Al-Jazari the Moslem Engineer’s
Oleh: Tri Jaya Nursaputra
Kehebatan ilmu teknologi pada abad 21 merupakan hasil dari proses pengembangan dan inovasi ilmu dasar teknologi yang tercetus beberapa abad silam. Begitupun dengan negara-negara yang saat ini masyhur dengan kecanggihan teknologi dan mekaniknya seperti Jepang, China, Jerman atau Amerika. Mereka hanya mengembangkan dasar ilmu teknologi dan mekanik yang sudah ada.
Namun pernahkah terbesit di pikiran kita siapa sebenarnya perintis dasar ilmu teknologi dan mekanik hingga bisa menjadi sesuatu bidang ilmu yang mutakhir? Jawabannya yaitu, Ismail Al-Jazari seorang ilmuwan muslim genius yang hidup di abad 13 M. Bukan orang dari negara-negara yang saat ini terkenal dengan kecanggihan ilmu teknologi dan mekaniknya.
Asy-Syaikh Ra’is al-‘Amal Ba’di al-Zaman Abu al-‘Izz bin ‘Ismail bin al-Razzaz al-Jazari itulah nama lengkap beliau. Gelar Ra’is al-‘Amal yang disandang beliau merupakan titel untuk seorang insinyur muslim. Sedangkan gelar Asy-Syaikh dan Badi’ al-Zaman menunjukan beliau merupakan ilmuwan yang bermartabat dan tak tertandingi. Al-Jazari lahir pada tahun 1136 masehi di Al-Jazira, sebuah kawasan yang terletak disebelah utara Mesopotamia, tepatnya diantara sungai Tigris dan Eufrat. Kemudian wafat pada tahun 1206 masehi ditempat yang sama. Sebagian besar masa hidupnya dihabiskan di Diyar Bakir, Turki.
Mengikuti jejak sang Ayah, Al-Jazari mengabdikan dirinya sebagai ahli teknik dan pengrajin kepada raja-raja Dinasti Urtuq atau Artuqid di daerah Diyar Bakir dari tahun 1174 sampai 1200 M. seorang ahli teknik dan bekerja untuk Dinasti Bani Artuq, Penguasa di Mesopotamia. Sejak kecil ia sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan dan kehebatannya, ini bisa dilihat dari ketekunannya dalam melakukan kajian-kajian ilmiah yang layaknya dilakukan orang dewasa.
Atas permintaan Sultan Nasir al-Din Mahmud, Al-Jazari menuliskan seluruh penemuannya dalam sebuah risalah yang fenomenal yaitu “Kitab fi Ma’rifat al-Hiyal al-Handasiyya” atau The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Device, yang berhasil ia selesaikan pada tahun 1206 M. Dalam mahakarya ini ia mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap dengan rincian gambarnya. Tak hanya itu didalamnya juga menjelaskan teori teknik beserta instruksi perakitannya. Karyanya tersebut dinilai paling beda dengan karya ilmuwan yang lain, karena dengan kepiawaiannya Al-Jazari memaparkan secara rinci dan mendalam banyak hal terkait dengan mekanika. Inilah yang menjadi cikal bakal hadirnya robot modern seperti yang berkembang saat ini,juga kontribusi yang paling bernilai dalam sejarah teknik.
Salah satu penemuan desain mekaniknya yang sangat menakjubkan adalah The Elephant Clock (Jam Gajah). Alat tersebut tepatnya berupa jam air berbentuk gajah. Penemuannya ini dinilai sebagai karya pelopor robotik yang ada saat ini.
Tak berhenti disitu, kreatifitas Al-Jazari dalam menuangkan karyanya juga sangat mengagumkan bagaimana ia berhasil memenambahkan berbagai sistem mekanika dalam Jam Gajah yang menyimbolkan kebudayaan dari berbagai negara.
Seperti Gajah sebagai wadah air yang melambangkan kebudayaan India dan Afrika, teori Archimedes sebagai kebudayaan ilmiah dari Yunani, Karpet khas Persia, Naga yang identik dengan kebudayaan China, Burung Phoenix ciri khas Mesir kuno dan Dua Orang Pria menggunakan Jubah dan Imamah lekat dengan budaya Arab dan Timur Tengah.
Yang selanjutnya penemuannya ini juga digunakan untuk mengetahui waktu salat pada zaman itu. Prinsip kerja dari Jam Gajah Al-Jazari yang memanfaatkan air untuk otomatisasi juga digunakan pada penelitian masa selanjutnya dalam berinovasi dalam hal mekanik dan robotik.
Selain jam gajah, ia juga merakit mesin otomatis seperti robot band musik, mesin pompa air, dan roda gigi. Bahkan ia juga berhasil merancang lima mesin untuk memanfaatkan tenaga air menggantikan tenaga binatang. Diantara mesin yang berhasil ia buat diletakkan di Sungai Yazid, Damaskus untuk memasok kebutuhan air di rumah sakit yang berada di dekat sungai tersebut.
Penemuan dan pencapaian Al-Jazari dalam bidang mekanika dan robotik membuat banyak ilmuwan modern berdecak kagum seperti yang diungkapkan Donald Routledge di dalam bukunya Studies in Medieval Islamic Technology, mengatakan bahwa “Sampai zaman modern ini, tidak satupun dari sebuah kebudayaan yang mampu menandingi detailnya instruksi buat merancang, memproduksi serta menyusun beragam mesin seperti yang disusun oleh Al-Jazari.”
Selain itu George Saton dalam Bukunya yang berjudul Introduction to the History Science, 1927 juga terkesima dengan apa yang telah dilakukan oleh Al-Jazari dengan mengatakan “Tulisan karya (Al-Jazari) merupakan buku yang paling rinci dalam menjelaskan tentang mekanik dan bisa disebut puncak dari keseluruhan capaian-capaian muslim yang pernah ada.”
Dari pencapaian menakjubkan yang berhasil Al-Jazari lakukan atau ilmuwan muslim lainnya. Ini menunjukkan bahwa ajaran Islam bukan suatu ajaran yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Justru malah banyak pemikiran dan gagasan ilmuwan muslim yang bahkan sampai saat ini menjadi rujukan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan. Hemat penulis itu harus dijadikan motivasi untuk generasi muslim untuk berinovasi dalam bidang ilmu pengetahuan tanpa mengkotak-kotakan ilmu agama atau ilmu umum. Karena perlu sekulerisme ilmu pengetahuan unjuk mencapai kemajuan peradaban islam seperti beberapa abad silam. Wallahu ‘alam.