web analytics

Filosofis Garuda, di Dada

Filosofis Garuda, di Dada
0 0
Read Time:3 Minute, 33 Second

Indonesia adalah negara tumpah darah. Negara yang sebegitu besar dan makmurnya ini tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara lain.

“Bangsa mana yang sekaya bangsaku?”

Bangsaku kaya. Kaya raya. Sumber daya alam dengan segala hal eksotis flora dan faunanya, juga beragam masyarakat; suku, budaya, dan bahasa yang tidak terbilang.

Ir. Soekarno pernah mengatakan, “Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya.”

Tidak hanya itu, Ir. Soekarno dalam sajaknya, Aku Melihat Indonesia, menggambarkan betapa indahnya negeri ini dengan begitu manis,

Aku Melihat Indonesia

Jika aku berdiri di pantai Ngliyep

Aku mendengar lautan Indonesia bergelora

Membanting di pantai Ngeliyep itu

Aku mendengar lagu – sajak Indonesia

 

Jikalau aku melihat

Sawah menguning menghijau

Aku tidak melihat lagi

Batang padi menguning – menghijau

Aku melihat Indonesia

 

Jika aku melihat gunung-gungung

Gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu

Gunung Tangkupan Prahu, gunung Klebet

Dan gunung-gunung yang lain

Aku melihat Indonesia

 

Jikalau aku mendengar pangkur palaran

Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan

Aku mendengar Indonesia

 

Jika aku menghirup udara ini

Aku tidak lagi menghirup udara

Aku menghirup Indonesia

 

Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa

Dengan mata yang bersinar-sinar

Merdeka! Merdeka! Pak! Merdeka!

 

Aku bukan lagi melihat mata manusia

Aku melihat Indonesia!

 

Semua ketenangan ini tidak dipetik cuma-cuma. Tentram ini bukan tanpa khawatir, manis ini bukan tanpa pahit, sehat ini bukan tanpa sakit, tawa ini bukan tanpa tangis, dan lega hirup nafas ini bukan tanpa sesak. Tapi yang perlu kita tau, yang lebih dan paling penting, jajah itu bukan tanpa perlawanan. Semua perjuangan tenaga, usaha, darah, air mata, keringat, harta, dan do’a tidak ada yang sia-sia. Inilah merdeka! Kitalah merdeka!

Para pahlawan, mereka yang berjuang dan berkorban dari segala macam lapis masyarakat, bukan main-main untuk bisa sampai pada nama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana memperjuangkan dan mempertahankan merdeka ini.

Selain untuk hal gerak usaha, para Pahlawan juga tidak main-main, begitu serius untuk hal gerak pemikiran. Segala hal yang dicetuskan untuk negara ini, tentu memiliki nilai filosofis tersendiri. Makna yang dalam, cerita yang kelam.

Terlalu banyak jika kita membahas kesemuanya, cukup kita mulai dari Garuda, sebagai lambang negara. Masih banyak dari masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang makna filososfis dari lambing bangsanya. Entah tentang jumlah dari tiap bagian garuda itu atau apapun. Dan masih banyak lagi dari kita yang tidak tau siapa orang yang mencetus filosofi itu.

Ada yang tau?

Dalam buku Api Sejarah jilid kedua, Ahmad Mansur Suryanegara menyebutkan pada halaman 331,

 

LAMBANG NEGARA GARUDA PANCASILA

Masyarakat luas mengira Lambang Negara NKRI sebagai ciptaan Mohammad Yamin.

Perkiraan yang demikian itu tidak benar. Sebenarnya, pencipta Lambang Negara adalah

Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak Kalimantan Barat

Ketika masih menjabat Menteri Negara RIS mendapat tugas dari Presiden Soekarno,

Sultan Hamid II sebagai pencipta Lambang Negara menuturkan proses penciptaannya kepada

sejarawan Solihin Salam.

Burung Garuda Pancasila

Bukanlah sebagai Burung Garuda Airlangga dari Kediri, melaikan

Burung Elang Rajawali Sayyidina Ali ra

Bersayap kanan kiri masing-masing 17, ekor 8, dan bulu pada pangkal ekor 19

Dan pada leher 45 Lambang Proklamasi 17-08-1945

Perisai di dada Burung Garuda Pancasila

berwarna dasar kanan kiri Merah Putih di tengah berwarna Hitam

berbentuk segi empat dan lengkung di bagian bawahnya sebagai lambang

Ka’bah dan Hijir Ismail

 

Pada Perisai Lambang Garuda Pancasila terdapat lambang lima sila

Bintang Nur Cahaya

warna dasar hitam, Bintang berwarna putih

Lambang Ketuhanan Yang Maha Esa

 

Rantai atau Kalung

berwarna emas, warna dasar Merah

Lambang Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

 

Pohon Istana

Warna daun hijau batang coklat, berwarna dasar Putih

Lambang Persatuan Indonesia

 

Kepala Banteng

warna hitam putih, warna dasar Merah

Lambang Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan

 

Kapas dan Padi

Kapas warna hijau putih, Padi berwarna emas, warna dasar Putih

Lambang Keadilan Sosial

 

Cara membaca lambang Bintang di tengah, turun ke Rantai, naik ke Pohon Istana, Terus belok ke kanan Banteng, turun ke Kapas dan Padi disebut

Thowaf seperti mengelilingi Ka’bah

 

Di antara kelima lambang terdapat garis tebal hitam melintang

Lambang Garis Khatulistiwa

Kaki Garuda Pancasia menggenggam pita yang bertuliskan

Bhineka Tunggal Ika

 

Pelukis pertama Lambang Garuda Pancasila adalah Dullah

Lambang Pancasila sebagai Lambang NKRI disahkan pertama kalinya oleh

Perdana Menteri NKRI Dr. Soekiman Wirjosandjojo

Partai Islam Indonesia Masjumi

Periksa Lebih Lanjut di Museum Konfrensi Asia Afrika

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like