Rangkuman Acara Manaqib dan Haul Akbar Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo
Pers Mahrusy-Kediri, gerimis air hujan tidak menghentikan langkah santri Al-Mahrusiyah menuju aula muktamar demi mengikuti kegiatan yang telah mereka tunggu-tunggu tiga tahun lamanya. Kamis (26/05) semakin derasnya guyuran air hujan, sedikitpun tidak dapat menyurutkan semangat para santri untuk berpatisipasi dan ngalap barokah dalam acara haul masyayikh malam ini. Suara istighosah melantun dengan Khidmad, menyambut kedatangan para jama’ah.
Acara dimulai tepat pukul 19.30 WIB diawali dengan istighosah dan dilanjutkan dengan pembacaan manaqib Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani serta maulid ad- diba’i.
Usai melaksanakan pembacaan manaqib serta diba’ acara dilanjutkan dengan sambutan oleh KH. Melvin Zainul Asyiqien, beliau menuturkan alasan mengapa kita membaca manaqib. Habib Hasan Al-Athos ngendikan
“Sopo wonge sing nulis ceritane para wali, maka ia telah menghidupkan wali tersebut. Siapa yang mersani namanya para wali ing kitab manaqib, itu seperti halnya dengan sambang atau ziaroh para wali. Walaupun kita disini dan maqbarohnya di Baghdad”
Sebab itulah kita kembali melaksanakan pembacaan manaqib Syekih Abdul Qadir Al-Jailani dalam rangka haul masyayikh Lirboyo yang sempat terhenti tiga tahun lamanya sebab maraknya virus covid19. Setelah Gus Iing menutup sambutannya acara diteruskan dengan mauidzhoh hasanah oleh Habib Haidar Al- Idrus, Surabaya. Beliau mengingatkan kita pada nasihat Murobbirruhina Almaghfurllah Yai Abdul Karim
“Manusia-manusia yang alim atau orang-orang yang memiliki ilmu kemudian ia mengamalkannya, dan sebisa mungkin ia menyebarluaskannya maka mereka adalah orang-orang yang dipanggil oleh Allah, serta dikenal malaikat dengan derajatnya yang mulia di sisi Allah.”
Mengapa Yai Abdul Karim selalu bernasihat “teruslah mengaji”?
Karena hanya ilmulah yang akan meninggikan derajat seseorang di hadapan Allah. Nasab dan harta tidak bernilai apa-apa di hadapan Allah. Nasihat diatas adalah nasihat yang paling beliau tekankan pada santri-santrinya. Menimba ilmu di Lirboyo merupakan sebuah kesempatan emas bagi para pencari ilmu seprti kita, karena Lirboyo merupakan salah satu lumbungnya ilmu yang sanadnya muttasil hingga ke Rosulullah SAW. Sebab itulah, hendaknya kita bersemangat semaksimal mungkin dalam menimba ilmu.
Sesungguhnya sesorang yang memiliki ilmu diiringi dengan riyadhoh, akan berbeda dengan orang yang memiliki ilmu tanpa riyadhoh. Orang yang menjaga keistiqomahannya dalam ketaatan pada allah, serta tidak berangan-angan menjadi kiai semasa sepuh, maka dengan sendirinya akan datang orang-orang mencarinya, karena ia memiliki apa yang dicintai Allah yaitu ilmu. Akan datang dengan sendirinya pula kebaikan dunia dan akhirat kepadanya.
Beliau juga berpesan kepada kita semua untuk tidak bermalas-malasan dalam menuntut ilmu, Habib Ali Al-Habsy pernah ngendikan
“Sesungguhnya aku akan menuntun kalian. Sesungguhnya ilmu itu sulit dan sangat mahal. Hendaknya orang yang menuntut ilmu itu bersemangat dan meninggalkan hal-hal kemalasan. Tidak akan bisa seseorang yang bermalas-malasan mendapatkan ilmu.”
Para masyayikh Lirboyo adalah orang-orang sholeh yang mana ketika menuntut ilmu mereka tau yang mereka cari adalah sesuatu yang sangat berharga, dan barang siapa yang tau bahwa yang ia cari adalah hal yg berharga, maka akan mudah baginya mengorbankan apapun untuk hal berharga tersebut. Ibarat kata seseorang akan rela menyelam mencari mutiara yang berada didasar lautan. Kenapa? Karena ia tau yang ia cari adalah sesuatu yang sangat berharga.
Ilmu merupakan sumber kebahagiaan, keluarga sakinah mawaddah disebabkan karena ilmu, serta segala kemuliaan lainnya semua disebabkan adanya ilmu. Orang yang berilmu akan dicari dan dibutuhkan oleh orang lain, ketika orang yang mencari menemukan apa yang ia cari, maka hal tersebut bagai mutiara baginya, karena ia membutuhkannya. Seperti itulah gambaran betapa mulianya ilmu.
Jadilah kalian sebagai orang yang tawadhu’ dan senang berkhidmah.
Terkadang ketika seorang santri pulang dengan ilmunya yang biasa-biasa saja, tetapi ternyata Allah memberikan keberkahan pada ilmu tersebut, nampak keberkahan ilmu tersebut dari pada yang lainnya. Ternyata sebabnya tidak lain adalah tawadhu’nya semasa mondok, senangnya Khidmah, senangnya membantu teman-temannya, senangnya membersihkan pondok, senangnya roan. Berapa banyak yang sebab khidmahnya Allah memberikan futuh kepada seseorang.
Dengan tawadhu’ dengan rendah hati apalagi kepada para guru dan masyayikh, sehingga disebutkan ketika salah seorang syekh dihadapan santri-santrinya ia mengatakan sesungguhnya sepeninggalku kelak yang akan mewarisi ilmuku, yang akan mewarisi sirr rahasiaku adalah santriku yang sekarang berada di kandang kambing. Santri tersebut setiap harinya selalu menyisihkan waktunya untuk berkhidmah kepada gurunya tersebut. memelihara kambing gurunya, membersihkan kotorannya, dan lain sebagainya.
Ternyata dengan ketawadhu’an dan Khidmah, santri tersebut memperoleh sirri rahasia ilmu gurunya tersebut dan mendapat futuh dari Allah.
Perlu kita ketahui bahwa Allah akan memberikan futuh ilmu yang bermanfaat pada orang-orang yang senang berkhidmah. Salah satu contoh bentuk ketawadhu’an, akhlaq dan adab kepada seorang guru yang telah dicontohkan oleh Kiai Ahmad Asrori Al-Ishaqi ialah dimana ketika semasa mondok beliau selalu datang pertama di kelas, membuka kitabnya dengan tangan kanan dan perlahan serta tidak meninggalkan kelas sebelum gurunya.
Semua contoh diatas menunjukan kepada kita bagamana cara memperoleh ilmu yang bermanfaat, hendaknya diiringi dengan adab, dan tawadhu’.
Carilah ilmu dengan adab
Ilmu ibarat air atau banjir tidak akan mengenai tempat-tempat yang tinggi, dimana ilmu tidak akan diperoleh orang-orang yang sombong kepada guru, teman, dan orang tua. Jika kita ingin memperoleh keberkahan dalam menuntut ilmu maka janganlah kita menyakiti orang tua, terutama ibu.
Empat atau lima tahun itu bukanlah waktu yang lama. Sebab itu jangan disia-siakan begitu saja dengan hal-hal yang tidak berfaedah dan dapat menghambat masuknya ilmu, jika tidak maka kita akan menyesal. Karena penyesalan selalu datang belakangan.
Marilah kita mengintropeksi diri memperbaiki diri, berusaha semaksimal mungkin, dan tidak menyianyiakan waktu. Kini segala kelelahan kita, segala pengorbanan, jauh dari orang tua, semua itu kan dibalas oleh Allah, dengan sesuatu yang lebih besar bahkan dengan istri yang sholihah dan cantik jelita. Maka janganlah kita sia-siakan semua kesempatan tersebut karena semua keberkahan dunia dan akhirat tergantung pada ridho masyayikh.
Semoga kita diakui sebagai santri beliau, wallohu a’lam.
Pewarta : – Alifia Azzahra M.
– Anisa Fitri Ulhusna