Bisakah Mengembalikan Keharmonisan yang Hilang?
Kita hidup didunia, kita hidup dimana kita membutuhkan kehadiran orang lain. Karena dalam realitanya kita adalah makhluk sosial, dimana dalam tiap-tiap halnya banyak yang memperlibatkan orang lain. Bahkan terkadang sesuatu kurang berarti tanpa adanya orang lain. Contoh kecilnya dapat kita ketahui dalam keseharian kita, seperti berbicara, belajar mengajar, bekerja, dan hampir semua kegiatan yang kita jalani dalam keseharian kita membutuhkan orang lain. Orang berbicara jika tidak ada lawan bicaranya apakah dia dikatakan berbicara? Seseorang yang sedang mengajar jika tidak ada lawan yang diajar(murid) apakah itu bisa dikatakan sedang mengajar, bahkan orang jatuh cintapun apakah bisa dikatakan jatuh cinta jika tidak ada orang yang dicinta? pada dasarnya orang yang jatuh cinta pasti ada orang yang sedang dia cinta, karena apalah arti cinta tanpa dirinya. Katanya si gitu.
Semua itu tadi hanya sebagian kecilnya saja yang disebutkan, karena memang hampir semua kegiatan yang kita lakukan pasti memperlibatkan orang lain, dan sepertinya itu tidak perlu disebutkan semuanya, karena pastinya bisa kita ketahui di keseharian kita masing-masing.
Dari tiap-tiap orang pastinya mempunyai sikap dan pola fikir yang berbeda, dan itulah yang namanya kehidupan, dimana kita dihadapkan dengan berbagai orang dan berbagai hal yang berbeda-beda. Dari perbedaan ini banyak yang menjadi pembelajaran dan banyak juga yang menjadikannya sebuah pemusuhan dan akar dari sebuah perseteruan. Tidak heran jika banyak orang yang merasa kurang bahagia, karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan keharmonisan. Karena disadari atau tidak, diakui atau tidak, salah satu kunci kebahagiaan adalah keharmonisan.
Bagaimana dengan orang yang kehilangan keharmonisan dalam hidupnya? Apakah bisa keharmonisan itu didapatkannya kembali? jawabannya adalah bisa. Keharmonisan yang hilang pastilah ada sebabnya, karena tidak ada sebab tanpa musabab. Caranya adalah kita kembalikan dulu hubungan kita, karena sebelum ada sebuah permasalahan dan perseteruan pastinya ada sebuah keharmonisan, atau paling tidak hubungan kita pernah baik sebelumnya.
Maaf, mungkin singkat didengar, tapi kata singkat inilah kuncinya, agar bisa kembali sebuah keharmonisan. Meminta maaf dan memberi maaf adalah kunci dari kata singkat tapi penuh ma’na dalam kehidupan yaitu keharmonisan. Meskipun gak selalu, namun sebuah pemintaan maaf yang tulus akan bisa menembus hati orang lain dan melihat kebaikan dalam diri kita.
Hidup kita agar terhindar dari sebuah masalah dan agar tidak kehilangan sebuah keharmonisan, adalah dengan selalu berlapang dada, dan selalu meminta dan memberi maaf. Dan jangan hanya bisa meminta maaf tapi tidak bisa memberi maaf, karena pada dasarnya manusia itu ’’Alinsanu mahallul qatha wa nisyan’’ manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka kita harus bisa meminta dan juga memberi maaf. Sedzalim apapun orang kepada kita, selagi dia meminta maaf maka kita harus menjadi orang yang sangat mudah untuk memaafkan, bahkan kalau perlu gak pake minta maaf kita sudah memaafkan.
Karena yang sebaiknya memang seperti itu. Bahkan seharusnya kita doa kepada Allah,’’ ya Allah kalau ada orang berbuat dzalim kepadaku bantu kami untuk lupa kepada kedzalimannya. Seperti bagaimana Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Diceritakan beliau pernah dalam satu peperangan, setelah sahabat-sahabat mengumpulkan jenazah, beliau melihat ada satu jenazah, dan beliau kenal dengan wajahnya, tapi beliau lupa orang yang sudah menjadi jenazah dihapannya itu siapa. Akhirnya sahabat bilang pada beliau,’’ ya Rasulullah apakah engkau tidak tahu siapa orang ini, Ini adalah orang yang paling dzalim kepada Mu ya Rasulullah’’ tapi bersihnya hati Rasulullah, menjaga Rasulullah, hingga menjadikan beliau masih ingat dengan wajah tapi tidak ingat dengan perbuatannya.
Itulah sedikit kisah dari Rasulullah yang harusnya kita teladani dan kita ikuti. Bahkan ketika dikatakan kepada beliau bahwa ini adalah orang yang jahat dzalim kepada Nabi, Nabi malah nangis, sampai dikatakan sahabat ‘’ kenapa engkau menangis ya Rasululllah? Ini kan orang dzalim.’’ Tetapi jawaban Nabi adalah ’’ mungkin dakwahku yang masih belum baik, sehingga akhirnya dia belum diberi hidayah oleh Allah SWT.’’ Begitulah Rasulullah. Sedangkan kita kadang hanya sibuk menilai kesalahannya orang lain, sehingga kita sering lupa bahwa mungkin kesalahannya orang lain itu sebabnya karena kita.
Astaghfirullahhal’adzim.