web analytics

Cinta Sebagai Anugerah Mulia

Cinta Sebagai Anugerah Mulia
0 0
Read Time:4 Minute, 30 Second

Membahas soal cinta tentunya sangat tak asing lagi di telinga kita, karena pembahasan  cinta sudah sangat familiar terjadi di kalangan manusia. Berbicara soal cinta, artinya membahas suatu yang tak akan pernah habis untuk di bicarakan. Sejak zaman Nabi Adam AS sampai kelak akhir zaman, pembahasan tentang cinta tak akan ketemu ujungnya. Karena setiap generasi memiliki historis cinta berbagai versi.

Islam sebagai agama mulia nan paripurna, juga memiliki pembahasan tentang cinta. Dalam Syari’at islam mengatur tentang cara bercinta, dan siapa yang layak untuk di cintai. Jangan pernah sembarangan meletakan atau memberikan cinta bila tak ingin kecewa dan merana karenya. Maka dari itu islam memiliki regulasi tentang cinta. Bahkan terdapat sebuah jargon “Islam sebagai agama cinta”. Dari dasar cinta, tak sedikit pula manusia menemukan jati diri dan hakikat dalam dirinya. Walaupun tak sedikit juga karena cinta seseorang justru kehilangan akal sehatnya.

Ambil saja dari tokoh sufi san tasawwuf terkenal yaitu Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali dalam kitab monumentalnya Ihya’ Ulumudin terdapat penjelasan satu bab Khusus tentang cinta (Mahabbah). Mulai dari dalil-dalil cinta, hakikat, sebab, dan siapa yang berhak mendapatkan cinta.

Imam Al-Ghozali menjelaskan tentang hakikat cinta dan klasifikasinya

Menurut beliau, yang perlu dipahami sebelum membahas hakikat cinta adalah pengetahuan dan penemuan si pecinta. Persepsi beliau, cinta tak akan tergambar atau terilustrasikan jika ia tidak mengetahui sosok yang ingin ia cintai. Oleh karena itu, semua benda-benda mati tidak bisa dikatakan sebagai pelaku cinta, karena tidak memiliki indra untuk menemukan apapun yang dapat di cintai.

Pengetahuan dan penemuan tentang proses cinta sangat urgen untuk menemukan cinta hakiki. Tentu nilai cinta tidak akan imbang antara satu dengan lainnya, semua tergantung seberapa besar pengetahuan dan penemuannya dalam penjelajahan si pecinta menemukan hakikat cinta dan kepada siapa yang akan ia cintai. Konsep atau rumus menurut Imam Al-Ghozali adalah setiap hal ketika menemukannya merasa nyaman dan tenang maka ia akan di cintai (mahbub). Begitu pula sebaliknya, ketika menemukanya merasa tersakiti dan bingung maka ia akan membenci (mabghud). Dan setiap sesuatu yang sama sekali tidak berdampak bahagia dan luka, ia tidak bisa di anggap sebagai sesuatu yang dicinta maupun dibenci.

Seperti definisi yang di tawarkan Al-Ghozali adalah:

الحُبُّ عِبَارةٌ عن مَيلِ الطَّبْغ إلى ألشَّئ المُلَذ

Artinya: “Cinta adalah ungkapan dari keterikatan watak terhadap sesuatu yang dianggap lezat.”

Penting juga untuk dipahami, jika kadar cinta sesuai dengan pengetahuan dan penemuan si pecinta, tentu akan menjadikan nilai cinta itu berbeda. Contohnya telinga akan senang ketika mendengar lagu-lagu indah dan irama yang tersusun rapi, hidung akan senang ketika mencium bau semerbak harum, indra perasa akan senang ketika memakan setiap makanan yang enak dan lezat.

Begitulah rumus cinta yang disampaikan Imam Al-Ghozali, dari ungkapan beliau mengilustrasikan bahwa cinta itu universal.  Bukan sekedar hal materi, akan tetapi nilai cinta sesuai dengan posisi masing-masing.

انَّ حُبَّ القًلبِ للمُحْسِنِ اِضّطًرارًاً لا يُسّتَطَا عُ دَفعُهُ وهو جُبلةٌ وفطرةٌ لاَ سَبيل إلى تغيِيِرها

Artinya: “sungguh kecintaan hati orang yang berbuat baik merupakan sesuatu yang bersifat pasti, tidak bisa ditolak. Itu merupakan dan naluri yang tidak bisa diubah.”

Imam Al-Ghozali membagi cinta menjadi lima kategori, Pertama, cinta kepada diri, kesempurnaan dan keberadaannya. Kedua, cinta kepada setiap orang yang berbuat baik kepadanya. Ketiga, cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat baik kepada orang lain, meski kebaikan itu tidak diperbuat untuknya. Keempat, cinta pada setiap sesuatu secara materi, seperti kecantikan, ketampanan, etika baik, ucapan lemah lembut dan lainnya. Kelima, kecintaan yang di sebabkan satu frekuensi yang terjalin dalam diri masing-masing orang yang saling mencinta.

Dengan rasa cinta orang akan lebih semangat dan ikhlas untuk melakukan setiap sesuatu yang disenangi atas dasar cinta. Atas dasar cinta, ia tidak harus bertanya mengapa dan kenapa, karena semuanya dilakukan atas dasar cinta. Maka dari itu, seharusnya kita bijak dalam melatakan cinta. Menurut Imam Al-Ghozali, tidak ada yang berhak dicintai selain Alloh SWT. Jika ada seseorang yang mencintai selain Alloh, menunjukan bahwa cintanya muncul karena kebodohan dan minimnya pengetahuan terhadap Alloh SWT.

Namun demikian, mencintai Alloh artinya juga harus mencintai Rasululloh SAW, Ulama, orang-orang bertakwa dan para kekasih Alloh.

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

Artiya: “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Q.S. Ali-Imran : 31).

Hal serupa juga di jelaskan oleh Imam Al-Ghozali

لأنً مَحبُوبَ المَحبُوبِ مَحبُوبٌ وَرَسُولَ المَحبُوبِ مَحبُوبٌ المَحبُوبِ مَحبُوبٌ

Artinya: “Karena sesuatu yang dicintai oleh kekasih adalah seperti kekasih, utusan kekasih adalah kekasih, dan pecinta kekasih adalah seperti kekasih pula.”

Melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada yang lebih berhak dicintai selain Alloh. Karena hanya Alloh lah yang paling layak dan sempurna memenuhi lima kategori cinta di atas. Alloh sebenarnya adalah penyemburu terhadap makhluknya yang mencintai selain darinya, oleh sebab itu mengapa Alloh menciptakan hati kita hanya satu. Karena dari satu hati itu ditunjukan untuk mencintainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like