Kediri, Elmahrusy Media.
Minggu (11/02), Madrasah Diniyah HM Al-Mahrusiyah Putra sukses menyelenggarakan Festival 1002 Bait Nazhom Alfiyah Ibnu Malik.
Festival yang diperuntukan untuk kelas 2 Aliyah ini, tidak menutup kemungkinan diperuntukkan juga untuk kelas 3 Aliyah dengan berbagai kriteria, seperti belum pernah mengikuti festival di kelas 2 Aliyah dan harus selesai hafalan nazhom Jawahirul Maknun terlebih dahulu.
Untuk peserta, festival nyewu kali ini dapat dibilang sukses dan amat memuaskan: festival nyewu seangkatan, baik pusat atau ngampel. Untuk peserta pusat dihadiri oleh 28 orang dan 3 orang untuk ngampel, lalu dibagi ke dalam 8 kelompok untuk disimak oleh para mustahiq tingkatan Aliyah.
Tapi, yang menjadi sorotan bukan soal peserta nyewu yang seangkatan ini, melainkan soal penyimak. Karena dari sekian penyimak itu, salah satunya adalah Gus Nabil Aly Ustman. Sungguh ini merupakan kehormatan bagi segenap hadirin sekaligus menjadi beban kesiapan berlebih bagi peserta yang akan disimak beliau. Tidak perlu diragukan lagi, aura wibawa beliau saja sudah membuat siapapun yang berhadapan akan tertunduk. Apalagi sampai beliau angkat suara atau gebrak tangan tanda peserta tidak lancar hafalannya. Wah!
Lalu, untuk kriteria penilaian nyewu kali ini tetap digolongkan menjadi 3, yaitu Jayyid, Mutawasith, dan Rodhi’. Bisa dikatakan Jayyid jika peserta melakukan salah maksimal 5 kali, Mutawasith maksimal 10 kali, dan Radhi’ maksimal 15 kali.
Susunan acara dan ketentuan festival pun dibacakan oleh MC, dan pelaksanaan Festival 1002 Bait Nazhom Alfiyah Ibnu Malik pun dimulai.
Hampir 2 jam waktu pelaksanaan festival, terlihat mimik wajah yang berbeda dari para peserta yang disebabkan kesiapan, penyimak, dan hasil yang berbeda pula. Tapi, sudah bisa dipastikan, tetap ada satu guratan wajah yang sama di antara mereka: ketenangan dan kelegaan.
Setelah peserta berhadapan dengan para peyimak untuk mempertaruhkan hafalan dan hasilnya, runtutan festival beralih ke pengesahan nama angkatan, pengarahan, dan do’a penutup oleh Gus Nabil.
“Angkatan ini apa namanya?” Tanya Beliau.
Lantas para siswa pra tamatan itu menjawab dengan mantap, “Al-Manhal, Gus.”
“Al-Manhal, mata air. Air yang nyumber. Semoga menjadi do’a agar bisa nyumber ilmunya.” Lanjut beliau dengan pemotongan tumpeng, lalu diamini oleh seluruh peserta.
Kemudian, perihal pengarahan, Gus Nabil memberi wejangan akan pentingnya mengamalkan ilmu.
“Bahkan, Syekh Zarnuji mengatakan, ‘santri itu harus mengamalkan ilmunya. Karena jika tidak akan berdampak pula ke dirinya. Tidak mengamalkan ilmu itu bisa membuat orang menjadi bodoh dan dedel.’”
Kedua, Gus Nabil juga mengingatkan, bahwa mengamalkan ilmu itu diniatkan sebagai bentuk muroja’ah atau mengulang pelajaran yang sudah pernah dipelajari.
“Meskipun kalian tidak punya TPQ, tidak punya madrasah, kampus, atau bahkan pondok pesantren, tidak menjadikan alasan kalian tidak mengamalkan ilmu.” Akhir dawuh beliau.
Selepas itu, acara dilanjut dengan foto bersama dan makan-makan sebagai bentuk tasyakuran. Alhamdulillah.
Wallahu a’lam.