Jangan Mengabaikan Sowan
Sekitar empat tahun yang lalu, sewaktu saya dan tim sowan di ndalem Gus Reza, bersamaan ada ayah dan putranya sowan, kemudian si ayah mencurhatkan kondisi putranya yang mengalami sebuah problematika.
Lantas Gus Reza memberi berbagai nasihat, salah satu dawuh beliau menyayangkan si anak tadi yang jarang soan ke dzuriah pondok lagi. Padahal ia alumni, setelah itu Gus Reza berpesan untuk jangan memutus silaturahmi dengan pondok dan sesekali di usahakan soan kepada dzuriah.
Barangkali para pembaca apalagi alumuni Al-Mahrusiyah sering mendengarkan dawuh Gus Reza mengenai menjalin silaturahmi dengan dzuriah pondok, istilahnya menjaga ukhuwah ma’hadiyah, persaudaraan se Al-mamater Pondok.
Bagi kalangan pesantren, Sowan adalah tradisi wajib. Apalagi memasuki tahun ajaran baru.
Wali santri dan anaknya membanjiri ndalem sang Kiai untuk memasrahkan putranya sekaligus meminta do’a restu.
Bagi Alumni Soan adalah ‘ngecharge batin’ setelah sekian purnama tidak berjumpa dengan guru. Sekaligus menyambung tali silaturahmi antara murid dan guru.
Pada posisi ini pun sang alumni akan mendapat ilmu-ilmu baru yang bahkan tidak ia dapatkan selama mondok.
Bagi santri aktif, soan biasanya bertujuan untuk meminta pertimbangan dan doa restu terhadap hajatnya, bagi pengurus berfungsi semacam berkoordinasi mengenai jalannya roda pondok, serta teruntuk santri ndalem, bertujuan untuk melaporkan perkembangan ndalem yang dia emban.
Nah sayangnya beberapa kalangan acapkali ‘mengabaikan’ sowan. Ada sebagian alumni yang merasa tertimbun berbagai kesibukan lalu tidak sempat sowan. Ada juga wali santri yang berpikiran yang penting anaknya sudah di pondok, semua sudah baik-baik saja.
Padahal sowan bagi wali santri ini teramat penting, dengan sowan berarti ada kontrak dari tiga insan bahwa ketiganya sepakat untuk saling terikat,
Pertama, Kiai yang menafkahi bathiniyah dengan mendidik ilmu yang dibutuhkan si santri dan mengenalkannya kepada Illahi Robbi bahkan kiai juga turut menirakati.
Kedua, Wali Santri yang menafkahi kebutuhan dhohiriyah anak, mengirim uang, membayar SPP, serta bila sempat menirakati sang anak.
Terakhir si santri sendiri. Menimba ilmu dengan sungguh-sungguh. apabila salah satu unsur dari tiga diatas tidak jalan. Maka proses pencarian ilmu akan mengalami gangguan.
Nah, apa sih yang membuat kita untuk tidak mengabaikan soan?
Soan identik perjalanan dan usaha untuk berkunjung ke ndalem Kiai/ Ulama.
Nabi saw. bersabda
“من زار عالما فكانما زارني ومن صافح عالما فكأنما صا فحنى ، ومن جلس عالما فكانما جالسني في الدنيا ، ومن جالسني في الدنيا أجلسته معى يوم القيامة”
Artinya:
“Siapa yang mengunjungi orang alim maka ia seperti mengunjungi aku, siapa berjabat tangan kepada orang alim ia seperti berjabat tangan denganku, siapa duduk bersama orang alim maka ia seperti duduk denganku di dunia, dan siapa yang duduk bersama ku di dunia maka aku mendudukkannya pada hari kiamat bersamaku”.
Didalam soan itu kita akan bermuwajahah atau bertatap muka dengan ulama, dalam hal ini Nabi bersabda,
من نظر إلى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله تعالى من تلك النظرة ملكايستغفر له إلى يوم القيامة
Artinya: “Siapa memandang wajah orang alim dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya, maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya
sampai hari kiamat”
Kemudian kita akan mengutarakan persoalan atau permasalahan kita, disini Sayyidina Ali bin Abu Tahlib berkata: “Memandang wajah seorang alim adalah ibadah dan merupakan cahaya dalam pandangan serta cahaya di dalam hati. Kemudian apabila seorang alim itu duduk menggelar ilmu. maka baginya setiap satu persoalan dibuatkan satu gedung di surga, dan orang yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya juga memperoleh pahala yang sama”.
Lalu Bagaimana guru yang akan kita soani itu telah meninggal dunia? maka kita cukukpan dengan Menziarahinya, Sayyidina Ali Ngendikan, ”
قال رسول
الله ﷺ من زار عالما أي في قبره ثم قرأ عنده آية من كتاب الله أعطاه الله تعالى بعدد خطواته قصورا في الجنة وكان له بكل حرف قرأه على قبره قصر في الجنة من ذهب
Artinya dari Ali bin Abu Thalib ra. bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Orang yang mengunjungi kubur orang alim, lalu ia membacakan ayat-ayat dari Kitab Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala menjadikan padanya setiap jangkahnya satu gedung di surga, ia juga memperoleh pahala setiap huruf yang dibacanya di atas kuburnya itu satu gedung di surga dari emas”.
Soan memang banyak perjuangan, harus meluangkan uang, waktu dan tenaga. Namun keistimewaan yang didapat juga setara. Keistimewaan diatas pun belum di’kalkulasi’ lagi dengan keutamaan bersilaturahmi, karena soan juga bagian dari silaturahmi. sekian semoga bermanfaat. Wallohua’lam.
By: Elnahrowi