Kediri Elmahrusy media, lantunan syahdu nan merdu syair-syair burdah mengiringi malam menuju perpulangan santri putri Pondok Pesantren HM. Al-Mahrusiyah. Bertepatan dengan malam 16 Ramadhan kabar gembira datang dari Sakan Al-Utsmaniyah, pembacaan burdah dan maulid diba’i sebagai teman sejarah menemani peralihan nama sakan tersebut menjadi Sakan Daar-Zaenab.
Peralihan nama sakan ini menjadi momentum perjalanan merintisnya asrama yang terbilang baru berjalan kurang lebih 3 tahun. Acara ini juga sekaligus i’lan (pemberitahuan) kepada seluruh santri putri yang akan pulang ke rumah. Malam 16 Ramadhan menjadi saksi untuk teman-teman santri putri tidak hanya sebagai malam perpisahan tetapi juga malam awal menyambut nama baru Sakan Daar-Zaenab.
Sakan Daar-Zaenab merupakan proses bertabarruk kepada Ibu Nyai Zaenab yang mana beliau adalah ibunda dari KH. Imam Yahya Mahrus yang sekaligus merupakan sosok istri tercinta dari Mbah Yai Mahrus Aly. Nama Zaenab ini disematkan kepada asrama putri dengan harapan dan tujuan agar kita bisa mengalap barokah dan mengikuti tindak lampah dari sosok perempuan yang mulia dan tangguh.
Seperti dawuh yang dituturkan oleh Ning Hj. Ita Rosyidah Miskiyyah pada acara tersebut,
“Untuk teman-teman santri yang saya cintai semoga sakan kita, Sakan Daar-Zaenab bisa mengambil barokah dan menghidupkan ruh dari beliau sosok yang tegas, setia dalam mendampingi dakwahnya Mbah Yai Mahrus Aly” ujar salah satu cucu dari Ibu Nyai Zaenab.
Dalam acara tersebut Ning Ochi juga menghimbau kepada seluruh santri putri agar tidak melewatkan moment perpulangan santri menjadi sia-sia. Beliau berpesan bahwa ketika kita sudah pulang ke rumah tidak hanya pulang, beristirahat, dan bersenang-senang. Jadikan perpulangan ini sebagai momentum untuk nasyrul ilmu, syiar, dan dakwah kalian ketika di rumah.
Selain itu beliau juga menyuguhkan konsep harmonis kekeluargaan yang selalu ditanamkan oleh Al-Walid Mbah Yai Imam Yahya yaitu dengan yang tua menghormati kepada sesama menyayangi. Itulah sistem kekeluargaan yang mana termasuk min akhlaqil karimah karena tentunya setiap dari kita harus bisa menjadi contoh yang baik dalam segala hal.
Hal ini selaras dengan ngendikan Ning Ochi,
“Tunjukkan akhlak kalian, jadikan perpulangan ini sebagai momentum untuk syiar dan dakwah kalian, karena insyaallah nanti pulang kalian akan menjadi duta segalanya, duta ilmu, duta dakwah, duta ibadah” tutur pengasuh asrama Daar-Zaenab.
Beliau juga mewasiatkan tentang sungkem kepada orangtua, beliau berpesan bahwa ketika nanti bertemu orangtua cium tangannya dan cium keningnya. Karena cium kening orangtua merupakan tabarruk, kening orangtua itu masjad (tempat sujudnya). Mengenai sungkem beliau juga menjelaskan filosofi mencium telapak tangan itu tabarruk karena anggota yang dibuat sujud dan berdoa, sedangkan mencium punggung tangan itu bermakna litta’dzim.
Begitulah himbauan dan pesan Ning Ochi untuk memanfaatkan perpulamgan sebagai momentum birrul walidain dan nasyrul ilmi sekaligus i’lan peresmian peralihan nama asrama Al-Utsmaniyah menjadi Sakan Daar-Zaenab.
Oleh: salma Mawaddah Mas’udi