web analytics
AD PLACEMENT

Berkunjung Ke Makam Raja-Raja Imogiri, Rekreasi Sarat Akan Religi

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:2 Minute, 57 Second

Berkunjung Ke Kota Jogja, pastinya akan disuguhkan objek wisata yang menyejukan mata, beragam model rekreasi penuh dengan nilai-nilai inspirasi, edukasi dan informasi yang menyenangkan hati. Tenggang waktu setelah kami interview dengan KH. Jadul Maula, Ketua Lesbumi PBNU, kami berkunjung ke salah satu objek wisata sekaligus tempat sakral sarat akan sejarah, yaitu Makam Imogiri tepat di Hari Kamis (29/06) Sore.

Makam sekaligus cagar budaya ini juga dikenal sebagai Pajimatan Girirejo Imogiri, komplek pemakaman khusus raja-raja keturunan Kesultanan Mataram Islam. Makam ini terletak di Bukit Merak, Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bisa ditempuh dari Kota Yogyakarta menuju ke arah selatan, kurang lebih memakan waktu 45 menit.

Ketika kami sampai ditujuan, suasana sepi dan hanya ada sedikit orang yang berlalu lalang, maklum, sebab kami berkunjung di Hari Raya Idul Adha, untungnya pihak juru makam masih memperbolehkan kami masuk ke dalam. Alhasil, kunjungan kami serasa pengunjung eksklusif.

Lokasi makam yang berada di atas bukit, membuat kami harus meniti banyaknya tangga yang berjumlah ratusan, ketika melewati rentetan tangga yang masih landai, banyak dijumpai toko-toko berjejeran, namun, sayang kebanyakan toko masih tutup, jika di hari normal maka suasananya seperti pasar, sebab banyak aktivitas jual beli disini.

AD PLACEMENT

Setelah setengah perjalanan, akan disuguhkan sebuah Masjid, yaitu  Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri. Letaknya, tepat di sisi barat tangga naik menuju komplek makam, dari infomasi yang kami peroleh melalui infografis di sekitar lokasi, diperkirankan masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 M).

Masjid tersebut dibangun untuk keperluan abdi dalem yang bertugas di komplek makam, dengan Gaya arsitektur tradisional jawa semakin membuat corak khas yang memuat kearifan lokal, atap masjid menggunakan konsep tajug di ruang utama serta limasan pada bagian serambi. Selain itu, dinding masjid terbuat dari susunan bata yang diplester, sementara bagian lantai menggunakan tegel.

Lanjut ke bagian selanjutnya, yaitu memasuki komplek makam utama, sebelum itu harus melewati anak tangga yang lebih curam, sebab ketinggiannya mencapai 100 mdpl, selama melintasi anak tangga tersebut, ada satu yang berbeda, terbuat dari Batu Andesit yang sangat keras dan terletak di bawah Gapura Sapit Urang, katanya, itu adalah kuburan seorang pengkhianat Bernama Kanjeng Raden Tumenggung Endronoto, seseorang pengkhianat ketika Sultan Agung akan menyerang Jayakarta yang masih berada dalam kekuasaan Belanda, terjadi sekitar tahun 1628-1629.

Versi lain, ada yang mengatakan bahwa itu adalah kuburan dari Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, terlepas dari versi yang benar, hal ini menambah kekayaan khasanah wisata sejarah dan religi dari Makam Raja-Raja Imogiri.

AD PLACEMENT

Tiba di komplek makam, maka akan terlihat adanya dua pembagian komplek yang berbeda, hal ini dsiebabakan dulu kerajaan mataram terbagi menjadi dua melalui perjanjian Gianti pada tahun 13 Februari 1755, yaitu kasunanan Surakarta dan kasultanan Yogyakarta. Pemakaman timur diperuntukan Raja-Raja dari Kasultanan Yogyakarta, sementara bagian barat untuk Raja-Raja dari Kasunanan Surakarta.

Bentuk konstruksi bangunan Makam Imogiri tergolong unik, sebab terbuat dari batu-bata, bentuk bangunan yang lain tergolong banyak, diantaranya Gapura dan Kelir, pagar tembok yang berfungsi untuk aling-aling pintu gerbang dan padasan. Padasan sendiri adalah tempat berwudhu/ bersuci, masyhur dikenal sebagai enceh/ kong.

Enceh ini diisi setiap setahun sekali pada Selasa Kliwon serta Jum’at Kliwon di Bulan Suro dengan tradisi kusus. Selain itu, Nisan-nisan antara laki-laki dan pria juga berbeda, jika itu nisan wanita maka bagian atasnya tumpul dan membulat, sedangkan pria bentuknya runcing.

Setelah puas mengelilingi komplek makam dan matahari mulai tergelincir, kami berniat pulang, tapi sebelum itu terlebih dahulu untuk berswafoto, mengabadikan momen yang sejarah ini, dan tak lupa, kami rapalkan Al-Fatihah untuk mendiang-mendiang Raja Mataram Islam yang telah wafat, Al-Fatihah…

AD PLACEMENT

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Biografi Syaikh Al Zarnuji, Pengarang Kitab Ta’limun Muta’alim

Biografi Syaikh Al Zarnuji, Pengarang Kitab Ta’limun Muta’alim

Muwadda’ah di Makam Masyayikh Gedongan; Berikut Pesan Dzurriyyah kepada Peserta Khazanah

Muwadda’ah di Makam Masyayikh Gedongan; Berikut Pesan Dzurriyyah kepada Peserta Khazanah

Syarif Hidayatullah; Metode Kultural-Struktural dalam Berdakwah

Syarif Hidayatullah; Metode Kultural-Struktural dalam Berdakwah

Delapan Prinsip Kepemimpinan Raden Fattah

Delapan Prinsip Kepemimpinan Raden Fattah

Raden Syahid; Tingkatkan Kualitas Moral Masyarakat Lokal Melalui Tembang

Raden Syahid; Tingkatkan Kualitas Moral Masyarakat Lokal Melalui Tembang

Raden Ja’far Shodiq; Dibalik Larangan Memakan Daging Sapi

Raden Ja’far Shodiq; Dibalik Larangan Memakan Daging Sapi

AD PLACEMENT