Hah? Lebaran? Liburan?
Setelah kita berperang hawa nafsu selama satu bulan penuh, hari kemenangan itu tiba. Lebaran menjadi titik awal kita menjadi manusia yang kembali fitrah, kembali bersih. Kita begitu bersusah payah mengabdikan diri totatlitas penuh penghambaan dalam Ramadhan, syawal datang membawa angin segar dari dahaga syukur kita.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqorah ayat 185).
Syawal menjadi permulaan yang baik untuk hal-hal baik yang akan mendatang. Ketaatan dan keistiqomahan dalam beribadah di bulan Ramadhan harus tetap berlanjut. Dikatakan oleh seorang Imam Khutbah sholat Ied yang mengutip dari perkataan Imam Abdullah Al-Hadad di salah satu karangannya, “Ramadhan adalah madrasah. Lalu, sebelas bulan setelahnya adalah proses penerapan dari apa yang sudah kita pelajari di bulan Ramadhan.” Jadi, Ramadhan merupakan bentuk dasar, bentuk penentu untuk langkah kita selanjutnya di bulan setelahnya. Lancar tidaknya, bagus tidaknya, taat tidaknya kita selama menjalani berbagai hal tergantung pada seberapa baiknya kita dalam bulan Ramadhan.
Sedikitnya ada beberapa pelajaran yang bisa kita dapat dari madrasah di bulan Ramadhan yang meliputi 3 aspek; jasmani, rohani, dan sosial.
Jasmani, puasa tentu mengharuskan kita menahan lapar dahaga semenjak subuh sampai maghrib. Tentu banyak manfaat dari kosongnya perut, menahan masuknya makanan ke dalam perut yang telah diakui oleh dokter. Salah satunya hal mudah yang dapat kita temui dari manfaat berpuasa ialah diistirahatkannya sistem pencernaan kita dari segala makanan dan minuman.
Rohani, tentu dari sekian banyaknya waktu yang disediakan Allah untuk kita dalam mengisi bulan Ramadhan adalah ibadah. Seluruhnya, Allah tanpa kenal pandang memberikan segala rahmat, nikmat, ampunan, dan ganjarannya yang tak terbilang. Salah satu sisi tarbiyah rohani yang bisa kita dapat dari Ramadhan ialah, seperti loyalitas kita pada Allah akan iman kita. Bisa saja kita berkata berpuasa dengan didukung pasi wajah kita, tapi yang tau akan puasanya hanya ia dan Allah. Ia langsung yang akan mempertanggung jawabkannya dengan Allah.
Sosial, aspek ini bisa dipastikan juga memiliki banyak cakupan. Ramadhan seolah tak pernah habis akan pemberian materi tarbiyah dalam aspek sosial ini. Kita tentu sering kali akan berbagai kegiatan sosial dalam mengisi bulan Ramadhan. Kita melakukan bagi-bagi takjil, berbuka dan sahur bersama, juga dengan berbagai sedekah dan ucap senyum sosial lainnya. Tak lain dan tak bukan, tentu kita ingin berbagi kebahagian di bulan Ramadhan.
Dengan itu semua, dengan segala banyaknya yang telah kita dapat dari madrasah Ramadhan, kita bisa melewati bulan-bulan berikutnya dengan penuh optimis dan istiqomah. Termasuk dengan bulan syawal ini. Dan tentunya lebaran adalah momen yang dinanti, momen suka cita. Banyak dari kita yang berpulang kampung untuk luap rindu sanak saudara. Tak terkecuali juga untuk mereka yang tidak punya kampung, masih ada teman, tetangga, atau ayang yang juga butuh thr. Hehe. Tak punya kampung bukan berarti tak punya keluarga, kan? Jangan sedih di hari senang!
Tak mengecualikan juga akan liburan. Di kalender, tentu hari raya lebaran akan bewarna merah tanda libur. Kantor-kantor, sekolah-sekolah pun sama. Bedanya hanya tentang panjang-pendek, lama-sebentarnya merah itu. Tapi, pastinya, kita semua butuh liburan di hari lebaran. Kita semua butuh healing dan Allah tidak melarang itu. Selama tidak bertujuan maksiat dan pakai dana yang halal, tak apa. Silahkan. Emangnya orang itu, kok bisa-bisanya bolak-balik treveling luar negeri pakai duit rakyat? Lah? Mentang-mentang wakil rakyat, liburan juga ikut-ikut diwakilin. Emang gitu?
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Muluk ayat 15).
Liburanlah! Lebaran memang momen liburan. Berpuasa aja ada berbukanya, tentu sibuk kegiatan kita juga harus ada rehatnya. Berikan apresiasi pada penat diri kita sendiri dengan liburan. Karena bukannya dengan senang dan tenangnya hati juga akan berdampak pada senang dan tenangnya kegiatan kita? Ibadah kita? Penghidupan kita?
Asal yang perlu digaris bawahi di sini, jangan mentang-mentang lebaran adalah momen liburan, semua jadi ikut-ikut libur. To the point, ibadah jangan ikut-ikut libur.
“Kak, aku kan perempuan, pasti ada liburnya, dong?”
Iya juga sih, tapi maksudnya, semangat ibadahnya jangan ikut libur.
Ah elah, gitu aja nggak paham kamu mah!