Kabar gembira, sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan!
Sungguh anugerah yang besar bagi seorang hamba, jika ia kembali diberi kesempatan untuk menemui bulan suci Ramadhan. Bukan karena apa, Ramadhan selalu bisa memberi arti bahagia yang lebih. Selain karena besar dan banyaknya limpah ganjaran yang diberikan, juga soal nilai filosofis dan sosialis, bulan Ramadhan ini memang diperuntukkan untuk kita, umat Nabi Muhammad Saw!
رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَ شَعْبَانُ شَهْرِيْ وَ رَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي .
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan ummatku.”
Dengan menerima kenyataan itu, ada yang harus kita perlu tau dan perhatikan. Sebagaimana Ramadhan adalah tamu agung, kita harus bersiap untuk penyambutan. Di sisi lain pun, kita harus memantapkan diri untuk menerima oleh-oleh yang dibawa dan diberikan Ramadhan untuk kita: ganjaran dan segala cobaan hambatan.
Lalu, apa yang harus dipersiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang tinggal menghitung hari ini?
Dengan berkaca pada dalil di atas sebelumnya, kita bisa mempersiapkan diri dengan menjadikan bulan Rajab dan Sya’ban sebagai bekal menghadapi dan menjalani Ramadhan. Untuk memetik dan meraih oleh-oleh Ramadhan yang berupa ganjaran, perlunya kita untuk usaha pada ibadah-ibadah. Dengan perlunya pula kita untuk menjauhi-menjauhi segala cobaan hambatan yang menjadi oleh-oleh Ramadhan juga. Hal yang perlu kita persiapkan adalah mentalitas dan kualitas diri!
Kita bisa mempersiapkan mentalitas ibadah kita sejak Rajab dan Sya’ban. Perlu taunya kita, bahwa Rajab adalah bulannya sholat. Tapi bukan berarti kita sholat dan semangat hanya di bulan Rajab. Bukan seperti itu. Hal yang dimaksud adalah Rajab menjadi momen untuk memulai membangun mentalitas kita akan sholat sebagai ibadah. Karena apa? Karena Rajab adalah bulan yang pertama kalinya turun perintah sholat lewat kejadian isro dan mi’raj Nabi Muhammad Saw.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra ayat 1)
Dengan itu, mentalitas kita bisa dengan mudah dan siap untuk sholat maktubah, tarawih, witir, tahajud, taubat, dan sholat-sholat lainnya. Itu kenapa, Rajab disebut bulannya Allah. Karena sholat merupakan ibadah yang paling penting, ibadah kita selaku hamba pada Allah: Tuhan semesta alam.
Beralih ke bulan Sya’ban, perlu taunya kita, bahwa Sya’ban adalah bulannya sholawat. Karena bulan Sya’ban menjadi bulan yang pertama kali diturunkannya ayat sholawat.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab ayat 56)
Sebagaimana kita tau bahwa sholawat memiliki faidah yang luar biasa, bahkan dengan banyak sedikitnya dan panjang pendeknya lafal, atau bahkan baik buruknya niat, ganjaran tetap dilimpahkan untuk para pembaca sholawat. Apalagi jika dibaca di hari dan bulan terbaik: jum’at dan Ramadhan. Semua hal yang dikaitkan pada hal yang mulia, pasti akan terbawa mulia. Itu kenapa, Sya’ban disebut bulannya Nabi.
Maka jika mentalitas ibadah kita sudah terbentuk sedari Rajab dan Sya’ban, maka bisa dengan mudah dan siap kita untuk menghadapi dan menjalani bulan Ramadhan. Korelasi implementasi output yang terkonstruk: kualitas kita dan ibadah akan meningkat di bulan Ramadhan. Apalagi Ramadhan adalah bulan yang pertama kali diturunkannya Al-Qur’an. Sudah seharusnya kita memperbanyak membaca Al-Qur’an, juga ibadah lainnya.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah ayat 185)
Di sisi lain, Ramadhan adalah bulan puasa. Tapi, hal itu tidak semerta-merta kita kaget dengan puasa 1 bulan penuh. Bukannya kita pun sudah mempersiapkan mentalitas kita akan puasa ini di bulan Rajab dan Sya’ban dengan puasa-puasa sunah?
Selain mentalitas dan kualitas, juga ibadah dan cobaan, ada hal yang tidak boleh luput dan terlewat akan Ramadhan: lailatul qadr!
Tapi, untuk penjelasan istimewanya Ramadhan dan segala ruah limpah ganjarannya, juga soal keutamaan dan hebatnya lailatul qadr, bisa diurus nanti: di tulisan-tulisan lain, tulisan-tulisan yang akan datang!
Harapannya, semoga kita tetap diberi kesehatan dan kekuatan untuk istiqomah dalam ketaatan di bulan Ramadhan. Aamiin.