Kediri-Pers Mahrusy (04/09), Memasuki bulan robiul awal yang dikenal sebagai bulan istimewa atas lahirnya manuasia mulia bagainda nabi Muhammad SAW sang kekasih Allah SWT. Pondok pesantren HM Al-Mahrusiyah putri tepatnya asrama Darur Rosyidah (Darsyi) dan Daruz Zaenab (darzen) kembali menggelar pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jilani.
Acara yang digelar dalam rangka memperingati maulid nabi dan haul Ibu Nyai Hj Qomariyah ini di mulai ba’da sholat magrib berjam’ah dengan di partisipasi oleh seluruh santri putri asrama darsy, darzen serta beberapa tamu undangan. Maulid nabi dan peringatan haul Ibu Nyai Hj Qomariyah pada tahun ini terlihat begitu meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dengan backdrop berhias tumblr lamp, maulid nabi yang mengusung tema ta’dzim maulid ini napak lebih cerah dan berwarna.
Selain itu maulid nabi pada tahun1445 H, terasa lebih istimewa karena berlokasi di aula baru gedung darsyi. Nuansa aula yang ke timur tengahan bak Kota Tarim serta dresscode baju putih dan jilbab putih menjadikan acara terlihat begitu sakral dan suci.
Usai melantunkan syair-syair manaqib Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Jilani dan maulid ad-diyaul lami’, acara disambung mauidzoh hasanah oleh beliau Ning Hj Ita Rosyidah Miskiyah, yang merupakan cucu dari Ibu Nyai Hj Qomariyah.
Dalam mauidzohnya beliau dawuh, “Pada malam ini terdapat dua moment dalam satu moment, yaitu moment haul Ibu Nyai Hj Qomariyah dan ta’dzim maulid nabi SAW. Kita semua berbahagia karena dalam moment ini, pertama kita berkumpul untuk ajang kirim do’a, kedua kita berkumpul untuk ikhtirom dan ta’dzim dengan kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW.” tutur beliau mengawali mauidzoh hasanahnya.
Kemudian beliau melanjutkan bahwa dua moment ini berbeda, yang pertama yakni memperingati haul atau wafat dan yang kedua memperingati maulid atau kelahiran nabi Muhammad SAW. Lalu apakah harus memperingati haul seseorang? Jawabannya bisa jika haulnya meninggalkan banyak manfaat.
Dan mengapa kita memperingati maulidnya nabi bukan haulnya nabi? Jawabannya karena kita diminta untuk bahagia atas lahirnya kanjeng nabi sedangkan wafatnya kanjeng nabi itu adalah sebuah musibah.
Ning Ochi ngendikan, “Sebesar-besarnya musibah adalah wafatnya kanjeng nabi. Allah berdawuh, ‘Hai Muhammad katakanlah karena rahmatnya Allah, karena kasih sayangnya Allah maka berbahagialah,” tutur pengasuh asrama Darsyi dan Darzen.
Ning ochi juga ngendikan bahwa umatnya nabi Muhammad adalah umat yang istimewa karena meskipun hanya diberi umur yang sebentar di dunia tapi memiliki amalan-amalan yang belipat ganda pahalanya.
Terakhir beliau berpesan, “Tujuannya kita bermaulid supaya kita tetap ingat kita ini umatnya kekasih Allah SWT, dan semoga kita mendapat syafa’atnya kelak serta hati yang senantiasa dimantapkan untuk mengingat rasulullah,” tutur Ning Ochi sebelum menutup mauidzoh hasanahnya.
Setelah itu beliau menutup mauidzoh dengan ngendikan, “Do’anya ulama salaf yaitu berdo’a ‘semoga Qur’an ini dijadikan robi’nya hati kita’ alasan dinisbatkan pada rabi’ yang tak lain Bulan Rabiul Awal karena pada Bulan Rabiul Awal cuaca di Makkah itu berada di tengah-tengah yaitu tidak panas dan tidak dingin alias cuacanya sejuk,” tutur beliau sebagai penutup muaidzoh hasanah sebelum menuju acara lempar buah sebagai penutup acara yang merupakan acara paling dinanti-nanti para santriwati. Wallahu a’lam