Terlepas dari nantinya perempuan akan memilih berperan sebagai apa dan siapa, terlepas dari bagaimana perempuan nantinya akan memilih menjadi ibu rumah tangga ataupun menjadi wanita karir, perempuan harus pintar. Berangkat dari perempuan yang pintar, bisa menghasilkan anak- anak yang berprestasi, anak-anak yang dididik dengan baik di dalam rumahnya oleh ibu sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang memilih untuk mendedikasikan dirinya di dalam rumah dan membangun rumah tangganya dengan baik, mendidik anak-anaknya dengan penuh semangat dan menghasilkan anak-anak yang berprestasi, itu merupakan sebuah prestasi tersendiri. Begitu pula diluar sana sebagian dari ibu-ibu memilih untuk menyisihkan waktunya di luar rumah untuk sedikit berkarir dalam rangka untuk mengaktualisasi diri atau dengan alasan lain yang memang menjadi prinsip ibu tersebut.
Wanita karir, apakah sama dengan wanita yang lainnya? Wanita karir ternyata sama dengan wanita-wanita yang memilih mengambil kemuliaan-kemuliaan yang ada didalam rumah mereka, karena perempuan sendiri ketika berkarir sudah sering dicontohkan oleh shohabiyat dizaman masa hidupnya Nabi Muhammad SAW. Bagaimana pandangan islam terkait perempuan yang memilih menyisihkan waktunya diluar rumah dan memilih untuk berkarir. QS Al Imron ayat 195 :
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ
فَاسْتَجَابَ pada akhirnya Allah SWT mengabulkan apa yang diminta, لَهُمْ رَبُّهُمْ kepada mereka, اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan, عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ jadi pekerjaan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang pekerja atau عَامِلٍ oleh seorang pekerja, عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى meskipun dia dari laki-laki ataupun perempuan.
Di ayat ini sudah tertera kesetaraan pahala yang dibalas oleh Allah untuk seseorang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan baik, baik dia laki-laki atau perempuan. dan bekerja dengan niat baik mencari ridho Allah Ta’ala, merupakan pekerjaan baik. Maka konsep perempuan ini termasuk dalam makna ayat tersebut.
Selanjutnya bisa kita lihat juga dalam Qs An Nisa ayat 124 :
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا
Didalam redaksi ayat tersebut juga disebutkan kesetaraan antara laki laki dan perempuan مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى, mau itu laki-laki atau perempuan ketika ia melakukan amal-amal sholih وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ . disalah satu tafsir disebutkan bahwa يَّعْمَلْ disini bisa termasuk a’malul qolbiyah, mau itu pekerjaan-pekerjaan hari seperti zikir, ataupun berbaik hati, atau pekerjaan badaniyah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tubuh, asal dia memang pekerjaan yang baik. Diisyaratkan, وَهُوَ مُؤْمِنٌ dia harus iman karena balasan pahala dari Allah SWT. Sedang orang kafir tidak mendapatkan balasan tersebut, orang-orang yang melakukan pekerjaan baik dan dia beriman, maka akan dimasukkan ke dalam surga. Ada juga didalam Surat An Nahl 97 :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ.
Redaksinya sedikit mirip, sama-sama melakukan amalan sholihah, melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan disyaratkan juga وَهُوَ مُؤْمِنٌ, balasannya adalah فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ maka akan diberikan kehidupan yang طَيِّبَةًۚ mau itu di dunia ataupun di akhirat. Ketiga ayat tersebut sudah cukup dijadikan sebagai dalil bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dimata Allah dalam melakukan hal-hal baik, dalam melakukan kegiatan-kegiatan baik. Mau itu secara hati atau badan, dan perempuan berkarir ketika dia meluruskan niat maka dia telah melakukan pekerjaan hati dan juga pekerjaan badannya sendiri. Keduanya sama-sama baik dan ini hanya pilihan. Peran yang dipilih oleh perempuan asal dia bahagia, niatnya tulus, maka keduanya sama-sama baik. Mau ibu kamu wanita karir atau ibu rumah tangga bukan suatu ajang untuk berperan lebih. Berperanlah perempuan dan berprestasilah di dalam peran tersebut !
Wallahu A’lam