Kategori: puisi
Permata Yang Hilang
Di sudut jendela Angin berlalu hilir kesana kemari Sehelai daun terlepas, di antara batuan-batuan hening Yang terpendam dari keluh kesah Menapak di bumi tanpa arah pasti Terasingkan oleh waktu Disiasati ego yang membisu Apa yang sudah terjadi Syahdunya rebana pun ditabuh Menemaniku menyusuri kenangan kelam Desiran pasir hilang tergerus ombak Membawa sesirat kata […]
Kharisma Merah Putih
Wahai Merah Putihku Tahukah kau? Demi melihatmu tetap berkibar banyak dari pejuang kami berguguran Demi melihat gagahnya dua warnamu bersinar Banyak tubuh tak bernyawa tergeletak memenuhi tapak jalan Wahai Merah Putih Benderaku Tahukah kau? Setiap jiwa dan raga kami korbankan guna selaraskan keagungan yang terpancar disetiap gerak kibarmu Semua pikiran dalam setiap detik waktu berjalan […]
Rimbaku Yang Hilang
Oleh : Wafdah Nuril Lailiyah Hijau daun yang tenang Lemah gemulai sejuk dipandang Tanahnya dipenuhi ilalang Tumbuh subur nan panjang Dedaunan yang rindang Dipenuhi oleh pohon yang bergoyang Ia adalah jantung kehidupan Menyalurkan seribu harapan Untuk orang yang membutuhkan Tempat kita mencari ketenangan Dari riuhnya asap perkotaan Dimana sekarang? Tidak ku temukan kehijauannya […]
Rutinitas Pesantren
Oleh: Muhammad Haikal Dibalik temaram cahaya Rembulan Pesantren Cahaya berseri menatap jauh ke depan Ilmu bersinar di Sanubari hikmah terpancar dari setiap bait Di dalam Pesantren rutinitas kian bersemi, dihiasi bimbingan ilmu dengan hati yang ikhlas Pagi tiba dengan Istighosah, mengawali hari dengan hati yang jernih Siang datang dengan mengulang hafalan menelusuri kitab kuning sembari […]
Padam
Di suatu tepian di ketinggian Mereka menengah merendah: hampir padam
S(i)ap
Berkilap di balik pupus kebisuan Lalu? Bagaimana aku? Seperti ini kala dingin, yang apa-apa Penulis eksoteris Apa takut aku? Mengapa? Hanya karena jatuh bangun untuk ilmu, Bebas kami dibodoh-bodohi? Peduli apa aku tentang angin? Ini kejiwaan, Sobat! Malah kami disuruh memecahkan Batu masalah jiwanya Rsj? Nasi terong?
Bumi Salafi
Bumi salafi, tempat singgah kaum sarung menerpa mimpi Menjadi medan tempur yang penuh lawan dan kawan Melawan musuh dengan pedang tinta dan tameng tulisan Berkawan dengan Cahaya iman dan lentera keilmuwan Bumi salafi, kau menjadi penjara suci bagi jiwa-jiwa yang muthma’innah Dan juga menjadi sandaran bagi jiwa-jiwa qona’ah dan penuh himmah Bumi salafi, bak […]
Mata-Mata
Dalam sarung, kita bersarung Dalam bersarung, kita bertarung Gelap bukan terlelap Sekap tak akan mati Sembunyi sunyi berperut sek kresek Kresek-kresek Beranjak lampau terinjak pinggir tersingkir Busik tertawa Daki terbahak-bahak Apa yang kalian tau aku dalam bersarung? Boleh, kita dalam sarung
Maag
Mana yang kau bilang maha pemberi? Maha pengasih? Maha penyayang? Dan maha-maha kentut lainnya yang membuat mulutmu berbusa? Bilang, aku lapar! Bilang, aku mau ayam geprek! Aku tau! Indomie kari 3. 500, kan?
Jompo
Bagaimana caraku memanivestasi rasa pada kaku kata? Ingin sesekali kuberpuisi dengan ‘oh… oh…’ penuh
- Annas pada “Orang yang Mampu Menandingi Gus Maksum, Hanya Yai Imam!”, -Kisah Keteladanan Yai Imam
- Siti pada Fenomena Ghosob yang Mengakar
- RandaTapak pada Self-Improvement: Meniti Paradigma dengan Lensa Berbeda
- arrofiq pada Pentas Seni Malam Literasi Menuju 1 Dasawarsa Pers Mahrusy
- Elnahrowi pada Tips dan Trik Dibalik Siswi Madin Berprestasi & The Best 1002 Nadzom Alfiyah