Demi membantu dan mensukseskan pelaksanaan progam pondok pesantren dan madrasah diniyah HM Al-Mahrusiyah Putri Lirboyo dalam bidang musyawaroh dan muhafadhoh, majelis musyawaroh madrasah diniyah menyelenggarakan turba (turun bareng) santri baru.
Sebagai pondok pesantren salaf semi modern dengan pendidikan formal. Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah tetap menjamin mutu dan keorsinilan ilmu salfinya. Salah satunya adalah dengan cara bermusyawarah.
Acara yang dilaksanakan pada malam Selasa, 11 Juli 2022 di aula sakan ustmany yang dipesertai oleh seluruh santri baru Pondok Pesantren Putri HM Al-Mahrusiyah Putri 1 dan dihadiri oleh segenap dewan rais diantaranya Ustadz Muhammad Sirojudin selaku rais ke-1, Ustadz Ulul Fadli selaku rais ke-2, Ustadz Sandi Irawan selaku rais ke-4, Ustadz Idham Zakariya selaku Rais ke-6, Ustadz Muhammad Fajarudin selaku rais ke-7, dan Ustadz Abdur Rozaq selaku PKM II, merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada para santri baru mengenai progam pembelajaran madrasah diniyah di Al-Mahrusiyah.
Acara pertama dibuka oleh MC dan dilanjut dengan sambutan dari Ustadz Abdur Rozaq, dalam sambutannya beliau dawuh, “Semua hal yang kita lakukan pasti ada caranya masing-masing,” tutur beliau kepada para audience.
Setelah sambutan dari PKM II, memasuki acara inti yakni sosialisasi tata tertib dan progam kerja M2M (Majlis Musyawaroh Madrasah Diniyah) oleh Ustadzah Nabila Nailunnaja, dalam sosialisasinya beliau memperkenalkan apa itu musyawaroh, bagaimana progam kerja dan waktu pelaksanaanya, serta penyuluhan tata tertib dalam bermusyawaoh.
Kemudian, barulah acara disambung diklat keroisan oleh Ustadz Muhammad Fajarudin dan Ustadz Idham Zakariya sebagai pokok acara. Dalam diklat keroisan Ustadz Muhammad Fajarudin menyampaikan, “Apa itu yang dimaksud musyawarah? Dalam Bahasa Jawanya musyawarah itu rembukan kalau Bahasa Inggrisnya discusion, tasrifan dari fi’il madi شورyang menempati shigot isim masdar. Jikalau menurut syara’nya musyawaroh adalah kegiatan dimana didalamnya kita membahas masalah-masalah yang musykil untuk diuji kebenarannya,” tutur beliau mengawali diklat.
Beliau lalu melanjutkan,“Dalam musyawarah itu terdapat rois atau roisah dan musyawirot yang telah memiliki bagian tugas masing-masing. Karena setiap orang yang faham belum tentu dapat menyampaikan kefahamannya secaran lisan, didalam musyawarah inilah para sisiwi dilatih mental dan public speakingnya. Maka dari itu pesan saya kepada para roisah yang diibaratkan jendral perang, seyogyanya jendral atau rais itu lebih matang dari musyawirot lainnya. Jika musyawirot hanya membaca materi tiga kali, rais harus membaca lebih sampai tujuh kali, sembilan kali, atau bahakan sampai sebelas kali. Jangan sampai seorang rais itu kehabisan kata-kata,” tutur beliau sebelum diklat disambung oleh Ustadz Idham Zakariya.
Setelah pemateri diklat dialihkan, Ustadz Idham Zakariya ngendikan, “Orang yang bermusyawaroh dengan yang tidak bermusyawarah itu berbeda. Bahakan Allah juga memerintahkan kepada para nabi untuk belajar, seperti dalil surah Al-A’la ayat 1-5 wahyu pertama Allah yang memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk membaca,” kemudian beliau juga memberikan quotes, “Tidak ada pertanyaan yang sulit, tapi yang sulit adalah rasa malasnya,” maksud beliau, dalam bermusyawarah itu tat kala menjumpai pertanyaan yang musykil pasti ada jawabannya. Diumpamakan seperti sebuah penyakit yang memiliki penawar obat, begitupun sebuah pertanyaan atau permasalahan pastinya telah memiliki jawaban, tinggal bagamana kita untuk menemukan jawaban dari pokok permasalahannya.
Beliau kemudian berpesan, “Tanamkan rasa cinta dan butuh kepada musyawaroh,” makna tersirat dari pesan beliau adalah dengan dasar cinta kita menjadi bahagia dan tidak ada kata terpaksa untuk melakukannya. Dan dengan begitu musyawarah pun dapat berjalan tertib dan bermanfaat sebagaimana mestinya, pesan motivasi tersebut beliau tujukan kepada seluruh audience khususnya kepada santri baru sebagai bekal dan kunci belajar di madrasah Al-Mahrusiyah.
Setelah dibimbing kurang lebih selama satu setengah jam, sebelum menuju penghujung acara Ustadz Sirojudin atau kerap disapa dengan panggilan Abi Siroj menyelipkan pesan dan cuplikan kisah inspiratif, “Pada zamannya Rasulullah ketika mengadakan halaqoh semacam musyawarah itu tidak ada yang bertanya. Tiba-tiba ada seorang wanita bernama Sohabah yang bertanya kepada Rasulullah mengenai permasalahan wanita. Dan karena satu pertanyaan itulah, wanita tersebut langsung difonis baginda nabi masuk surga. Karena sebab pertanyaan si wanita, para sohabat baik laki-laki maupun perempuan menjadi faham dan mengerti pokok permasalahan wanita dan bagaimana solusinya. Maka dari itu janganlah malu untuk bertanya, siapa tahu itu menjadi wasilah kebaikan anda,” selanjutnya beliau menyambungnya dengan do’a yang menjadi penutup acara diklat keroisan santri baru. Waallahu a’lam
Pondok pesantren Lirboyo semakin didepan,,mencetak generasi yg solikhah tawadhu dan melenial,,,slalu jaya pesantren Lirboyo