ITAMA: Kuliah Umum Techno Preneurship, “Opportunities and Threats in a VUCA World.”
Kediri, Elmahrusy Media.
Jum’at, (10/05) Institut Teknologi Al-Mahrusiyah mengadakan Kuliah Umum Techno Preneurship dengan tema, “Opportunities and Threats in a VUCA World” yang dipandu oleh Dr. H. Edi Witjara S.T., M.H., CMA. selaku senior staf ahli kantor kepresidenan dan ahli ekonomi bisnis.
Acara yang bertempat di Auditorium ITAMA itu dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Agus Izzul Maula Dliyaullah H.Pd.I. selaku ketua Yayasan Al-Mahrusiyah.
“Berdirinya ITAMA itu sudah mendapat banyak tantangan. Seperti adanya keresahan mengenai berdirinya institut teknologi di dalam pesantren, ‘apakah kita mampu menggabungkan pemikiran ukhrowinya para santri dengan pemikiran duniawi?’ Tapi, bagi saya, hal itu adalah sebuah kelebihan tersendiri bagi ITAMA.” Ucap Gus Izzul mengawali.
Beliau juga mengharapkan agar para mahasiswa bisa memperhatikan kuliah umum ini dengan seksama, juga dengan adanya kuliah umum ini semoga hubungan Yayasan Al-Mahrusiyah dengan Dr. H. Edi Witjara bisa terjalin erat, dan pastinya semoga ITAMA bisa menjadi kampus utama di Kota Kediri.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh KH. Melvien Zainul Asyiqien, S.Hi., H.Pd.I. selaku Rektor Institut Teknologi Al-Mahrusiyah.
“Yai Imam mengharapkan, dari berdirinya SMK, hingga ITAMA ini, santri itu tidak hanya menguasai ilmu-ilmu agama, tapi juga harus menguasai ilmu-ilmu yang tampak di depan mata. Beliau mengatakan, ‘lelaki yang hakiki adalah lelaki yang mampu menggabungkan ilmu dzohir dan ilmu batin.’”
Beliau juga menjelaskan bahwasanya santri ketika nanti sudah di rumah, tidak hanya menjadi orang-orang yang berkompetensi di bidang hal-hal agama, tapi juga harus berkompetensi di bidang hal-hal formal, seperti teknologi salah satunya. Sungguh ada nilai kelebihan tersendiri bagi orang yang bertempat dalam belajar ilmu agama dan ilmu formal.
Sebelum dimulainya kuliah umum oleh Dr. H. Edi Witjara, penyerahan cenderamata diberikan oleh Agus Izzul Maula Dliyaullah. Lalu pembacaan do’a disampaikan oleh Bapak Fatah Sa’di S.Pd.I.
Hingga, kuliah umum dimulai dengan dimoderatori oleh Bapak Fajruddin Fatwa dengan seraya membacakan profil dari pemateri.
“Dari tema yang diangkat adalah tantangan dan peluang mahasiswa dalam menghadapi era VUCA atau Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity dalam peralihan society 4.0 ke 5.0.” Ucap moderator memberi pengantar kuliah umuH.
“Penemuan-penemuan hebat dunia itu banyak berasal dari tokoh IslaH. Itu mengapa saya yakin, jangan sekali-kali melihat kita yang sekarang. Tapi kalian harus punya harapan dan cita-cita, kira-kira 5 atau 10 tahun nanti mau jadi apa? Bisa memberi kontribusi apa?” Ucap Dr. Edi mengawali.
“VUCA itu sebenarnya hanya sebuah istilah belasan tahun lalu yang dicari-cari para ahli dengan melihat gejala bisnis yang cepat sekali berubah, itu kenapa dinamai volatility. Uncertainty itu nggak pasti, seperti pihak mana yang memberi aturan: pemerintah atau ekosistem. Complexcity itu parameternya macam-macam dan ditambah dengan ambiguity yaitu kebingungan. Cuma hari ini beberapa referensi sudah ditinggalkan orang, karena ini adalah toon yang membingungkan yang terkesan negatif. Hari ini orang cenderung membangun toon positif, agar sesuatu yang dipelajari ini berdampak positif. Itu mengapa sekarang VUCA itu dirubah maknanya. “V”-nya itu vision, tujuan ke depan. “U”-nya, understanding, penuh pengertian. Begitu juga perihal complexcity yang seharusnya simplify, dan ambiguity.” Lanjut Dr. Edi menjelaskan perihal VUCA dengan berbagai contoh dalam penceritaan.
Dr. Edi juga mengutarakan perihal kunci-kunci sukses perihal mahasiswa, meski berbackground santri tidak menafikan tidak sukses. Meski tinggal di pondok, bukan berarti susah mendapatkan kesempatan. Karena setiap orang punya waktu yang sama yaitu 24 jam. Dan yang namanya orang sukses itu tidak perlu banyak justifikasi alasan. Juga perihal pentingnya networking, hubungan antar manusia hingga intitusi.
Data-data prosentasi mengenai hal yang terjadi di dalam lingkup internasional, nasional, juga regional, disampaikan Dr. Edi dengan penjelasan-penjelasan konsep opini perihal bisnis yang meliputi inflasi penurunan mata uang dunia, kriminalitas dan kekerasan, pengangguran, isu regional.
Satelit pun beliau bahas. Perihal pentingnya pengetahuan luasnya wilayah nasional. Karena satelit merupakan alat yang sangat penting perihal pengambilan data-data sebuah negara. Isu-isu penggunaan data adalah hal yang perlu diperhatikan dalam ekonomi dan bisnis.
Dari sekian data-data penting yang disampaikan, terutama perihal transformasi digital, penggunaan internet dan keefektifitasnya, hingga robotic dan AI, bahwa kita jangan hanya terus menerus menjadi market, tapi jadilah pelaku. Jadilah mahasiswa dan santri yang selalu menjadi solusi, bukan menjadi isu permasalahan. Teruslah menemukan peluang di dalam kemajuan.
Lalu, dalam durasi kurang lebih 1 jam lebih oleh Dr. Edi, perihal tantangan dan peluang beserta dengan segala motivasinya, kesempatan tanya jawab diberikan MC untuk para peserta.
Dari keempat penananya, masing-masing mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas, mulai dari kiat-kiat khusus agar bisa bergabung ke BUMN, apa langkah selanjutnya untuk menghadapi stag di step sudah memiliki keyakinan dan perencanaan, apa solusi dari kemajuan teknologi yang secara tidak langsung juga menyengsarakan, dan cara pengimplementasian dan perealisian keyakinan bagi seseorang yang berfokus dalam hal keagamaan dan keakademisan dalam berperan pada sesama.
“Pemimpin yang hebat itu adalah orang yang dilahirkan dari kesulitan.” Jelas Dr. Edi di akhir pembahasan.
Acara dilanjut dengan pemberian doorprize bagi penanya terbaik dan pemberian penghargaan bagi pemateri.
Pembagian doorprize bagi penanya terbaik, pemberian pengahrgaan pemateri, “Orang yang terbaik bukan orang yang mengambil dunia tapi meninggalkan akhirat, bukan juga orang yang mengambil akhirat tapi meninggalkan dunia. Tapi orang yang terbaik kata Nabi, adalah orang yang mengambil dunia dan akhirat.” Ucap Gus Reza di sebelum pembacaan do’a yang menandakan berakhirnya acara kuliah umum ini, seraya foto bersama.
Wallahu a’lam.