Gus Danial: Target Dakwah adalah Kepala dan Hati
Surabaya, Pers Mahrusy
Sabtu (27/8) KH. Reza Ahmad Zahid, LC. MA pengasuh Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah telah meresmikan Nawaning Nusantara di Ballrom Hotel Grand Mercure Surabaya. Rangkaian acara dimulai dengan kirab panitia nawaning dan penampilan santri putri dari PP. Wahid Hasyim Bangil.
Acara halaqoh nawaning nusantara perdana dengan tema “Merajut Silaturahmi Menguatkan Dakwah Kreatif Perempuan Pesantren Nusantara”. Nawaning Nusantara adalah wadah bagi para ning di seluruh Indonesia yang dibina oleh Ibu Nyai Maslahatul Ammah Sholeh. Uniknya peresmian nawaning nusantara tersebut menggunakan simbolis angklung yang kemudian disusul dengan diskusi panel oleh Ibu Nyai Hj. Badriyah Fayumi, LC. MA dan Gus Danial Rifki, S.Sn yang kerap disapa Gus Danial.
Gus Danial mengatakan bahwa ketika kita membahas era digital pasti yang terbesit pertama dibenak pikiran kita adalah sosial media seperti Instagram, Youtube. Facebook,twitter dll. Padahal era digital tidak hanya tentang ranah sosmed. Seperti di dunia perfilman yang sekarang sudah lebih bervariasi dan bertransformasi konsepnya. Media digital menjadi salah satu media yang punya dampak besar bagi banyak orang dan bahkan sekarang lebih massif lagi karena mudah diakses dan diaplikasikan seperti adanya digital platform seperti Netflix, Disney+ Hotstar, KlikFilm dan lainnya.
Salah satu ahli di dunia cinema Indonesia ini tidak pernah membranding filmnya sebagai film pesantren. Namun, beliau mampu mengonsep karyanya agar bisa dikonsumsi audience skala luas, dimana dakwah digital bisa dikonsep sekreatif mungkin sesuai dengan apa yang bisa kita lakukan.
“Film adalah sebuah karya yang cara kita menikmatinya dengan ketika kita masuk ke sebuah gedung bioskop dengan ruangan gelap hanya satu sumber cahaya disitu kita dituntut untuk fokus ke sumber cahaya terebut” tutur Sutradara Haji Bckpaker disela-sela diskusi.
Efek begitu besar dari film untuk pikiran dan perasaan penontonnya. membuat semua informasi di layar masuk secara halus ke dalam pikiran dan perasaan, tanpa disadari pesannya masuk pada diri kita sehingga bisa merubah segalanya. Target sebuah film diciptakan adalah “kepala dan hati”. Target kepala (harus masuk akal) apapun genre filmya termasuk genre film fantasi, karena dengan masuk akal batas logika kita terbuka, mau menerima informasi, namun ketika tidak masuk akal maka system kerja otak kita langsung menolak.
Sedangkan kedua yakni hati. Jadi, sebuah film harus mampu menyentuh perasaan penonton. Lalu mulailah kita membuat sebuah karya ketika dua hal tersebut sudah terpenuhi. Sehingga secara tidak langsung para penonton akan merasakan film sesuai dengan apa yang mereka alami.
“Itu adalah jurus yang digunakan oleh tim pembuat film, namun jurus ini juga bisa digunakan para nawaning dalam berdakwah di media sosial, mungkin tidak hanya posting tapi bisa dengan konsep bercerita, agar mampu memasuki pikiran dan hati audience. Hal itu salah satu jurus komunikasi yang lebih efektif daripada hanya memposting seperti biasa”. Tegas suami dari Ning Dhomirotul Firdaus tersebut.
“Lalu jika mau berkarya harus mulai dari mana? dalam berkarya ada 2 komponen, Yang pertama bungkus dan isi/konten. Bungkus adalah hal-hal teknis. Jika dalam dunia perfilman seperti kamera, editing, jika ranah sosmed yaitu mempelajari system dan fitur-fitur tiktok, instagram dll agar mudah mengaplikasikannya.” Tutur Gus Daniel
Komponen kedua yaitu isi atau kontennya, tentukan konten apa yang mau dibuat, jika tentang nilai moral, dunia pesantren, dan islam mungkin para nawaning sudah menguasai jadi tugasnya tinggal bagaimana kontennya mudah untuk diterima audience. Hal ini bisa menggunakan metode cerita karena cerita memasuki pikiran begitu halus sehingga belajar menjadi menyenangkan.
Lalu bagaimna caranya untuk memulai membuat cerita? Dulu kita diajari membuat cerita dari hal yg paling dekat dg kita. Silahkan mendongengkan cerita anda sehingga menjadi karya yang luar biasa. Maka jika diambil kesimpulan dakwah dimanapun dengan apapun itu sama. Caranya juga sama, tinggal bagaimana kita mengonsep dakwah tersebut agar menarik dan banyak diminati masyarakat. Dengan adanya wadah nawaning nusantara ini maka dari itu bisa mengonsep dan bertukar pikiran dengan ning-ning yang lain. Karena pasalnya kalau bukan nawaning lalu siapa lagi generasinya?
Acara halaqoh nawaning nusantara ini diketua oleh beliau Ning Nuvisa Rizqid Dinniy El Ulya. Acara ini sangat disambut antusias dengan para nawaning diseluruh indosnesai. Tak hanya nawaning yang berasal dari pulau jawa, bahkan yang berasal dari luar jawa juga ikut memeriahkan acara ini. Semangat dan kekompakan nawaning untuk memeriahkan acara ini terlihat dari banyaknya peserta yang mendaftar. Karena keterbatasan muatan lokasi acara panitia hanya menerima 333 peserta, dengan jumlah waiting list peserta sebanyak 200 peserta.
oleh: @laelizakiaa