Lika Liku Alfinatun Nahdoh dalam Meraih Hafalan Terbaik Nadzom Alfiyah Ibnu Malik
Nadzom Alfiyah Ibnu Malik merupakan kurikulum wajib yang dihafalkan santri Madrasah Diniyah (Madin) Putri Al-Mahrusiyah, Nadzom berjumlah 1002 bait ini dihafalkan selama tiga tahun, ditingkatan Aliyah Madin. Nah tepat di kelas 3 Aliyah alias tamatan, akan diadakan festifal, dimana ketajaman menghafal 1002 Bait ini diadu dengan peserta pilihan dan rekomendasi. Sampai terpilihlah satu peserta terbaik melalui tes yang ketat.
Alfinatun Nahdoh, Santri asal Blitar menjadi peserta terbaik Festifal Alfiyah edisi tahun 2022 ini. Sekaligus membuat Putri kelahiran 01 April 2001 ini berhasil naik panggung kehormatan pada Haflah Akhirussanah yang lalu. Kemudian bagiamana perjuangan dan perjalanan dia dalam menghafal nadzom ini, mari kita simak interview dibawah ini:
Apa yang memotivasi anda untuk menjadi sang Best of The Best Festival Alfiyah?
Motivasi saya untuk menjadi the best itu karena yang menyemat (penghargaan) biasanya itu langsung beliau, jadi kalo bukan sekarang kapan lagi bisa desemat sama beliau dan salaman langsung sama beliau. Selain itu mustahiq (Gueu) saya sendiri itu juga seorang the best, jadi saya bisa termotivasi untuk mengikuti jejak beliau.
Siapa saja motivator yang membuat anda semangat dalam hafalan?
Ditanya siapa motivator pastinya orang tua. Soalnya kita belajar disini itu sudah dibiayai, jika kita tidak maksimal apa apresiasi kita untuk orang tua yang sudah bekerja keras demi kita bisa belajar disini.
Terus yang ke dua itu guru. Karena beliau yang tahu bagaimana perkembangan kita disini, pastinya ada harapan beliau untuk anak-anaknya. Kalo mau males, ada mustahiq yang tahu potensi kita, kaya misalnya “anak ini lho tanpa saya suruh ngelalar pasi sudah bakal ngelalar”. Jadi, kalo mau males itu malu sama husnudzonnya mustahiq.
Kapan mulai mempersiapkan hafalan dan proses yang dilalui selama menghafal?
Mulai persiapan hafalan sejak kelas satu saya mulai menyicil hafalan untuk kelas dua, jadi pas kelas dua saya bisa ngelalar hafalan kelas satu dan nambah hafalan untuk kelas tiga, juga saya itu lebih suka hafal duluan dari yang lain, intinya saya itu nggak mau kalo hafalannya bareng. Dan saya juga punya dua prinsip yaitu do’a bakal terkabul dan usaha tak pernah menghianati hasil.
Selain itu saya juga punya tuntutan al-qur’an, jadi memang sengaja saya ngedoll-in lebih awal (hafal tuntas lebih awal). Metode lalaran ala mustahiq saya juga saya terapkan yakni ngelalar tanpa nadzom entah itu pas lagi ngobrol, makan, atau jalan saya sempatkan untuk ngelalar. Dan target minimal saya ngelalar itu seribu dua bait perhari, ya kalau bisa diusahain untuk lebih.
Kemudian untuk kesulitan pasti ada, apa lagi saingan. Saingan itu berat dan wau bagi saya itu ketika kita bisa mengalahkan mereka yang pernah menghafal dan belajar. Untuk hasil itu hanyalah bonus yang penting usaha dan tawakal. Yang penting punya karep insyaallah pasti bakal kelakon.
Bagaimana pendapat Anda tentang orang-orang yang mengatakan kalo bait-bait nadzom alfiyah itu susah?
Kalau menurut saya susah atau enggaknya nadzom itu tergantung bagaimana kita mengelalar. Sesusah apapun nadzom jika kita sering melafalkanya pasti akan menjadi mudah dan terbiasa. Contohnya seperti nadzom imrity, Kesan pertama kali menghafal pasti susah, dan jika kita sudah sering lalaran dan hafalan pasti kita bakal tahu kalo ternyata nadzom imrity itu nadzom yang paling gampang dihafal. Intinya sering ngelalar.
Kesan dan pesan anda ketika menjadi Best of The Best Festival Alfiyah?
Kesannya nggak nyangka aja, karena dari lima peserta the best itu tiga peserta dari kelas saya semua dan dua lainnya dari Pondok Ngampel (Al-Mahrusiyah III). Juga ada satu saingan berat yang saya jadikan sebagai patokan. Apalagi pas waktu seleksi the best itu posisinya saya baru bangun tidur, enggak punya persiapan buat ngelalar plus maju pertama. Disitu saya merasa sudah banyak banget nadzom yang salah sedangkan saingan berat saya itu maju terakhir jadi punya kesempatan untuk ngelalar.
Selanjutnya, pesan saya apapun itu jangan pernah berpatokan pada hasil. Karena hasil itu mengarah pada pujian manusia. Dan yang dilihat Pengeran itu dari usaha kita, apakah kita mengeluh atau tidak. Dan yang terpenting jangan lupa usaha yang kedua tawakal. Karena hasil itu hanya sebagai bonus.
Waallahu A’lam