Bagaimana Memilih Diet Mental yang Berguna?
Elemen yang terpenting dalam lingkungan psikologis kita adalah orang lain. Orang lain yakni orang-orang dengan siapa kita bercengkrama, dengan siapa kita bertukar pikiran, dengan siapa kita menghabiskan waktu seharian. Orang-orang inilah yang membentuk cara kita memandang kehidupan, perasaan dan juga sikap.
Masing-masing dari kita merupakan produk dari ikatan kita dengan orang lain. Interaksi kita dengan kawan-kawan kita merupakan suatu proses modifikasi otak. Maka dari itu, jika kita tidak puas dengan cara kawan-kawan kita memodifikasi otak kita, gantilah kawan-kawan kita.
Kebanyakan – sebenarnya, mungkin semuanya – kawan-kawan kita adalah kawan secara kebetulan. Kita hanya kebetulan bertemu dengan mereka lewat kawan lain atau karena kita satu kelompok dengan mereka, atau karena alasan kebetulan lainnya. Bagaimana memilih kawan-kawan yang yang positif? Kawan-kawan yang akan meminjamkan semangat, memperkuat cita-cita pribadi, dan benar-benar membuat kita menikmati hidup, bahkan dengan lebih baik?
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang harus diajukan dalam memilih seorang kawan:
1. Apakah orang itu berorientasi masa depan?
Apakah orang itu menghabiskan kebanyakan waktunya membicarakan tentang apa yang sudah terjadi atau apa yang mungkin terjadi? Kebanyakan orang sukses selalu berbicara hampir semata-mata tentang apa yang hendak dikerjakan. Mereka merenungi masa lalunya hanya untuk mempelajari apa yang tidak semestinya dikerjakan pada masa depan.
Kita akan menghabiskan setiap menit dari sisa hidup kita pada masa depan. Jadi, mengapa tidak meletakkan kepala kita disana? Semua uang dan kebijaksanaan di bumi tidak bisa membawa kembali satu saat dari masa lalu.
Jadi, pilihlah kawan-kawan yang memandang ke depan, yang mempunyai berbagai macam impian, orang-orang yang ingin membuat hidup kita menjadi lebih baik. Hindari orang-orang yang yang merasa senang sekali menyampaikan kepada kita betapa buruknya kehidupan saat ini dan dari sebelumnya.
2. Apakah orang itu berorientasi berbagi?
Sebagian dari kawan-kawan kita ingin memperoleh sesuatu dari kita, bukannya memberi sesuatu atau membantu kita meraih sesuatu. Untuk meningkatkan kehidupan kita, pilihlah kawan yang ingin membantu bukan karena mereka mengharapkan sesuatu sebagai balasannya, melainkan karena mereka secara tulus ingin menolong kita. Berbagi berarti saling bertukar ide dan mengajarkan cara-cara baru dalam mengerjakan segala sesuatunya.
Seorang kawan baik akan selalu bertanya;
“Bagaimana saya bisa menolong orang lain? Apa yang bisa saya lakukan untuknya? Bagaimana saya bisa menolongnya memecahkan masalah?”
Sementara itu, seorang kawan negatif akan bertanya;
“Bagaimana saya bisa memanfaatkan si A? Apa yang bisa dilakukanya untuk saya? Bagaimana saya bisa mengeksploitasi hubungan kami untuk keuntungan pribadi saya?”
Berikut ini ada satu tes sederhana untuk memilih kawan dan menjadi kawan yang baik;
“Jangan tanya apa yang bisa dilakukan kawan kita kepada kita. Sebaliknya, tanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk kawan kita.”
3. Apakah orang itu ambisius?
Satu karakteristik dari seorang kawan yang baik adalah dia mempunyai orientasi tujuan yang kokoh. Dia ingin menjalani kehidupan seideal mungkin dan mewujudkan impian-impian besar dalam hidup.
Berkawanlah dengan orang-orang yang ambisius, maka ambisi kita akan diperkuat. Begitu pula sebaliknya, jika kita berkawan dengan orang-orang yang malas, berstatus quo, dengan mereka yang berpikiran “dunia buruk sekali hari ini”, maka segera saja kita akan mengembangkan pandangan yang sama.
4. Apakah orang itu seorang yang suka mengeluh?
Mengeluh itu manusiawi. Bukan hal mengerikan jika sesekali membiarkan diri untuk mengeluh. Namun jatuh ke dalam depresi dan terus-menerus mengeluhkan keadaan juga tidak baik.
Menghabiskan sebagian besar waktu kita bersama orang yang suka mengeluh akan meracuni otak, merusak sikap dan membahayakan kesehatan kita.
Dalam satu kesempatan, Abah K.H. Reza Ahmad Zahid pernah dawuh;
“Tidak ada satu hal yang patut dilakukan di dalam Pondok Pesantren kecuali menata waktu.”
Sebelum itu, Beliau menyampaikan tentang 6 perkara yang harus kita pegang dalam mencari ilmu. 6 perkara itu telah diringkas dalam bait;
ألالا تنال العلم إلا بستة * سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطبار وبلغة * وإرشاد أستاذ وطول زمان
Dari bait tersebut, dapat kita pahami bahwa salah satu bekal yang harus kita bawa dalam mencari ilmu ialah cerdas. Cerdas dalam hal apa?
Beliau melanjutkan,
“Cerdas dalam segala hal. Cerdas dalam memahami pelajaran, cerdas dalam memilah dan menggunakan waktu, serta cerdas dalam memilah teman.”
Melalui serentetan paragraf diatas, mari kita kembali ke poin awal;
“Bagaimana memilih diet mental yang berguna?”
Salah satu diet mental yang paling efektif adalah dengan menentukan Siapa yang akan memodifikasi otak kita? Dengan siapa kita menghabiskan waktu? Ataukah mereka yang memiliki mindset baik, atau sebaliknya?
Jadi, pilihlah kawan yang memandang ke arah masa depan, mereka yang ingin berbagi dengan kita, mereka yang ambisius, dan mereka yang tidak suka mengeluh – yang bukan sekedar menjalankan hidup sebagai penumpang gelap.
Bergabunglah dengan orang-orang yang positif, maka hidup kita akan positif. Wallahu A’lam.