Ngamal | Cerpen
Sebut saja Pak Ahmed ia adalah seorang pedagang makanan keliling yang memiliki begitu luasnya ilmu pengetahuan dan juga dikenal termasuk santri atau alumni pesantren, jadi banyak orang datang untuk meminta bantuannya. Di saat Pak Ahmed berjualan ia kedatangan pelanggan seorang ibu bersama anaknya dari desa tempat dirinya berjualan. Maksud dari kedatangan pelanggan tersebut, yaitu membeli dan mencari cara atau mengeluhkan atas kelakuan anaknya yang selalu bermain handphone, sehingga lupa terhadap sholat dan al-qur’annya.
“Pak, aku tidak tahu harus melakukan dan berkata apa lagi terhadap anak ku! Ia selalu bermain handphone sampai lalai terhadap sholat dan al-qur’annya”, kata ibu pelanggan. “Apakah bapak bisa membantu ku?” Lanjutnya.
Setelah mendengarkan keluhan demi keluhan yang ibu pelanggan katakan, Pak Ahmed pun berpikir atas keluhan tersebut. Memang keluhan ibu tersebut ialah hal yang sepele dan sering terjadi di masa kini. Namun, tampaknya Pak Ahmed menanggapinya dengan serius dan senang hati, karena hal itu harus dimusnahkan.
“Apakah ibu kesehariannya juga bermain handphone?” Tanya Pak Ahmed tiba-tiba. Ibu pelanggan pun merasa terkejut dengan pertanyaan Pak Ahmed itu. “Tidak pak! Tapi kadang aku menelpon dan mencari berita”, jawab ibu pelanggan. “Pakai handphone?” Tanya Pak Ahmed. “Pastilah pak!” jawab pelanggannya lagi. Di hati pelanggan merasa bingung dengan pertanyaan Pak Ahmed, sebab secara pemikiran, kira-kira apa hubungannya?
Hening sesaat.
Kemudian Pak Ahmed berkata, “Pulanglah, dan datanglah kembali ditempatku ini berjualan, setelah hari ketiga, mulai hari ini!” Pikiran ibu pelanggan pun dipenuhi dengan tanda tanya, ia berpikir jika sekarang bisa kenapa harus hari ketiga, apakah sulit baginya?
*******
Tiga hari berlalu, ibu pelanggan dari desa tempat Pak Ahmed berjualan pun datang kembali bersama anaknya, yang suka bermain handphonenya. Lantas anaknya dihadapkan kepada Pak Ahmed, namun bukannya diberi do’a ataupun air yang telah di do’ain tapi malah cuman diberi nasihat.
“Nak, kamu jangan keseringan main handphone lagi ya? Kalau kamu belum bisa mengatur waktu, apalagi sampai lupa sholat dan membaca al-qur’an!” Nasihat Pak Ahmed kepada anak itu, seperti ketika menasihati anaknya sendiri. “Siap pak!” Jawab anak itu dengan patuh dan senang hati.
Air dingin yang mengalir ditenggorokan yang menjadikan kepala dan badan dingin, seperti itulah yang anak itu rasakan. Seusai memberikan nasihat kepada anak tersebut, Pak Ahmed tidak melakukan apapun kecuali pekerjaannya.
“Sudah pak, cuman seperti itu saja?” Tanya ibu pelanggan kepada Pak Ahmed.
“Iya bu. Saya sudah melakukan apa yang ibu inginkan, tapi saya hanya bisa memberi nasihat kepada anak ibu, supaya ingat terhadap waktunya.” Jawab Pak Ahmed.
Begitu banyaknya jawaban yang Pak Ahmed lontarkan, lagi-lagi membuat ibu pelanggan menjadi bingung dan heran. “Pak, kenapa hanya diberikan nasihat saja? Kalau cuman nasihat, saya sebagai ibunya pun berkali-kali memberi nasihat kepadanya!” ucap ibu tersebut. “Terus, kenapa harus menunggu hari ketiga?” Lanjutnya.
“Nah, itu masalahnya!” Ucap Pak Ahmed. “Maksudnya, pak?” Tanya ibu pelanggan.
“Jadi begini bu. Disaat hari pertama ibu meminta tolong kepada saya, waktu itulah saya juga masih suka terhadap handphone sehingga lupa untuk membaca al-qur’an. Makanya saya harus bisa mengendalikan diri saya sendiri selama tiga hari, sebelum berbicara atau menyuruh terhadap yang lainnya, seperti halnya anak ibu!” Ucap Pak Ahmed memberi tahu kepada ibu tersebut. “Karena seseorang akan mempercayai atau patuh terhadap sesuatu yang kita perintahkan, jika diri kita bisa melakukan apa yang akan kita perintahkan kepadanya.” Tutur Pak Ahmed.
Ternyata jawaban Pak Ahmed bisa menjadikan ibu tersebut diam dan tersenyum, karena dirinya telah memahami apa yang harus dilakukannya. Kemudian ibu pelanggan pun berterimakasih dan berpamit pulang kepada Pak Ahmed. Lantas ia pulang dengan membawa kisah keteladanan seorang pedagang terhadap beberapa kata yang akan diucapkan kepada anak maupun orang lain. Akhirnya segala upaya dan usaha, anaknya kembali ingat terhadap waktu sholat dan membaca al-qur’annya.
*******