Berkaca Pada Pendidikan Pesantren, Biaya Tak Banyak Tapi Lulusan nya Berakhlak
Perkembangan pendidikan di Indonesia tak lepas dari pasang surut kemajuan, berbagai terobosan dan perubahan sistem pembelajaran sudah berbagai kali diterapkan, namun harapan para guru, murid, serta elemen yang berkecimpung didalamnya agar Pendidikan Indonesia maju dan berkualitas, tampaknya belum bisa menjadi kenyataan.
Disaat para pakar memikirkan tentang bagaimana agar anak Indonesia pintar dan maju dalam bidang iptek. Disitu juga terdapat kelalaian yang menyebabkan rusaknya regeneritas bangsa, hal itu adalah rusaknya akhlak dan moral yang amburadul. Realita di lapangan telah menunjukan fakta tak terbantahkan, tentang betapa rusaknya akhak dan etika pelajar Indonesia, kita bisa lihat dengan sepasang mata ketika pelajar melakukan kriminalitas di luar batas, melalui jiwa gagahnya, bangga untuk tawuran hingga menyebabkan manusia mengalami kematian, lewat wajah rupawan, tanpa sedikitpun malu menjalin hubungan tanpa status, melanggar norma agama, susial, kesusilaan, dan tentunya UUD 1945.
Belum lagi kualitas akal yang sedang bagus-bagusnya, malah ia manfaatkan untuk menipu, serta menghambur-hamburkan uang, perkara seperti ini merupakan bibit-bibit koruptor yang merajalela di bumi pertiwi. Seperti kejadian yang dilansir dari KOMPAS.com, dimana Puluhan pelajar di Bandar Lampung terlibat tawuran menggunakan senjata tajam pada Selasa (20/12/2022) dini hari. Satu orang pelajar terkena bacokan hingga jari tangannya putus.
Dari sini, terbukti bahwa peran pendidikan akhlak dan moral pondok pesantren perlu disebarluaskan, karena pembelajaran serta pembentukan karakter di pesantren mengajarkan untuk selalu mengedepankan nilai-nilai kesopanan dan tata krama.
Meskipun dalam berbagai institusi pendidikan telah diselipkan beberapa pelajaran akhlak dan etika, tapi hal itu belum cukup menanggulangi perilaku kriminalitas para remaja, itu terjadi karena lingkungan sekitar juga menjadi pengaruh dalam hal pertumbuhan seorang remaja, manakala kehidupan sekitarnya rusak dan tak bernorma, besar kemungkinan remaja akan terbawa arus perilaku negative.
Kendati demikian, perhatian sebagian masyarakat masih memandang sebelah mata tentang pola pendidikan dan pembelajaran pesantren, banyak beranggapan bahwa di pesantren akan tertinggal kemajuan zaman, tak melek teknologi, serta kalah bersaing di dunia luar.
Oleh karenanya, fasilitas dan metode pembelajaran pendidikan di peantren harus dikembangkan lebih maju lagi, dalam artian tak sampai meninggalkan nilai-nilai tradisional budaya pesantren, tetapi lebih meningkatkan inovasi nilai-nilai tradisional agar semakin kreatif dan inovatif, sesuai dengan maqolah “Al mukhofadatu ala qadimissholah wal akhdu bil jadidi aslah.” Menjaga nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil hal baru yang baik. Pemerintah harusnya lebih sadar lagi terhadap perhatiannya kepada pesantren, ketimbang menggelontorkan dana besar untuk pembangunan sekolah elite dan modern, yang belum tentu maksimal menghasilkan lulusan berakhlak dan beretika tinggi.
Bapak Abdurrahman Wahid, atau lebih kita kenal dengan sebutan Gus Dur, beranggapan bahwa pesantren dinilai ideal sebagai kurikulum pendidikan islam, Menurut Gus Dur, pesantren adalah lembaga yang berani mengambil lompatan pemikiran ala filosofi Yunani, namun di sisi yang lain mereka tetap mengedepankan Hadist. Berdasarkan kajian epistemologisnya, kitab kuning difungsikan oleh kalangan pesantren sebagai referensi nilai universal dalam menyikapi segala tantangan kehidupan. Kitab kuning dipahami sebagai mata rantai keilmuan Islam dan sahabat hingga sampai pada Nabi Muhammad. Dalam pandangan Gus Dur, pesantren harus menjadikan ilmu agama sebagai dasar, tanpa meninggalkan pengetahuan yang lain agar santri lebih dapat mengembangkan potensi dirinya.
Oleh karenanya, sebagai santri-santri Gus Dur, kiranya agar kita bersama-sama memperhatikan pendidikan pesantren, jika anda sebagai ahli pakar pendidikan, bantulah pesantren dengan pola pikir yang anda miliki, demi kemajuan pendidikan pesantren yang lebih baik. Jika anda pengusaha, sisihkan sebagaian kecil pendapatan anda, untuk infrastruktur pesantren yang lebih layak, serta masih banyak lagi, hal-hal lain agar pondok pesantren menjadi tempat pendidikan berkualitas berhaluan aswaja.
Wallahu a’lam.