Filosofis Garuda, di Dada
Indonesia adalah negara tumpah darah. Negara yang sebegitu besar dan makmurnya ini tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara lain.
“Bangsa mana yang sekaya bangsaku?”
Bangsaku kaya. Kaya raya. Sumber daya alam dengan segala hal eksotis flora dan faunanya, juga beragam masyarakat; suku, budaya, dan bahasa yang tidak terbilang.
Ir. Soekarno pernah mengatakan, “Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya.”
Tidak hanya itu, Ir. Soekarno dalam sajaknya, Aku Melihat Indonesia, menggambarkan betapa indahnya negeri ini dengan begitu manis,
Aku Melihat Indonesia
Jika aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar lautan Indonesia bergelora
Membanting di pantai Ngeliyep itu
Aku mendengar lagu – sajak Indonesia
Jikalau aku melihat
Sawah menguning menghijau
Aku tidak melihat lagi
Batang padi menguning – menghijau
Aku melihat Indonesia
Jika aku melihat gunung-gungung
Gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu
Gunung Tangkupan Prahu, gunung Klebet
Dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku mendengar pangkur palaran
Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia
Jika aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia
Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa
Dengan mata yang bersinar-sinar
Merdeka! Merdeka! Pak! Merdeka!
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia!
Semua ketenangan ini tidak dipetik cuma-cuma. Tentram ini bukan tanpa khawatir, manis ini bukan tanpa pahit, sehat ini bukan tanpa sakit, tawa ini bukan tanpa tangis, dan lega hirup nafas ini bukan tanpa sesak. Tapi yang perlu kita tau, yang lebih dan paling penting, jajah itu bukan tanpa perlawanan. Semua perjuangan tenaga, usaha, darah, air mata, keringat, harta, dan do’a tidak ada yang sia-sia. Inilah merdeka! Kitalah merdeka!
Para pahlawan, mereka yang berjuang dan berkorban dari segala macam lapis masyarakat, bukan main-main untuk bisa sampai pada nama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana memperjuangkan dan mempertahankan merdeka ini.
Selain untuk hal gerak usaha, para Pahlawan juga tidak main-main, begitu serius untuk hal gerak pemikiran. Segala hal yang dicetuskan untuk negara ini, tentu memiliki nilai filosofis tersendiri. Makna yang dalam, cerita yang kelam.
Terlalu banyak jika kita membahas kesemuanya, cukup kita mulai dari Garuda, sebagai lambang negara. Masih banyak dari masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang makna filososfis dari lambing bangsanya. Entah tentang jumlah dari tiap bagian garuda itu atau apapun. Dan masih banyak lagi dari kita yang tidak tau siapa orang yang mencetus filosofi itu.
Ada yang tau?
Dalam buku Api Sejarah jilid kedua, Ahmad Mansur Suryanegara menyebutkan pada halaman 331,
LAMBANG NEGARA GARUDA PANCASILA
Masyarakat luas mengira Lambang Negara NKRI sebagai ciptaan Mohammad Yamin.
Perkiraan yang demikian itu tidak benar. Sebenarnya, pencipta Lambang Negara adalah
Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak Kalimantan Barat
Ketika masih menjabat Menteri Negara RIS mendapat tugas dari Presiden Soekarno,
Sultan Hamid II sebagai pencipta Lambang Negara menuturkan proses penciptaannya kepada
sejarawan Solihin Salam.
Burung Garuda Pancasila
Bukanlah sebagai Burung Garuda Airlangga dari Kediri, melaikan
Burung Elang Rajawali Sayyidina Ali ra
Bersayap kanan kiri masing-masing 17, ekor 8, dan bulu pada pangkal ekor 19
Dan pada leher 45 Lambang Proklamasi 17-08-1945
Perisai di dada Burung Garuda Pancasila
berwarna dasar kanan kiri Merah Putih di tengah berwarna Hitam
berbentuk segi empat dan lengkung di bagian bawahnya sebagai lambang
Ka’bah dan Hijir Ismail
Pada Perisai Lambang Garuda Pancasila terdapat lambang lima sila
Bintang Nur Cahaya
warna dasar hitam, Bintang berwarna putih
Lambang Ketuhanan Yang Maha Esa
Rantai atau Kalung
berwarna emas, warna dasar Merah
Lambang Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Pohon Istana
Warna daun hijau batang coklat, berwarna dasar Putih
Lambang Persatuan Indonesia
Kepala Banteng
warna hitam putih, warna dasar Merah
Lambang Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Kapas dan Padi
Kapas warna hijau putih, Padi berwarna emas, warna dasar Putih
Lambang Keadilan Sosial
Cara membaca lambang Bintang di tengah, turun ke Rantai, naik ke Pohon Istana, Terus belok ke kanan Banteng, turun ke Kapas dan Padi disebut
Thowaf seperti mengelilingi Ka’bah
Di antara kelima lambang terdapat garis tebal hitam melintang
Lambang Garis Khatulistiwa
Kaki Garuda Pancasia menggenggam pita yang bertuliskan
Bhineka Tunggal Ika
Pelukis pertama Lambang Garuda Pancasila adalah Dullah
Lambang Pancasila sebagai Lambang NKRI disahkan pertama kalinya oleh
Perdana Menteri NKRI Dr. Soekiman Wirjosandjojo
Partai Islam Indonesia Masjumi
Periksa Lebih Lanjut di Museum Konfrensi Asia Afrika