Pada zaman sekarang, dunia telah mencapai puncak perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang kita ketahui, dunia mengalami perkembangan sangat pesat dan signifikan yang efeknya menjadikan manusia dengan mudah mendapatkan sesuatu yang di inginkannya. Contohnya dengan hadirnya berbagai macam teknologi dan penemuan-penemuan ilmiah, menjadikan wujud nyata terhadap perkara yang mustahil.
Nah, dengan melihat perkembangan dan kemajuan zaman tersebut, tentunya memiliki nilai positif dan nilai negatif. Hal ini memang tak bisa di pungkiri, perkembangan zaman memaksa kita untuk mengikutinya dengan catatan harus menimang-nimang mana yang positif dan mana yang negatif. Nah, dalam hal ini tentunya kita sebagai seorang muslim harus bijak terhadap hal tersebut. salah satu langkah kita dalam menyikapi perkembangan zaman adalah mengambil sisi positifnya saja. Contohnya dalam dakwah atau syiar agama islam.
Pada zaman sekarang, metode dakwah atau syi’ar agama islam tentunya memiliki perbedaan yang menohok dari para pendahulu kita. seperti pada masa nabi Muhammad SAW, dalam proses dakwahnya beliau masih menggunakan dakwah tradisional yang salah satunya adalah menyasar atau langsung berhadapan dengan objek dakwah tersebut. Pada zamannya, beliau menggunakan dua metode dakwah yang mashur tercantum dalam historis sejarah islama. Diantaranya adalah dakwah bil jahri (dakwah secara terang-terangan) dan dakwah secara bil sirri (dakwah secara rahasia).
Metode tersebut beliau gunakan karena menyesuaikan keadaan Makkah Al Mukarromah yang pada saat itu masih bergejolak dilema keyakinan atas ajaran yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW. Maka dari itu beliau menyesuaikan dengan situasi kondisi tersebut. Selain pada masa Rosulluloh SAW, di Nusantara sendiri tak luput dari cerita menarik atas tersebarnya ajaran islam. Ya, pada masa dahulu, islam masuk di Nusantara lewat jalur perdagangan dari orang-orang muslim yang berasal dari timur tengah. Selain misi perdagangan, para muslim timur tengah juga memiliki misi menyebarkan agama islam.
Adapun bukti konkret dari masuknya islam di Nusantara adalah di temukannya makam Sayyidah Fahimah binti Maimun di pulau Jawa. Sedangkan cerita detail tentang tokoh penyebar islam di pulau Jawa adalah walisongo. Tokoh wali songon merupakan figur masyhur dalam catatan sejarah mengenai misinya menyebarkan agama islam di pulau Jawa, yang pada saat itu masyarakat Jawa masih menganut ajaran Hindu dan Budha.
Dengan begitu, para walisongo sebelum dakwahnya, mensurvei atau melakuakan observasi pada kultur manyarakat sekitar. Para walisongo tidak serta merta menggunakan dakwah jalur kasar dalam dakwahnya. Metode pendekatan yang bercorak humanisme di terapkan menyesuaikan kultur dan karakter masyarakat Jawa pada kala itu. Dan hal itu berhasil diterapkan dengan sempurna oleh walisongo dalam dakwa islamisasi. Metode pendekatan yang humanisme, di nilai lebih efektif dalam menyasar target.
Seperti yang di terapkan oleh Raden Syahid ( Sunan Kalijogo), beilau menerapakan metode dakwah lewat jalur seni budaya. Contohnya seni wayang, sebuah seni budaya yang sangat di gemari oleh masyarakat Jawa pada kala itu. belaiu mencampuri seni wayang dengan kisah-kisah islam yang bisa mebuat masyarakat Jawa mengucapkan dua kalimat Syahadat. Ataupun ketika ingin menyaksikan wayang, tiket masuknya menggunakan kalimat Syahadatain tadi.
Nah, untuk saat ini menajadi tantangan kita sebagai muslim yang hidup di zaman modern yang serba digital. Kita patut mengimbangi dakwah kita lewat zaman sekarang ini. Dengan memanfaatkan dan menguasai teknologi yang serba digitalisasi, diharapkan mampu mengimbangi atau menyesuaikan perkembangan zaman yang ada. Tuntutan generasi muda muslim sekarang tidak hanya lagi harus pandai dalam memahami ilmu agama, tetapi juga harus pandai dalam menyebarkannya.
Hal ini menyesuaikan target dakwah sekarang tidak hanya lewat satu jalur inklusif saja, tetapi juga lewat jalur eksklusif media massa. Bayangkan saja, ketika kita dakwah ataupun tausyiah berhadapan langsung dengan jama’ah, itu akan kalah efektifnya dengan seorang yang dakwah lewat internet. Dengan menshare satu vidio dakwah, atau dengan mengupload bentuk dakwah kita lewat media massa, cakupannya bisa menyebar keseluruh penjuru dunia.
Inilah mengapa ada istilah “sekarang bukan lagi kiai sejuta umat, tetapi kiai sejuata viewer”. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa tuntutan kita, di zaman sekarang benar-benar harus menguasai digitalisasi. Kita sebagai muslim modern, apalagi sebagai santri sangat tertuntut dengan hal ini. Mari kita serentak jawab tantangan zaman masa kini dengan usaha dan kerja keras. Kita buktikan kalau kita bukanlah seorang yang kudet dan kolot, tetapi beritahu dunia bahwa kita adalah seorang muslim atau santri multitalenta yang peka terhadap perkembangan zaman yang ada.