Gaji Tak Seberapa dengan Barokah yang Berlimpah
Ketika telah menyelesaikan jenjang pendidikan tentu kita dihadapkan dengan berbagai pilihan. Kira-kira apakah yang akan kalian lakukan? Bekerjakah? Mencari uang? Happy-happy? Cari pengalaman? Atau bahkan membina rumah tangga? Merupakan hal yang lazim, bila seseorang yang sudah menyelesaikan pendidikan kalang kabut berebut mencari pekerjaan, hal tersebut karena semata-mata mereka hanya menginginkan uangnya saja. Padahal hakikat belajar itu tidak lain supaya kita bisa bermanfaat untuk masyarakat. Memang tidak salah ketika kita ingin mendapatkan uang yang banyak. Akan tetapi, lebih baik bila kita niatkan semua dari awal dengan niat yang benar, supaya apa yang kita kerjakan dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain.
Sudah banyak penulis temukan orang-orang yang memiliki pekerjaan dengan nominal gajinya dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya bahkan lebih, akan tetapi mereka masih merasa kekurangan, bahkan uang hasil mereka bekerja habis begitu saja tanpa disadari. Mengapa demikian? Karena kurangnya rasa syukur dan kurang menata niat, karena jika niat dari awal hanya menginginkan uang maka berapapun hasil yang mereka dapatkan tidak akan mengantarkan mereka pada puncak kepuasan, berbeda halnya jika kita niatkan lillahita’ala.
Seperti yang terjadi pada seorang wanita karir yang sukses dengan profesinya sebagai pengacara di Jakarta. Masalah yang ia alami sama persis dengan problem diatas, yakni mendapat gaji bayak akan tetapi masih terus merasa kurang. Akhirnya pengacara tersebut sowan kepada seorang kiai terkenal di daerahnya. Ia menceritakan perihal semua yang dilaminya. Setelah itu, kiai tersebut memberikan solusi yaitu dengan menawarkan pengacara tersebut untuk mengajar di salah satu fakultas yang merupakan yayasan milik kiai itu sendiri. Manut, itulah yang ia lakukan. Ia menuruti nasihat kiai tersebut untuk mengajar binniati ngalap barokah.
Seiring berjalannya waktu pengacara yang beralih profesi menjadi seorang guru tersebut sangat merusakan perubahannya. Meski dengan gaji yang sedikit dan tidak sebanding dengan penghasilannya sebagai seorang pengacara, namun uang tersebut dapat ia nikmati dengan perasaan senang dan penuh rasa syukur. Karena cukup untuk memenui kebutuhan sehari-harinya. Sebab, apa yang kita hasilkan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Terlebih dengan profesi seorang guru, yang mana guru merupakan satu profesi dengan segudang hikmah dan barokah. Guru bukanlah suatu profesi yang hanya memakan gaji, akan tetapi guru merupakan ladang khidmah kita terhadap ilmu. Jadi lebih tepatnya barokah itu datang ilmu. Seberapa penghormatanmu terhadap ilmu, sebanyak itulah barokah yang kamu peroleh darinya.
Seperti halnya, yang kerap dialami oleh para guru di MA Al Mahrusiyah. Perihal gaji yang tak seberapa namun diselimuti dengan barokah yang berlimpah. Contohnya saja, ketika beliau sedang mengalami masa-masa sulit, pasti akan ada saja solusi yang menghampiri. Begitu juga ketika beliau sedang membutuhkan uang, tak disangka selalu ada saja rezeki yang datang meski entah dari mana asalnya. Ituluh wujud dari kata barokah.
Tentu kalian bertanya-tanya. Bagaimana kita akan mendapatkan barokah? Dimana tempatnya? Kapan datangnya? Kapanpun dan dimanapun kita bisa mendapatkan suatu keberkahan. Dengan rasa iklhlas, sabar, meniatkan semua untuk ibadah, dan lillahita’alah. Maka fa insyaallah keberkahan itu akan datang dengan sendirinya.
Seperti yang telah disebutkan dalam sabda Nabi SAW.
خير الناس أنفعهم للناس
So, ketika suatu saat kita menjadi seorang guru, niatkan dalam hati bahwasannya kita mengajar itu semata-mata hanya karena Allah. Juga sebagai bentuk ta’dzim kita terhadap ilmu dan guru-guru kita. Pesan untuk kita semua, bahwa jangan sampai kita melakukan suatu pekerjaan semata-mata hanya karna iming-iming gaji yang menggiurkan. Akan tetapi, niatkan semua untuk khidmah dan ibadah, jalani dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Karena dengan begitu, semua pasti pasti akan menuai keberkahan yang penuh dengan ganjaran. Wallahua’lam.
Penulis: Nenden Syifa Auliah
Editor : Alifia Azzahra