok) dengan gaya dan caption yang seakan-akan mendambakan hadirnya Pak Arif Dirgantara di sekitarnya, dan pertanyaan bagaimana hukum produser membuat film tersebut.
Adu argumen antar peserta pun berlangsung hingga pukul 11.30. Setelah itu para peserta diberi waktu satu jam untuk ishoma sebelum masuk pada jalsah tsani.
Pada jalsah tsani, Bahtsul Masaail Kubro Ke-V ini mengangkat tema saldo kirim arwah. Tradisi di kalangan Nahdliyin saat mendekati bulan Ramadhan adalah mengadakan acara kirim arwah/kirim leluhur yang dikemas dalam berbagai acara, semisal Istima’ul Qur’an, Tahlil Akbar, Fida-An dll, salah satu yang sering kita jumpai adalah acara tahlil bersama yang diadakan di pemakaman-pemakaman umum maupun di masjid.
Praktek yang terjadi di masyarakat biasanya beberapa hari sebelum pelaksanaan acara, panitia akan membagikan lembaran/blangko untuk pengisian data nama arwah. Selanjutnya pada hari-H pelaksanaan acara para jama’ah atau masyarakat sekitar menyetorkan nama-nama arwah atau leluhur mereka yang ingin dikirimi tsawab, ditahlili dan difida’i. Dan seakan sudah menjadi adat di masyarakat ketika mengumpulkan kertas catatan nama-nama arwah kepada panitia, mereka akan menyertakan sejumlah uang (semampunya). Yang ditanyakan adalah status uang kirim tersebut dan kemanakah arah tasharuf uang ini menurut pandangan fiqih.
Meski hari semakin sore, para peserta tetap semangat dan antusias hingga acara selesai dengan tuntas. Forum diskusi ini menjadi ajang penempatan keterampilan, kreatifitas dan kualitas intelektual santri di Pesantren. Berbekal niat dan tekad, para santri dituntut untuk berani mengemukakan pendapat dengan dalil-dalil ibarot sebagai penguat.
Usai jalsah tsani, para peserta melaksanakan break sholat ashar sebelum pembacaan hasil Bahtsul Masaail oleh Bapak M. Ulin Nuha. Acara dilanjut dengan penyampaian pesan kesan oleh Saudari Rif’atuz Zulfa dari PP Zainul Hasan Genggong (perwakilan peserta) dan Saudari Siti Syarifah Rohmatul Umam (perwakilan panitia).
Sebelum acara resmi ditutup, untaian kalam hikmah tersampaikan dari Beliau Bapak M. Zainul Muttaqien, M.Ag. Dalam mau’idlohnya, Beliau berpesan:
“Islam Nusantara sudah berhasil, sekarang giliran fikih peradaban harus ditegakkan. Inilah yang menjadi tema besar Nahdlatul Ulama’. Bahwa siapapun yang berkemajuan, jika ia mampu mengemban tugas itu, maka ia patut dijadikan pemimpin. Baik laki-laki maupun perempuan, mari kita ciptakan peradaban yang lebih maju.”
Beliau melanjutkan, “Saya yakin kalian adalah kader-kader perempuan hebat. Estafet keagamaan seorang perempuan itulah yang menjadi tujuan kalian. Kalau bukan kalian, siapa lagi? Di struktural PBNU pun dari Tanfidiyah nya ada yang perempuan. Maka sudah tepat bagi njenengan-njenengan yang berperan sebagai aktifis-aktifis Bahtsul Masaail untuk bisa meramaikan forum diskusi ilmiah. Ini merupakan speaking awal kalian di karir ilmiah.”
“BM itu dibilang membosankan ya membosankan. Dibilang menyenangkan ya menyenangkan. 2 2 nya ini tergantung seberapa kuat semangat kalian. Kuncinya adalah ketelatenan dan istiqomah. Kecerdasan dan kemampuan itu nomor sekian.” pungkas Dewan Perumus BMK Ke-V ini.
Acara diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh Bapak Abdur Rozaq dan diikuti dengan khidmat oleh seluruh peserta, panitia dan ustadz-ustadz yang hadir selama acara Bahtsul Masaail Kubro ke-V berlangsung.
Wallahu A’lam.