Gelar Maulidurrosul Sederhana, Sebagai Cara Menjaga Amal Jariyah Yai Utsman
Pers Mahrusy-Jum’at/30/22, Kurang Lebih 60 santri putri Al-Mahrusiyah diberangkatkan menuju ke Surabaya, lebih tepatnya di Pondok Pesantren Darul Ubudiyah Raudlatul Muta’alimin Jati Purwo, yang mana merupakan Pondok yang didirikan langsung oleh K.H Utsman Al-Ishaqi. Dalam kesempatan kali ini, penulis mendapat amanah untuk berbagi kesan lewat tulisan ini, atas beberapa rangkaian acara yang diperingati dalam balutan Maulid Diba’i yang juga diiringi dengan kolaborasi Banjari-Marawis, yang di pimpin langsung oleh beberapa saudari dari Ibu Nyai Hj.Zakiyyatul Miskiyyah, dan tak lupa Putri beliau Ning Hj. Ita Rosyidah Miskiyyah yang juga ikut serta menjadi pembaca Diba’i.
Awal perjalanan kami setelah sampai di Surabaya adalah menuju tempat transit, dengan mengendarai Angkutan Umum yang sudah disediakan di sekitar tempat parkiran Bus rombongan kami. Setelah sampai di tempat transit, yaitu Musholla warga sekitar yang lokasinya cukup dekat dengan Makam Yai Utsman Al-Ishaqi, yang juga satu lokasi dengan Pondok Pesantren Darul Ubudiyah Raudlatul Muta’allimin Jati Purwo, kami beristirahat sampai ba’dha magrib, kemudian dilanjutkan ditempat acara. Dengan hati tenang dan tentram, rombongan kami menuju tempat acara dengan berjalan kaki.
Sesampainya ditempat acara, kami langsung mengikuti Maulid Diba’i dengan tenang dan khusyu’, namun sebelumnya ada beberapa pesan dari salah satu saudari dari Ibu Nyai Hj. Zakiyyatul Miskiyyah, yaitu tentang pentingnya menjaga kebiasaan baik atau amal jariyah dari ulama’- ulama’ terdahulu, yang bisa dijadikan hujjah dan penyelamat batiniah dan dhohiriah diri. Hal ini juga berhubungan dengan diadakannya rutinan tahunan pembacaan maulidurrosul khusus untuk para jama’ah wanita. Karena sesungguhnya, wanita juga perlu ada ikatan sirri dan hubungan khusus sebagai ummat kanjeng nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, acara maulidurrosul ini juga sebagai ajang pelestarian amal jariyah yai Ustman Al-Ishaqi. “Sesuatu amal jariyah akan putus jika tidak diamalkan, dan akan terus mengalir/tidak terputus pahalanya jika terus diamalkan”, Ini harus menjadi pegangan khusus santri zaman ini, untuk terus mengamalkan ajaran para ulama sepuh, yang jelas baik dan jelas kemashlahatannya.
Setelah acara selesai, sekitar pukul 21.00 WIB. Kami berziaroh ke makam Yai Utsman Al-Ishaqi, dan disusul ke makam Raden Rahmat atau lebih masyhur disapa dengan Sunan Ampel. Tidak lama setelah itu, setelah bermunajat dan tahlil bersama, kami berangsur kembali ke pondok kami tercinta, Al-Mahrusiyah, Lirboyo-Kediri. Kendati demikian, ditengah waktu yang begitu singkat dan wajah tampak lelah, namun kami tidak hentinya bersyukur bisa bermajlis maulidurrosul langsung bersama beliau. Dan bisa berziaroh di Makam yang terkenal dengan yai ahli thareqat-Yai Ustman Al-Ishaqi. Semoga barokah selalu mengalir pada kita semua.
Wallahu A’lam