Gus Melvien: Apapun Hasilnya, Kalian Tetap Santri Al-Mahrusiyah!
KH. Melvien Zainul Asyiqien memberikan mauidzotul hasanah pada acara Muhafadhoh Akhirusanah Madrasah Diniyah HM Al-Mahrusiyah Lirboyo pada senin (04/03) malam. Beliau berpesan bahwasanya apapun hasil dari muahafadzoh, baik jayid, mutawasith maupun rodhi’ kalian semua tetap santri Al-Mahrusiyah.
“Selamat dumaten panjenengan sedoyo yang sudah melewati fase muhafadzoh akhirusanah, yang jayid alhamdulilah, yang mutawasith alhamdulilah, semoga tahun depan bisa lebih baik lagi bisa jayid. Bagi yang rodhi masya allah semoga tahun depan bisa jayid. Jayid rodhi mutawasith, membuktikan kalian sudah berusaha dalam muhafadzoh, yang jayid berarti sudah benar-benar ijtihad berusaha semaksimal Mungkin dalam hapalan, hasil mutawasith juga sudah menunjukan kemampuannya, saya yakin telah berusaha sebaik mungkin untuk hapalan. Yang rodhi saya agak ragu kalau dia bersungguh-sungguh dalam melakukan hapalan. Tapi semuanya tetap santri Al-Mahrusiyah, sebab kanjeng nabi Muhammad telah dawuh “setiap manusia itu ada yang qowiyun (kuat) dan dhoif (lemah), tapi semuanya tetap mu’min,” ada yang semangat ibadah, sedang dan kendo itu semua tetap orang mu’min”
Gus Melvien juga menekankan bahwasanya apapun hasil yang didapat muhafadzhoh, hal paling penting adalah bagaimana kalian bisa mengamalkan dengan ilmu yang sudah kalian hapalkan,
“Jayid, Mutawasith, rodhi’ itu bagus semua selama tetap mengamalkan apa ilmu yang dimiliki, orang itu kalau memiliki ilmu walaupun sedikit tetapi diamalkan itu lebih baik daripada banyak ilmu tapi tidak diamalkan, jangan berbangga dulu yang mendapat jayid dan mutawasith, siapa tau yang mendapat rodhi’ tapi dia telah mengamalkan ilmunya.”
“Imam Ghozali mengatakan “al-mar’u ‘ala ma yu’tada bih” orang itu sesuai dengan kebiasaannya, seperti halnya seseorang yang terbiasa mengamalkan ilmunya, maka ilmu akan menjadi gampang bagi dirinya. Begitu juga jika tidak diamalkan maka itu akan menjadi susah. Banyak orang mengatakan ilmu fikih itu lebih mudah daripada ilmu nahwu, padahal ilmu fikih itu adalah serigala berbulu domba, ilmu nahwu itu domba tapi berbulu serigala.
“Kelihatannya gampang ilmu fikih kalau didalami banyak cabang-cabangnya, ilmu nahwu pun kelihatannya susah, tapi ketika sudah dipahami, maka akan ditemukan kemudahannya, seperti almubtada’ marfuun, dari jurumiyah, tuhfatusaniyah, imrithi hingga Alfiyah maka semua hukumnya sama dibaca rofa’.” Terang beliau.