Hidup: Menghadap dan Menghidup
Dalam hidup, ada yang harus dituju. Ya, semua orang harus punya cita-cita dan goalsnya masing-masing. Agar setiap orang punya acuan dan mengerti harus bagaimana ia mengambil langkah. Untuk rumusnya, tentu tidak terlepas dari 3 hal: usaha, do’a, dan tawakal.
- Usaha, di kehidupan tentu ada sebab akibat. Bisa kita raih akibat dengan cara himpun sebab. Kita harus melakukan banyak-banyak sebab agar timbul akibat. Tentu baik buruknya akibat, besar dipengaruhi oleh baik buruknya sebab. Sebab itu adalah usaha. Butuhnya kita akan usaha untuk ingin tuju kita. Al-ajru biqadri taab. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Bukankah kita menuai apa yang kita tanam? Untuk kata tuai, kembali lagi ke diri kita sendiri, apa yang ingin kita tanam?
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
- Do’a, adalah bentuk penghambaan. Berdo’a juga bentuk kesadaran diri bahwa kita manusia merupakan makhluk yang lemah yang ketergantungan pada sesuatu yang kuat, makhluk yang miskin yang ketergantungan pada yang kaya. Pertanyaannya, siapa yang kuat? Siapa yang kaya? Allah! Kita semua butuh Allah. Karena semuanya milik Allah, Allah yang ngatur. Rezeki dan semua harapan kita itu ada di Allah. Kita harus meminta, harus meminta dengan cara berdo’a. Meski seberapa gigih dan totalitas dalam berusaha, jika Allah tidak memberikan kita bisa apa? Mengabulkan Itu hak Allah dan usaha adalah kewajiban. Lalu, salah satu dari output do’a adalah untuk memperlancar pengkabulan hajat. Sering kita dengar, berdo’a tanpa usaha itu bohong. Usaha tanpa berdo’a itu sombong. Lagi pula, do’a sebenarnya adalah suatu kewajiban. Kita diwajibkan berdo’a oleh Allah.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”
- Tawakal, berarti lain pasrah. Sudah seharusnya kita harus memasrahkan semuanya pada Allah. Tawakal juga bentuk pengingat kembali status kita sebagai makhluk dan status Allah sebagai Tuhan. Tugas kita hanya usaha dan berdo’a. Lalu, semua tugas itu dipasrahkan pada Allah. Tawakal
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“(Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.”
Lalu, dalam menghadapi kehidupan, tentu kita harus optimis. Kita harus yakin terhadap apa yang kita lakukan selama ini pasti menemui hasil. Tidak ada yang sia-sia dalam kebaikan. Selain optimis, kita juga harus husnudzon terhadap Allah, unsur yang menentukan hasil usaha kita. انا عند ظن عبدي بي. Allah itu tergantung bagaimana kita menaruh prasangka padanya. Jika kita berprasangka bahwa Allah memudahkan segala langkah juang kita, ya Allah tentu akan memudahkan. Begitu juga sebaliknya, jika kita berprasangka bahwa Allah menyulitkan segala langkah juang kita, ya pasti akan disulitkan oleh Allah.
Mudahnya, hidup ini sederhana. Kita jalani aja apa adanya. Apa yang menjadi kewajiban, ya dilakukan. Apa yang menjadi larangan, ya dihindarkan. Hiduplah bagai air yang mengalir. Meskipun, tetap mengikuti arus, tapi jangan sampai terbawa arus. Meskipun tetap harus punya tuju dan prinsip untuk hidup.
Tapi biasanya, kebanyakan dari kita itu terlalu khawatir terhadap apa yang akan datang. Terutama rezeki dan jodoh. “Ah, nanti jadi apa, ya?”, “Bisa makan nggak, ya?”, “Jodohnya siapa?” dan bla..bla..lainnya.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang rezeki dan jodoh. Karena memang hal itu sudah dijamin oleh Allah.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kita terasa mengkhawatirkan tentang masa depan. Terutama tentang rezeki daan pekerjaan. Mengingat bahwa pekerjaan dan uang adalah kebutuhan primer, di zaman yang semakin menuntut akan kebutuhan dan manusia yang berlomba-lomba mencapai tujuan, seolah masa depan begitu mengerikan untuk dibicarakan. Tapi sebenarnya, jika mindset kita sudah menanamkan segala ketakutan, keresahan, dan kekhawatiran akan masa depan, ya maka kita akan menuai apa yang kita tanam itu.
Terutama lagi tentang hal jodoh yang seharusnya tidak disikapi dengan berlebih. Mungkin bisa timbul keresahan itu disebabkan oleh jodoh yang tidak kunjung datang dan semakin tinggi untuk menyaingi kualitas pasangan, atau juga tentang biaya perasaan dan segala hal perjodohan ini.
Sudah dibilang sebelumnya, bahwa rezeki dan jodoh itu sudah dijamin oleh Allah. Ya, sudah dijamin!
Di sini, ada 2 hal yang perlu digaris bawahi: pertama, sudah dijamin; kedua, Allah yang menjamin. Masih seberapa pantas kita untuk khawatir?
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud ayat 6).
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq ayat 3).
وَمِن كُلِّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS Adz-Dzariyat ayat 49).
سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ
“Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS Yasin ayat 36).
Betapa seringnya kita mengkhawatirkan dan meresahkan akan rezeki dan jodoh yang jelas-jelas sudah dijamin, tapi pernahkah sesekali kita terlintas untuk mengkhawatirkan dan meresahkan untuk husnul khotimah atau suul khotimah? Masuk surga atau masuk neraka? Siapa yang tau? Siapa yang menjamin?
Sampai dirasa sudah jelas, sebegitu paham. Tetap semangat dalam menjalani hidup, tetap optimis, dan tenang-tenang dalam husnudzon, senang-senang dalam syukur. Tidak ada yang perlu disikapi secara berlebih. Hapus jauh-jauh segala takut, khawatir, resah, gelisah, dan segala suudzon. Innallaha ma’ana. Allah bersama kita. Apa yang kita khawatirkan itu sudah dijamin, sebegitu baiknya Allah pada makhluknya. Sebegitu sayangnya.
Semoga kita berkecukupan, semoga husnul khotimah. Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar. Aamiin.