web analytics
AD PLACEMENT

Cerita Dari Mekah

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:5 Minute, 44 Second

Di kala masa belajar.

“Asalkan kalian mau tau, belajar kitab seperti ini ada rahasia yang dapat kalian ketahui. Bagi kalian yang ingin menjadi orang kaya, maka pahamilah bab zakat. Lalu, bagi kalian yang ingin naik haji, maka pahamilah bab haji seperti yang akan kita bahas saat ini.”

Para santri di kelas itu tampak menyimak dengan seksama apa yang disampaikan oleh Ustadz Ilham. Kitab Fathul Qorib rata terbuka pada meja masing-masing. Kali ini, bab haji yang akan dibahas.

Faqih salah satu diantara mereka. Ia begitu terobsesi akan kata haji. Pikirannya langsung menerawang jauh pada tempat dan sosok yang dirindukan itu. Bahkan, ketika SD, ia pernah bercita-cita ingin naik haji dengan tanpa menjadi tukang bubur. Hingga, ucapan Ustadz Ilham tadi begitu membekas di hatinya. Faqih memejamkan mata dan menarik nafas panjang,

AD PLACEMENT

“Labbaik Allahumma Labbaik.”

 

***

Also Read: Harapan | Cerpen

 

AD PLACEMENT

“Oh, ini yang namanya awan! Kalau dari dekat mirip bulu dombanya Mang Ujang, ya?” Batin Faqih saat melihat lautan awan yang memutih.

Pesawat Boeing 777-300ER itu terbang di atas ketinggian 36.000 kaki dengan membawa rombongan jama’ah haji tanah air. Faqih memegang sabuk pengaman kuat-kuat. Berdoa banyak-banyak. Ia yang sedari kecil hanya terbiasa membuat pesawat kertas dari buku IPS yang gurunya jarang masuk, kini harus merasakan naik pesawat sungguhan. Naik komedi puter aja muntah. Sekarang naik pesawat. Pikirannya udah aneh-aneh.

Also Read: Menuju Ka’bah

Para penumpang terlihat begitu menikmati perjalanan. Pesawat di suhu 22-24 derajat celcius terasa dingin. Semua disebabkan karena penumpangnya yang hanya berdiam diri di kursinya saja. Waktu 9-10 jam perjalanan harus ditempuh. Madinah yang dituju.

Madinah. Udara malamnya yang tentram, siap menyambut kedatangan para perindu. Di kota Nabi ini, tempat hijrah dan kota terakhir sang Nabi ini selalu memancing air mata para perindu akan sosok manusia paling sempurna itu.  Pesawat landing di Bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz Madinah dan menginap di Hotel Jiwar Al Tsaqifah.

AD PLACEMENT

Selama di Madinah ini, para jama’ah haji akan melaksanakan arbain atau sholat berjama’ah 40 waktu. Setelah itu, perjalanan ibadah haji dimulai dengan mengambil miqat terlebih dahulu di daerah Dzul Hulaifah atau dikenal Bir Ali yang masih di daerah Madinah. Sesampainya disana, para rombongan turun dan mengambil wudhu di tempat yang sudah disediakan dan dianjurkan sholat 2 rokaat. Mengambil miqat seraya memakai pakaian ihram dan berniat sesuai araham pimpinan rombongan. Jarak 11 kilometer ditempuh dalam waktu 20 menit dari Madinah ke Dzul Hulaifah. Setelah dari sana, rombongan akan bertolak ke Mekah.

Kegiatan haji di mulai. Fisik para jama’ah harus benar-benar dijaga. Terutama saat melakukan wukuf di padang Arafah. Di padang seluas 12 juta meter persegi itu dipenuhi puluhan juta manusia dari seluruh dunia. Mengikuti rukun ini dengan sungguh-sungguh. Disana mereka mendengar khutbah wukuf, memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, dan memanjatkan doa. Semua itu harus dilalui dengan ditemani suhu udara 43 derajat. Mereka berkeringat. Faqih malah mencicipi keringatnya.

“Gurih.” Ucapnya.

Tepat di tanggal 10 Dzulhijjah, rombongan juga akan mabit atau menginap semalam di Muzdalifah sebelum ke Mina untuk melempar jumroh. Disana juga diperbolehkan untuk mengambil batu untuk persiapan melempar jumroh di Mina. Mereka adalah nafar awal atau rombongan awal yang hanya menggunakan 49 batu; 7 batu di hari pertama, 21 batu di hari kedua, dan 21 batu di hari ketiga lempar jumroh. Berbeda dengan nafar tsani yang membawa 70 batu. Untuk batu, juga sudah ada ketentuannya.

“Pak Faqih, cukup batu yang kecil saja. Jangan batu bata, emang kita mau kuli? “ Tegur pimpinan.

“Kalau batu ini, Pak?” Ucapnya meminta pendapat.

“Itu batu, apa?”

“Batu ginjal.”

Pimpinan hanya diam. Ia tau, ini tempat ijabah. Tidak boleh ngomong aneh-aneh. Apalagi harus nyumpahin orang jadi kaktus.

Mina. Di gedung berlantai tiga itu, lautan manusia larut dalam ibadahnya. Melempar jumroh dengan batu yang sudah mereka siapkan. Mereka bersemangat. Berpuluh-puluh juta batu melayang. Mirip-mirip tawuran.

Mekah. Rombongan kembali ke Mekah untuk melakukan thawaf  ifadhah. Mengitari Ka’bah 7 kali yang di mulai dari garis hajar aswad pun mereka lakukan dengan kesungguhan hati. Semua terharu. Semua menitikkan air mata. Bahkan, faqih sampai menitikkan ingus. Saking terharunya.

“Labbaik Allahumma Labbaik.”

Tahallul juga mereka lakukan. Memotong rambut minimal 3 helai. Laki-laki disunahkan mencukur habis rambutnya dan perempuan hanya menggunting rambut sepanjang ruas jari.

“Jangan seperti ini, saya mau model Undercut ala David Beckham!” Sergah Faqih banyak pinta saat melakukan tahallul.

Panitia hanya terdiam. Mencoba mencerna. Lalu, lanjut mencukur.

“Sudah, Pak!” Ucap panitia.

“Model apa ini?” Protes Faqih.

“Model David Beckham waktu umur 2 bulan.” Jawab panitia. Botak. Faqih botak. Ipin naik haji. Haji ipin.

Sebelum haji wada’, para jama’ah menyempatkan untuk berbelanja untuk oleh-oleh sanak keluarga di tanah air. Di pasar Seng atau Jafariyah, Pakaian dan segala aksesoris tak luput dari daftar belanjaan para jama’ah. Faqih malah kuliner.

“Wah, ada warung geprek.”

Faqih menemukan sebuah warung yang sangat tepat dengan lidahnya. Tanpa panjang pikir ia langsung melipir.

Karena walaupun warung geprek, tetap saja ini Arab. Pesan makanan juga harus pakai bahasa Arab. Faqih memesan menu spesial dengan bahasa ala kadarnya,

“Abun, ana yuridu pesan thoam. Al an!” Ucapnya susah payah.

Pedagang itu terlihat kebingungan.

“Ayam bahasa arabnya apa, ya?” Pikirnya. “Hm, kukuruyuk. Ana thoam kukuruyuk.” Lanjutnya seraya berusaha menjadi ayam semirip mungkin.

“Bapak pesan ayam?” Tanya sang pedagang.

“Loh, kok bisa bahasa Indonesia?” Ucap Faqih terkejut.

“Nyong Brebes asli, wes suwe.” Jawab sang pedagang dengan logatnya yang khas. Bau-bau telor asin mulai tercium. “Pan mesen apa?” Lanjutnya.

“Waah! Pesan ayam geprek sama es jeruk.”

“Oke.”

Faqih tak menyangka, bahwa di Mekah ada warung geprek. Apalagi yang jual orang Brebes. Benar-benar nggak nyangka. Tak lama, pesanan datang.

Faqih makan dengan begitu lahap. Rindunya akan masakan tanah air terobati. Rasa dari ayam gepreknya juga sangat Indonesia. Nasinya pulen. Es jeruknya segar. Oscar oasis iri dengki melihatnya.

Makan selesai dan bayar.

“Semuanya 850 ribu.” Ucap pedagangnya.

“Apa-apaan, nih. Kok mahal banget!” Protes Faqih.

“Memang segitu, Pak. Ini ayam arab, lebih fasih berkokoknya dibanding ayam indonesia. Nasinya juga nasi Arab. Ini nasi langka. Susah buat padi untuk tumbuh disini. Terus, jeruk memang banyak disini. Murah-murah. Tapi, es batunya yang bikin mahal. Ini dari air zam-zam. Berkah. Jadi, mau bayar atau gimana?” Jawabnya seraya memegang pisau daging sepanjang 2 meter.

“Oke-oke saya bayar.” Ucap Faqih seraya menyerahkan uang dan pergi cepat-cepat.

 

***

 

Haji wada’ dilaksanakan. Para jama’ah mengikutinya dengan penuh keharuan berharap bisa kembali lagi ke tempat yang Allah muliakan ini. Air mata menetes deras mengiringi langkah kaki yang terasa berat untuk berjalan. Bacaan talbiyah menggema menyebut nama Tuhan semesta alam. Faqih pun menangis. Suaranya sesenggukan tak kuasa menahan haru. Ingusnya juga kembali menunjukan sedihnya. Kali ini lebih sedih. Pipinya begitu basah.

“Labbaik Allahumma Labbaik.”

 

***

 

“Braaak!”

Suara meja digebrag. Spontan Faqih bangun terkaget-kaget seraya mengusap wajahnya, terutama mulutnya dari segala cairan yang basah. Entah cairan apa.

“Ngaji malah tidur!”

Ustadz Ilham tampak kesal dengan muridnya yang satu ini. Sedangkan yang lain tak berani bersuara.

“Capek, Pak. Habis naik haji.”

 

***

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tagged with:
cerpenHajiMekah
AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Mencari Pengganti Cincin Emas

Mencari Pengganti Cincin Emas

Harapan | Cerpen

Harapan | Cerpen

Menuju Ka’bah

Menuju Ka’bah

Teguran Abah Yai | Cerpen

Teguran Abah Yai | Cerpen

Bismillah, Aku Tidak Takut

Bismillah, Aku Tidak Takut

Sirep Jeding E

Sirep Jeding E

AD PLACEMENT