Bahayanya Memuji Kalau Tidak Tulus Dari Hati
Ketika seorang sahabat, sanak keluarga, teman maupun tetangga mencapai kesuksesan, keberhasilan dalam pekerjaan, maupun meraih penghargaan terhadap prestasi yang ia buat, kebiasaan ataupun berdasarkan kultur budaya yang ada pasti akan memuji atau setidaknya mengucapkan selamat terhadap apa yang ia peroleh karena perjuangannya.
Terkadang, antara si pemuji dan yang dipuji terlalu berlebih-lebihan dalam meluapkan euforia kebahagiaan, dalam konteks seperti ini, Ulama telah menyaranakn beberapa hal yang kaitannya mengenai etika atau batasan seseorang ketika menyanjung orang lain.
Al-Habib Umar Bin Hafidz dalam kitabnya Qobasu An-Nur Al-Mubin min Ikhya Ulumuddin (Ringkasan Kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghozali) mengatakan: terdapat empat bahaya bagi seseorang yang memuji dan 2 bahaya bagi orang yang dipuji.
4 hal tersebut antara lain:
1. Ditakutkan akan terjerumus dalam dusta
Tanpa disadari, ketika kita menyanjung ataupun memuji terhadap orang lain dengan kata-kata berlebihan dapat menimbulkan kudustaan atau kebohongan dari diri sendiri, seperti contoh: “Sifulan memuji temannya setelah habis wisuda, ia mengatakan bahwa temannya merupakan orang yang cerdas dan pintar seperti albeirt einstein karena berhasil menyelesaikan program sarjananya” kata Albeirt Einstein disini merupakan ucapan dari sifulan yang terlalu berlebih-lebihan dan tentunya mengandung perkataan bohong.
2. Beresiko tergolong sebagai perbuatan riya’ atau pamer.
Perihal memuji orang lain kadang-kadang juga terdapat perasaan riya’, jika kita memuji secara pura-pura atau hanya sebagai pantes-pantes saja maka termasuk pamer terhadap orang lain, pamer wajah kalau ia turut bahagi terhadap keberhasilan orang yang dipuji
3. Bisa saja ucapan nya tidak bisa dibuktikan
Sering kali dijumpai pujian seseorang hanya berupa kata-kata manis yang hanya keluar dari lisan saja dan yang diucapkannya cuman omong kosong belaka,
Rasulullah Saw bersabda, “Andaikan seseorang dari kalian akan memuji temannya, hendaklah ia berkata, “Aku kira fulan itu begini…… Aku tidak memastikan Fulan itu suci, karena penilaian seseorang itu ditangan Allah.”
Oleh karena itu, jika kita memuji seseorang jangan sampai apa yang kita ucapkan itu belum ada kepastian, karena sejatinya keputusan yang akan datang itu kuasa qadha’ dan qadar Allah.
Berbeda dengan perkataan seperti ini, “ Aku melihat Fulan itu rajin beribadah ke masjid,” memuji seperti inilah yang dapat diketahui dengan pasti.
4. Salah memuji orang, Bagaimana jika orang yang dipuji itu orang dholim?
Dilema memang, dari sini kita tahu bahwasanya memuji juga perlu hati-hati, takutnya nanti akan salah orang, apalagi orang tersebut dholim, tidak dapat pahala malah menimbulkan dosa, Hasan Al-Bashri dawuh “Barang siapa mendoakan orang zalim agar diperpanjangkan umurnya, berarti ia senang Allah diduharkai di bumi ini,”
Marilah kita memuhasabah diri dan lebih berhati-hati dalam memuji, dengan ini sebagai pepeling bagi kita semua, memuji tak bagus bila tidak tulus, tak ada arti jika tidak menggunakan hati, dan terkesan bosan kalau tanpa perasaan.
Untuk 2 bahaya bagi orang yang dipuji akan dibahasa pada tulisan berikutnya.
Wallahu A’lam
Oleh: Azka Zulfarrohman.