9 Resep Menjadi Penuntut Ilmu Sejati Persprektif Kitab Adabu Dunya Waddin
Seorang tholibul ilmi (Penuntut ilmu) akan diangkat derajatnya, ia bahkan dipandang mulia disisi Allah Swt, semangat belajarnya mengalahkan orang-orang yang sibuk beribadah tetapi tidak mengetahui ilmunya sama sekali, karena sejatinya,
“Orang yang beribadah dengan dasar ilmu yang benar, lebih dimuliakan oleh Allah daripada ahli ibadah tetapi ilmunya kosong.” (HR. Muslim)
Mengingat betapa pentingnya untuk bertholabul ilmi, Imam Abi Hasan Ali bin Muhammad bin al-Bashri al-Mawardi dalam karyanya Adabu Dunya Wadin, memberikan 9 resep etika maupun sikap agar seorang tholibul ilmi dapat mencapai kesempurnaan sebagai penuntut ilmu yang sejati, membuatnya mahabbah (cinta) terhadap ilmu serta menjadi lantaran taufiq (penolong) dari kesesatan,
9 resep tersebut antara lain:
العقلل الذي يدرك به حقائق الأمور
“Adanya akal yang dapat membuat seseorang bertingkah laku benar disetiap perkara”
“Banyak dijumpai, ketika manusia memiliki keilmuan yang sudah mumpuni, tetapi malah berbuat maksiat sana-sini, akalnya berpikir untuk bagaimana mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan berbagai cara, menjatuhkan orang lain demi kebahagiaan yang ia cari, prinsip nya sudah jauh dari خير الناس أنفعهم للناس, makanya, dalam keterangan ini ditekankan bahwa sejatinya akal yang benar dapat menuntun manusia ke jalan kebenaran.
الفطنة التى يتصوربها غوامض العلوم
“Kecerdasan yang membawanya paham terhadap beberapa ilmu”
Manusia telah diberi kenikmatan yang luar biasa oleh Allah Swt, membuatnya lebih mulia dibanding makhluk-makhluk yang ada di muka bumi ini, nikmat itu adalah akal, oleh karena itu sepatutnya kita mensyukuri dengan belajar tanpa kenal pamrih, sebab akal yang cerdas dan bisa memahami beberapa ilmu berawal dari semangat serta keistiqomahan ketika bertholabul ilmi.
الذكاء الذي يستقربه حفظ ما تصوره وفهم م
“kemampuan mumpuni dalam menghafal dan memahami ilmu”
Didalam lingkup pesantren, seringkali terdengar pepatah “al-Fahmu Ba’da hifdzi” (hapal duru baru nantinya paham), dalam kitab Ta’limul Muta’alim karangan Syeikh Az-Zarnuji juga terdapat sebuah keterangan,
واذا ماحفضت شيأ أعده # ثم أكده غاية التّأكيد
“Ketika kamu telah hafal suatu hal (dari ilmu) maka ulangilah, kemudian kuatkanlah hal itu dengan sekuat-kuatnya.”
Sebab, paham dan hapal dalam suatu ilmu merupakan kunci dari kesuksesan serta keberhasilan dalam belajar.
الشهوة التى يدوم بها الطلب ولايسرع إليها الملل
(Cinta dan tidak mudah bosan ketika belajar)
Cinta terhadap ilmu adalah hal mutlak bagi seorang tholabul ilmi, apa jadinya jika mendengar ilmu saja sudah malas, sudah bosan, apalagi tidak minat, maka jadinya jangan harap paham apalagi menginginkan ilmunya bermanfaat.
الاكتفاء بمادة تغنيه عن كلف الطلب
(kecukupan materi pada saat mencari ilmu)
Tak bisa dipungkiri, fasilitas penunjang belajar berupa alat tulis menulis, ruangan untuk belajar dsb, merupakan kebutuhan pokok bagi pelajar, dengan sarana dan prasarana yang nyaman membuat kondisi ketika belajar mengajar lebih kondusif dan tentunya akan semakin mudah membuat paham terhadap suatu ilmu.
الفراغ الذي يكون معه التوفّر ويحصل به الاستكثار
(Sudah selesainya ketersediaan, )
Dikala masa pengembaraan selama bertholabul ilmi, murid juga perlu hal-hal yang menunjang kebutuhannya, baik dari segi materi, seperti sandang, papan dan pangan. Karena jika hal-hal seperti ini menjadi suatu masalah, takutnya murid menjadi terganggu dan tidak fokus lagi.
عدم القواطع المذ هلة من هموم وأشغال وأمراض
(Tidak adanya hal-hal yang mengganggu, seperti sakit, pekerjaan, dsb)
Salah satu perkara yang memicu terganggunya proses belajar adalah sakit dan terlalu sibuk dengan pekerjaan, dua perkara ini seminimalisir mungkin untuk dikurangi, ada banyak cara untuk menanggulanginya, kalau tidak ingin sakit berarti harus menjaga pola hidup yang sehat, lalu ketika sudah terjun dalam dunia kerja, sempatkanlah suatu waktu untuk tetap mengaji dan belajar, jika belum masanya untuk bekerja tak usah memikirkan pekerjaan terlebih dahulu, karena nikmat menjadi seorang murid adalah nikmat yang paling luar biasa dan kita patut untuk mensyukurinya.
طول العمر وإتساع المدة لينتهي بالاستكثار إلى مراتب الكمال
(Panjang umur, lamanya waktu dan hal itu menjadi banyaknya dari kesempurnaan ilmu)
Syeikh Az-Zarnuji mengatakan أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إلى اللَّهْدِ
Carilah ilmu mulai dari ayunan, hingga liang lahat (kuburan).
,ungkapan yang pas untuk menguatkan perkara diatas, artinya dari mulai kita dilahirkan dari rahim ibu sampai nanti dijemput azal oleh malaikat izroil, menuntut ilmu merupakan hal yang tidak akan ada habisnya, bahkan, selama kita hidup di dunia ini dan setiap harinya pergi ke sekolah untuk belajar, belum cukup untuk menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini, jikalau begitu jiwa-jiwa haus ilmu harus terpatri pada setiap diri manusia sampai nanti di alam akhirat.
الظفر بعالم سمح بعلمه متأن في تعلمه
(Memperoleh guru yang sudah cakap keilmuannya)
Terdapat sebuah ungkapan,
مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطَانُ
“Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah setan.” Tafsir Ruh Al-Bayan, karya Isma’il Haqqi Al-Hanafi. Jika belajar tidak dengan guru, berarti gurunya adalah setan, dengan begitu urgensi sanad keilmuan agama adalah sesuatu yang vital, bagaimana keilmuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan tentunya bersambung sampai Rasulullah Saw. Seperti halnya dalam lingkup pesantren , kita mengenal yang namanya sanadan, memperoleh sanad dari guru ataupun kyai, kemudian beliau-beliau belajar langsung dengan ulama-ulama yang di Mekkah, terus bersambung sampai Rasulullah Saw.
Begitulah beberapa resep yang diutarakan Oleh , Imam Abi Hasan Ali bin Muhammad bin al-Bashri al-Mawardi, semoga dapat menjadi Ibrah bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.