Di sisi lain, lebaran bermakna liburan. Dan liburan, ya seharusnya libur, bukan lembur!
Tak bisa dipungkiri perihal lebaran dan liburan ini. Setelah berpanjang lelah dalam kerja dan ibadah selama bulan Ramadhan, lebaran adalah momennya. Perihal hari kemenangan, THR, liburan, mudik, dan kebersamaan. Beramai-ramai semarak, dalam pikir dan perasaan, hingga tubuh meski harus bersesak kendaraan di jalan dengan segala barang bawaan yang menumpuk menunggunung. Diniatkan menghabiskan lelah yang tersisa, untuk sesampainya di kampung dan tenang. Memberikan segenap cinta untuk mereka yang tercinta.
Karena memang seperti itu relationship goalsnya: lebaran-liburan, bukan lebaran-lemburan!
“Emang masih ada orang yang kerja, lembur di waktu libur?” Tanya seseorang tanpa permisi.
Tak perlu bersusah dan berepot menjawab pertanyaan itu. Lihat saja ekspresi wajah lelaki yang tengah menghadap laptop di kala langit malam bersenandung takbir: sebagaimana vokalis toa atau algojo penabuh beduk, adakah sedikit gurat semarak di wajahnya atau bahkan sebaris senyum?
Tidak menafikan, bagi mereka yang diterpa udara lain dari takdir. Mereka yang tetap harus masuk bekerja dan melakukan kegiatannya di waktu libur, waktu orang-orang berlibur. Mungkin banyak hal yang mengalasi: menambal job, lempar tanggungan, kejar setoran, atau malah challenge iming-iming uang bonus yang mungkin terkesan romusha dari pada lembur: perikemanusiaan?
Tapi kenyataannya, tidak jarang kita jumpai orang yang masih bisa terlihat santai dan bahkan begitu bahagia dengan tugas pekerjaannya yang banyak dan berat. Sebagaimana juga dengan para kuli, buruh, dan pekerja kasar lainnya yang tetap enjoy-enjoy saja. Apa yang menyebabkannya seperti itu? Niat, mindset!
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّات وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, sedangkan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang diniatkannya.”
Seorang pemikir, Steve Maraboli, berkata: “Happiness has to do with your mindset, not with outside circumstance.”
-“Kebahagiaan berkaitan dengan pola pikir Anda, bukan dengan keadaan luar.”
Di sisi lain, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang Psikolog di Stanford University menyatakan bahwa pola pikir atau mindset adalah salah satu kunci kesuksesan. Jadi yang perlu digaris bawahi adalah niat, mindset, dan pembawaan kita dalam menyikapi sesuatu itu sangat penting: baik pada proses, maupun hasil.
Jika kita menyikapi sesuatu dengan sederhana, maka akan timbul kesan ringan. Tetapi, jika kita menyikapi sesuatu dengan berlebihan, maka akan timbul kesan berat.
“Emang apa yang harus dikhawatirkan akan lembur?”
Sejatinya, libur tidak sepenuhnya libur. Nyatanya kita tetap kegiatan. Jika kerja kantor libur, toh nyatanya masih kita masih gerak, masih banyak hal yang harus dikerjakan: interaksi, ibadah, juga soal kerjaan rumah, dan lainnya. Semua saling terikat. Liburan tetap tidak membuat kita bebas untuk plonga-plongo menikmati waktu kosong sekosong tatapan mata dan pikirannya, “hari ini enaknya ngapain, ya?”
Secapek-capeknya tarawih, pasti ada do’anya. Selelah-lelahnya puasa, pasti ada berbukanya. Bukannya sudah banyak hal yang kita pelajari di kala bulan Ramadhan? Bukannya Ramadhan sudah banyak mengajarkan kita? Mana? Apa?
Sekali lagi, ambil baiknya! Ambil hikmahnya! Dari pada capek lembur, pikiran, ditambah beban perasaan yang ngegrundel penuh keluh kesah. Bukan tanpa alasan, bukankah tidak ada kesia-siaan dalam kebaikan? Berikut ada beberapa manfaat lembur yang perlu kamu ketahui:
Ya, gitu deh pokoknya!
Ingat juga, bukan perihal capek nggak capek. Tapi, usaha lebih pasti akan mendapat hasil lebih! Kita niati belajar, kita niati ibadah, semoga barokah.
Dengan itu, kita menjadi tau proses dan terdidik.
Itu yang terpenting!
*Disclaimer: tulisan itu tidak bermaksud menyinggung institusi ataupun personal manapun, hanya sebatas penghibur diri penulis ini yang berkejar pikir susun diksi dan aroma ketupat yang hampir matang.