Gus Ab sampaikan Norma-norma yang Harus dipegang Santri
Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama (PCNU), KH. Abu Bakar Abdul Jalil Kota Kediri menjelaskan norma-norma yang harus dipegang erat oleh santri pada jama’ah acara Majelis Sholawat Kubro ke-10 Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Kota Kediri (17/3/2022).
“Terdapat tiga norma yang sangat penting untuk dipegang oleh santri, diantaranya norma agama, sosial, dan hukum,” kata KH. Abu Bakar Abdul Jalil.
“Dan saya bersyukur sekali bisa bermukim di Kediri ini, karena disini saya dekat sekali dengan sumbernya ilmu agama, Alhamdulillah saya bisa belajar agama di Lirboyo; yang bisa dikatakan sumbernya ilmu agama,” lanjut Gus Ab.
Beliau KH. Abu Bakar Abdul Jalil atau masyhur dengan sapaan Gus Ab juga menjelaskan norma agama yang diajarkan dalam pesantren salah satunya adalah adab. Dengan memiliki adab yang bagus, maka santri ketika pulang akan mampu menyesuaikan diri pada masyarakat. Kemudian saat adab pada masyarakat sudah tepat maka muncul norma sosial, dengan mampu berhubungan baik pada masyarakat sekitar.
“Maka bagaimana nama pondok pesantren bisa kita jaga betul dengan baik disertai akhlakul karimah yang bagus. Terutama saat memperjuangkan jam’iyah Nadhlatul Ulama (NU) atau organisasi cabangan dari NU,” tutur Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Kediri.
Pada intinya santri ketika pulang, bebas untuk menjadi apapun, entah ingin menjadi seorang kiai, apparat sipil negara, politik, PNS, pengusaha atau pekerjaan lainnya yang terpenting santri harus ingat dan mampu ikut mengembangkan pondok pesantren juga memperjuangkan bendera NU. Serta jangan lupa untuk menjadi pekerja yang bersungguh-sungguh, amanah dan bertanggung jawab.
“Kemudian ketika anda terjun kedalam hukum, maka harus mengikutinya dengan baik dan jujur, jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas kevalidannya. Kalian harus menyaringnya dengan ketat, karena bila tidak demikian bisa membuat santri benci pada kiai atau gurunya. Selain itu, Kita jangan mudah sembarangan berprasangka buruk pada siapapun, lebih-lebih pada para masayikh Lirboyo,” jelas Ketua Himpunan Alumni Ponpes Lirboyo (Himasal).
Seperti yang telah disabdakan oleh KH. Mahrus Aly silam; “Barangsiapa yang tidak mau tahu tentang politik, tidak tahu metode siasatnya maka ia akan tergerus dengan siasat politik tersebut.”
Di akhir mau’idzoh beliau mengingatkan pada santri Putra HM Al-Mahrusiyah untuk selalu ingat peran masayikh Lirboyo dan selalu menjaga hubungan baik dengan para sesepuh walau sudah meninggal.
“Kepada beliau kita bisa meminta tolong dijadikan berkah ilmunya, diberi kemanfaatan dan dimudahkan dalam meraih kesuksesan. Lalu jangan lupa untuk meminta maaf kepada sesepuh masayikh Lirboyo, barangkali kita pernah melakukan kesalahan kepadanya. Seperti telah mengambil hak para pengasuh atau kesalahan lainnya yang tidak kita sadari,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Bandar Kidul Kecamatan Mojoroto Kediri.
Oleh: Iwan Nur