Mojokerto, Elmahrusy Media.
Minggu, (21/05) Mojokerto merupakan salah satu kota dengan segudang destinasi wisata. Apalagi dalam sektor pariwisata sejarah, di sana masih kental akan sejarah budaya yang ditampilkan. Kebetulan kami berkesempatan untuk mengunjungi Pendopo Agung yang beralamat di Jl. Pendopo Agung, Dsn. Nglinguk, Desa. Trowulan, Kec. Trowulan, Mojokerto.
Pendopo yang diresmikan tanggal 10 Juli 1994 oleh Pangdam V/Brawijaya, Haris Sudarno, Mayor Jendral TNI, ini cukup dengan 4 ribu per orang untuk tiket masuknya. Di sana, memiliki beberapa spot yang bagus. Banyak wahana permainan anak-anak yang tentunya sangat menarik perhatian mereka.
Tidak hanya itu, adanya rusa, burung merak, dan kola mikan juga semakin menambah pesona pendopo agung tersebut. para pengunjung juga bisa merasakan memberi makan satwa itu dari pakan yang sudah disediakan; 2 ribu untuk seikat kangkung, begitu pun sebungkus pelet ikan. Para pengunjung tentunya sangat antusias terhadap hal itu. Berfoto ria adalah pilihan.
Semakin menyusuri ke dalam, kesan menarik semakin terasa. Di sana juga terdapat berbagai situs bersejarah, seperti patung, lukisan tembok, serta foto-foto bersejarah mengenai perkembangan pendopo agung. Bisa ditemukan prasasti nama pejabat DANPUSPOMAD, nama Raja-Raja Majapahit mulai dari Prabu Kertaprajasa Jayawardana (Raden Wijaya) 1294-1309 sampai Bualara Prabu Giriadrawardhana (Dyah Rarawijaya) 1478-1487, nama Pejabat Pangdam V/Brawijaya mulai dari Gen May HR Mouh Mangondiprodo 1945 sampai Mayjen TNI Suharyanto, S.Sos. MM 2020-2021. Deretan nama-nama tersebut terpampang mengapit gambaran tembok tentang perjuangan Majapahit dengan dihiasi pernyataan Gajah Mada, ‘Lamun nuwus kalah nusantara, isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seran, ring tanjungpura, ring haru, ring Pahang, dompo, ring bali, sunda, Palembang, tumasik, samana isun amukti palapa.’
Di sana berdiri tegak sebuah situs yang dinamai Situs Umpak-Umpak, sebagai tempat meletakan Candrasangkala yang terpahat kedua batu marmer yang berbunyi, ‘Mangesti trusta rahayuning bhawana’ yang artinya memuja kesejahteraan dan ketentraman dunia. Selain itu, Situs Patok Gajah/Batu Miring yang berada di bagian belakang pendopo. Situs itu merupakan tempat untuk mengikat gajah putih tunggangan Ratu Tri Branatungga Dewi hadiah dari Kerajaan Campa.
Bagi yang ingin istirahat bisa langsung menuju pendopo utama yang berada di tengah Kawasan pendopo agung. Pendopo dengan aksitektur kayu itu sangat luas dan bersih itu juga dihiasi dengan berbagai memoriam foto sejarah tentang pendopo, mulai dari foto pondasi awal, petilasan makam putri campa, makam panjang, silsilah Kerajaan Singasari dan Majapahit, juga yang lainnya. Udara sejuk dari pepohonan besar yang tumbuh mengelilinginya membuat siapapun betah berlama-lama. Di sana juga disediakan mushola, toilet, serta area warung makan di dekat tempat parkir.
Jadi, apa yang membuat kalian masih berpikir untuk datang ke sana?