web analytics
AD PLACEMENT

Ada yang Beda Dari Berkat Bapak

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:3 Minute, 33 Second

Malam Jum’at selepas Isya’ berkat dari Bapak selalu kutunggu, Bapak memang begitu, semua makanan yang ia dapat dari luar selalu saja dibawa ke rumah, Bapak pun tak ikut makan, ia hanya bergeming “Bapak tadi sudah makan, habiskan saja itu sampai kalian kenyang.” Aku dan keempat saudaraku lantas makan dengan lahap, saling berebut untuk mendapatkan lauk ayam dengan sambal kecap yang menggoyang lidah, begitu terus selama Malam Jum’at, berkat dari Bapak selalu ditunggu. 

Bulan April ini ada yang berbeda, karena berkat Bapak setiap malam jum’at akan berhenti untuk beberapa minggu, karena faktor ekonomi, Bapak dan Ibu memutuskan untuk merantau ke sebrang pulau, mencari pundi-pundi uang demi sekolah dan kebutuhan hidup kami, adik bungsuku yang sedari tadi menangis sampai ingusnya keluar bertanya kepada Bapak

“Kenapa Ibu juga diajak? Siapa yang akan menjaga kami?” 

Ibu sedikit iba melihat adik bungsu, tapi aku tau ia coba menahan, beda dengan Bapak yang sedari tadi hanya diam memandangi si Adik Bungsu.  Akhirnya Bapak sudah tidak kuat lagi,  pertanyaan Adik Bungsu dijawab Bapak 

“Bapak akan kesepian jika Ibu tidak ikut, jadi Bapak ajak dulu ya?”

Sejak kapan Bapak bisa seromantis itu, aku hanya membatin.

“Untuk sementara kalian akan tinggal Bersama Paman, Jar aku titip anak-anak.”

“Iya Mas”

Bapak dan ibu pun pergi dengan menggunakan Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) kemungkinan selama 3 hari mereka dalam perjalanan untuk sampai ke pulau sebrang. 

Kami berempat sudah lima hari di rumah Paman Jar, dan kami butuh adaptasi, apalagi soal makan. Tepat di hari kamis adikku ketiga meminta hal yang aneh untuk Paman Jar

“Paman, nanti kan Malam Jum’at, apakah Paman dapat berkat?”

“Emm… lingkungan Paman sudah lama tidak ada acara yasinan, jadi berkat di Malam Jum’at sekarang sudah langka?” Aku melihat Paman Jar sedikit kikuk menjawab pertanyaan lugu adik ketigaku itu. 

“Ooo… pasti pada rebutan untuk jadi tuan rumah ya, Paman?” Astaga, tak habis pikir dengan pertanyaan anak belum sunat itu.

Paman Jar sedikit mengembangkan senyumnya, “Bukan, justru sebaliknya, masyarakat di sini kurang mampu, sehingga banyak yang tidak mau jika ditunjuk menjadi tuan rumah”

“Oooo… jadi pada tidak mau shodaqoh…” Aku bergegas menutup mulut adik ketiga, entah pertanyaan polos apa lagi yang beresiko membuat Paman tersinggung dan tidak enak hati. 

“Maaf Paman, adik ketiga ini memang kebanyakan tanya.” Sembari kupelototi matanya. 

“Tidak apa-apa, mungkin ketika sudah dewasa ia akan jadi orang kritis macam Ayahnya.”

“He he, Amin paman.” Selonong adik ketiga melepaskan genggaman tanganku.

Kamis malam juma’t ini kami lewatkan dengan menonton tv bersama Paman, kami hanya mengikuti saluran tv kesukaan Paman,  berita, headline, dan segala hal yang berhubungan dengan kedua hal itu, lama-lama rasa kantuk mulai menghinggapi, Aku dan ketiga Adikku pun terlelap di depan tv, dan tidur bersama Paman. 

Paginya, kalau di rumah kami langsung disuguhkan dengan makanan enak masakan Ibu, beda keadaan di Rumah Paman, kubuka penutup makanan yang terbuat dari bambu itu, dan ternyata “zonk” hanya ada sepotong tempe dan satu piring kosong bekas makan tadi malam, Adik Kedua menggerutu, “Bisa-bisanya Paman seperti ini”

“Mungkin ini karena paman belum menikah, akhirnya hidup Paman tidak bisa teratur, kalian tidak boleh seperti itu kepada Paman” Aku mencoba mengertikan adikku, agar tidak lagi salah pandang kepada Paman.

Minggu ketiga setelah kedatangan ibu

Tak menyangka, 2 minggu bersama Paman kemarin merupakan kebersamaan dengannya yang terakhir, Paman menghembuskan nafas terakhir tepat setelah jarak 1 minggu kedatangan Bapak dan Ibu, setelah rapat keluarga menentukan ahli waris dari harta Paman, kakek pun memutuskan untuk sementara tidak balik ke kampung, mendiami Rumah Paman dan mengadakan yasinan untuk keselamatan almarhum, di hari kamis malam Jum’at, Bapak Kembali membawa berkat, “Hore bapak bawa berkat” ucap adik bungsuku

“Bukan dari Bapak, tapi ini berkat dari Paman”

Kami semua terpaku, meratapi kesedihan karena ditinggal Paman. Keesokannya aku mengajak adik- adikku ke pusara paman, selepas itu kupanjatkan doa untuk Paman, di akhir doa aku mengajak berbisik di dekat pusara, “Paman, terima kasih telah melindungi kami akhir-akhir ini, Paman tidak akan sendiri, Bapak, Aku dan ketiga adikku pasti akan menyusul, menemani Paman, di alam sana, kudoakan juga semoga paman menemukan pasangan sejati paman di sana…. Sudah dulu ya Paman… tiap akhir pekan aku akan ke sini mengunjungi makam paman.” 

Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hi wa’fu anhu” doa kami terakhir meninggalkan pusara paman.                                    

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tagged with:
BerkatMalam Jum'at
AD PLACEMENT

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Mencari Pengganti Cincin Emas

Mencari Pengganti Cincin Emas

Harapan | Cerpen

Harapan | Cerpen

Menuju Ka’bah

Menuju Ka’bah

Teguran Abah Yai | Cerpen

Teguran Abah Yai | Cerpen

Bismillah, Aku Tidak Takut

Bismillah, Aku Tidak Takut

Sirep Jeding E

Sirep Jeding E

AD PLACEMENT