web analytics

Apa Kabar Ekologi Indonesia?

Apa Kabar Ekologi Indonesia?
0 0
Read Time:6 Minute, 21 Second

Alam dan lingkungan tidak bisa dipisahkan dengan semua makhluk. Karenanya, menjadi tempat bergantung hidup: lahir, tumbuh, berkembang, sampai akhirnya mati. Dalam hidup ini, Allah telah memberikan semuanya pada makhluk apapun yang diinginkan pada alam. Bumi sebagai satu-satunya planet yang memiliki kehidupan, dipenuhi oleh segala sumber daya yang melimpah. Dan Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber daya yang selalu membuat iri negara lain. Selain keserakahan, bukankah penjajahan tanda dari iri itu sendiri? Ya, berbagai bangsa asing telah menginjak tanah air ini dan hasil buminya adalah salah satu hal yang menjadi tujuan.

Sadar akan alam dan lingkungan sekitar menjadi suatu keharusan bagi setiap individu yang menempatinya. Bukan hanya sadar, tapi bentuk perwujudannya juga harus diterapkan. Kita kerja nyata dengan segala hal yang menciptakan dan merawat alam dan lingkungan yang ada. Dengan hal demikian, Allah Swt telah memperingatannya dalam Q.S Al-A’raf ayat 85,

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ

“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.”

Allah sampai memperingati seperti itu, selaras dengan apa yang dikhawatirkan malaikat akan penciptaan khalifah di muka bumi yang tertuang dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30. Manusia yang disebutnya sebagai makhluk, ‘man yufsidu fiha’.

Lalu apakah benar seperti itu? Kita lihat saja pada negara kita, Indonesia, negara yang katanya subur makmur. Negara yang katanya, “tanah surga”. Jika kita melek dan melihat apa yang terjadi dengan nasib kondisi alam dan lingkungannya. Kita coba menelisik peduli akan hutan. Tentu kita membangga-banggakan hutan kita. Hutan yang menyebabkannya mendapat gelar “paru-paru dunia”. Di Pulau Kalimantan saja hutan mendapat 47% dengan luas 40,8 juta hektar dari luas Pulau Kalimantan yang 743.330 km². Pulau yang memiliki peringkat terbesar kedua di Indonesia dan ketiga di dunia setelah Pulau Papua ini, ternyata harus kita banyak mengelus dada akan perkembangan dan penebangannya.

Menurut hasil analisis Global Forest Watch 2002-2020 hutan di Kalimantan Barat saja memperlihatkan hilangnya sekitar 1,25 juta hektar lahan hutan. Begitu juga analisis Yayasan Auriga mendapati, Kalbar memiliki perkebunan sawit seluas 1,89 juta hektar, antara lain masuk kawasan hutan 189.121 hektar. Dan Hendrikus Adam, dari Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Kalbar, mengatakan, deforestasi atau penebangan hutan yang dialih fungsikan menjadi lahan nonhutan terbesar disumbangkan alih fungsi hutan untuk perkebunan sawit. Dalam beberapa tahun belakangan ini bencana ekologis kerap terjadi. Semakin ke sini luas wilayah hutan di Kalimantan semakin berkurang.

Hal yang menyebabkan semua itu tidak lain dan tidak bukan karena bentuk keserakahan manusia. Salah satu faktor dari penurunan luas tutupan hutan adalah masifnya jumlah konsesi yang memanfaatkan kawasan hutan dan lahan. FWI (Forest Watch Indonesia) mencatat hingga 2017 terdapat 32 juta hektar hutan alam yang sudah dibebani izin berusaha.

Khusus untuk Kalimantan, besaran paling luas yakni 12,8 juta hektar hutan yang dilepas untuk izin usaha. Angka itu terdiri dari 5,2 juta hektar untuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH), 756 ribu untuk Hak Tanaman Industri (HTI), 642 ribu untuk perkebunan kelapa sawit dan 1,5 juta untuk tambang. Juga ada 4,6 juta lahan hutan yang masih tumpang tindih antara izin untuk HPH, HTI, perkebunan kepala sawit dan tambang. Data ini belum termasuk area yang dikuasai oleh perhutani.

Sungguh miris. Kita sungguh tidak bisa membayangkan apa jadinya dengan hutan kita di kemuadian hari, jika persoalan ini masih saja terjadi. Itu baru soal hutan di Kalimantan Barat, belum di Kalimantan lainnya dan pulau serta daerah di Indonesia. Bukan karena apa, kita semua tau bahwa hutan adalah wadah ekosistem makhluk hidup yang tidak bisa berpisah darinya. Sudah berapa banyak dari flora dan fauna kita yang terancam punah atau bahkan yang sudah punah sekalipun karena eksploitasi serta deforestasi keserakahan manusia. Tidak hanya itu, dengan terbabatnya  lahan hutan dan pohon-pohon, terbabatnya pula pasokan oksigen negara kita.

Lalu, coba kita geser sedikit untuk menengok kondisi laut, kondisi bahari kita. Tentu kita juga membanggakan salah satu aspek kaya alam kita satu ini. Saking kayanya, kita pun sampai digelari sebagai, “negara maritim”. Tetapi, kita tidak bisa menutup telinga dan mata akan kondisi sebenarnya dari laut kita.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2). Mengingat luas lautan Indonesia yang totalnya 3,25 juta km2, bisa diperkirakan bahwa jumlah sampah di laut Nusantara secara keseluruhan sudah mencapai 5,75 juta ton. Jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik, dengan bobot seberat 627,80 g/m2. Jumlah itu memiliki proporsi 35,4% dari total sampah di laut Indonesia pada 2020. Selain sampah plastik, sampah kaca dan keramik juga terbilang cukup banyak hingga mencapai 226,29 g/m2 atau 12,76% dari total sampah di laut. Kemudian sebanyak 224,76 g/m2 sampah yang ada di lautan Indonesia berupa logam. Diikuti sampah berupa kayu 202,36 g/m2 dan sampah lainnya 173,73 g/m2. Ada juga sampah berupa karet sebesar 110,64 g/m2, sampah busa plastik 56,68 g/m2, serta sampah kertas dan kardus sebesar 21,86 g/m2.

Menurut Kementeian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Perkiraan pakar – 80 % sampah laut berasal dari daratan yang disebabkan karena kurangnya layanan pengolahan limbah padat di daratan dan sampah yang terbawa dari aliran sungai/kanal. Kebanyakan sampah lautan itu bersumber dari kapal, jaring ikan yang tidak terpakai dan bencana alam (tsunami). Sekitar 70 % sampah laut (yang berat), seperti glass, logam, dan peralatan lainnya mengendap ke dasar laut, sisanya (yang lebih ringan) mengapung atau mengambang, seperti plastik. Sekitar 70kg plastik/km2 ditemukan di North Pacific Gyre, rata2 dunia 1kg plastik/km2. Sampah plastik membunuh 100,000 mammalia laut dan 2 juta burung- burung laut setiap tahunnya. Peneliti dari Universitas Hasanudin dan University of California, Davis School of Veterinary Medicine, menemukan bahwa 25 % ikan yang dijual di pasar Kota Makasar telah mengandung plastik (Scientific Reports, 2015). Sampah plastik makro di Selayar, rata-rata 9.5 ± 2.7 jenis/m2 dengan berat 229.2 ± 109.9 g/m2, merugikan ekonomi sekitar 192.9 juta rupiah pertahun dan perbaikan alat penangkap ikan sekitar 156.2 juta rupiah per tahun (Hermawan, et.al, 2017).

Padahal Allah lagi-lagi melarang akan perusakan ekosistem ini, sebagaimana Q.S Ar-Rum ayat 41,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Bagi setiap orang, termasuk santri sekalipun juga berperan menjaga alam dan ekosistem. Tidak harus langsung melangkah jauh pada ranah laut dan hutan. Santri bisa memulainya dengan hal kecil dan dekat, seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar: pondok, kamar, sekolah. Hingga, sesuailah dengan apa yang telah mereka hafal dan pelajari, “annazhofatu minal iman,” kebersihan sebagian dari iman.

Husein Muhammad, salah satu jebolan santri mengingatkan teman-teman santri lainnya akan kepekaan ekosistem, alam, dan lingkungan yang tertuang dalam bukunya, Islam.

لقد غرسوا حتى كلنا واننا * لنغرس حتى ياءكل الناس بعدنا

Kakek dan nenek kita telah menanam

Dan hari ini kita memetiknya

Betapa baiknya bila kita sekarang menanam

Biar anak cucu kita kelak memetiknya

 

Wallahu A’lam.

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like