Gaungkan Kembali Semangat Mengenal Nahdlatul Ulama’
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam terbesar di dunia, data dari survei LSI tahun 2013 Jumlah Nahdliyin mencapai 91,2 juta, hal itu belum dijumlahkan dengan warga NU yang telah meninggal dunia, karena apabila organisasi lain akan dicabut keanggotaannya. Sedangkan di NU masih dianggap, bahkan turut didoakan. Tidak heran NU diterima semua kalangan, Karena NU mengajarkan kepada masyarakat untuk beragama secara moderat, adil, toleran dan dan berimbang. Hingga sekarang kelahiran dan kehadiran NU mampu menjaga negeri bahkan dunia ini dari konflik perang. Hal itu terbukti ketika NU menjadi juru damai antara Rusia dan Ukraina ketika keduanya sedang berkecamuk perang.
Dalam kancah internasional, NU pun telah berkembang pesat, ditunjukkan dengan mendirikan berbagai kantor perwakilan di luar negeri, sebutannya PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdaltul Ulama) hingga sekarang jumlah PCINU mencapai 194 di belahan dunia.
Sesuai isi dari Qanun Asasi Nahdlatul Ulama’, “Organisasi ini didirikan untuk melambangkan kasih sayang, dalam rangka melanjutkan dan mengamalkan misi kenabian Muhammad Saw. yang rahmatan lil alamin.”
Artinya mengembangkan ajaran Agama Islam, serasi dengan tuntunan sang baginda nabi dan para sahabat, menyambung dari masa ke masa, mulai dari masa para wali dan ulama pendiri NU, tentunya dengan sanad yang shahih, sebab itu, aktivitas organisasi ini didominasi dengan menebarkan dakwah Islam yang berhaluan Aswaja, mengembangkan pendidikan, ekonomi dan politik sesuai ajaran Islam serta ikut berpartisipasi mewujudkan dunia yang ramah di seluruh lini kehidupan.
Di saat dakwah NU kian mendunia, di situ juga Nahdliyin alangkah baiknya mengetahui seluk-beluk organisasi, prinsip serta nilai-nilai yang terkandung dalam tubuh Nahdlatul Ulama’. Realita di kehidupan mayoritas hanya mengetahui amaliah-amaliah nan mengakar dari zaman ke zaman, seperti wirid bersama setelah shalat, qunut shubuh, tahlilan dan sebagainya.
Hadrastussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dawuh “Barangsiapa yang mau mengurus NU, akan kuanggap sebagai santriku, siapa yang menjadi santriku akan ku doakan khusnul khotimah beserta anak cucunya.” Sebuah pesan tersirat, agar para Nahdliyin tahu betul tentang berbagai macam perkara yang menyangkut ke-NU-an. Semisal mengetahui tentang struktur keorganisasian, seperti Mustasyar, syuriah, tanfidziyah, katib, banomnya, lembaganya hingga program-programnya.
Jika warga nahdliyin benar-benar tahu tentang NU, maka potensi menjadi kekuatan hebat yang mendunia bukan hanya mimpi belaka. KH. Miftahul Akhyar, Rais Aam PBNU mengatakan “Selama ini banyak warga Nahdlaltul Ulama yang hanya memosisikan diri sebagai jama’ah, belum berjam’iyyah. Inilah yang perlu kita jam’iyyahkan. Jangan sampai nantinya warga tercerai-berai hanya karena kepentingan sesaat. Mereka harus mengikuti satu komando, yang dikomandoi PBNU dan didukung oleh para mustasyar.”
Mengurus NU pun tak harus memosisikan diri sebagai pengurus, ikut andil dalam berbagai aktivitas yang ada kaitannya dengan NU juga termasuk salah satu perilaku yang mencerminkan perilaku khidmat di organisasi para ulama’ ini. KH. Fahmi Amrullah Hadzik, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng putri Jombang memiliki pandangan bahwa “Tetaplah berkhidmah di NU walaupun tidak masuk dalam struktur kepengurusan, mengurusi NU itu bisa melalui jalur apa saja, dan bisa jadi apa saja. Artinya tidak harus menjadi pengurus.”
Beliau juga menambahkan “Banyak hal yang bisa dipetik dari pendidikan maupun ajaran yang disampaikan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Melalui karya-karyanya, Mbah Hasyim Asy’ari juga membekali pengurus maupun kader NU dalam berkhdimah di NU.”
KH Reza Ahmad Zahid, Katib PBNU sewaktu akhirusanah Ponpes Al-Mahrusiyah 17 ramadan kemarin juga ngendikan kepada santri dan alumni untuk turut serta dalam struktural NU, karena sesepuh Lirboyo hingga generasi Gus Reza sendiri semua khidmah di NU secara struktural.
Dari pendapat-pendapat beliau mengindikasikan bahwa Ukhuwah Nahdliyah (Persaudaraan antar sesama warga NU) perlu kembali diperkuat, disamping Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah. Agar nantinya benih-benih perpecahan dalam organisasi yang besar ini dapat diredam, dan kesan adem tentrem tetap melekat dalam jati diri Nahdaltul Ulama’.
Tugas bagi kita sebagai Nahdliyin, untuk selalu melestarikan tradisi juga amaliyah NU, dan menanamkan karakter mandiri serta tidak gampang untuk terprovokasi oleh golongan-golongan lain. Tetap satu komando dalam kepengurusan PBNU, serta ta’dhiman wahtiroman kepada para ulama’ dan tentunya mengetahui sejarah, latar belakang dan segala pengetahuan tentang NU, agar nantinya karakter menduniakan NU juga tertanam dalam diri setiap nahdliyin di berbagai penjuru negeri.