“Jas Biru untuk Bapak” Part 2
Bagian II
Sebelumnya..
“ Aku dari Jedhing Yum, kan lewat kantor.. terus aku disuruh buat manggil kamu!”. tungkas Kiki.
“Oalah gitu, yaudah makasih ya.. wis kamu duduk dulu, pasti capek abis lari-lari,”
Tanpa menunggu lama, Yumna langsung menuju Kantor memenuhi panggilan Ustadzah Lina, yang juga merupakan munawwib kelasnya.
tok-tok-tok
“Assalamu’alaikum..”
Dengan langkah gemetar, Yumna memberanikan diri menuju Kantor tempat Ustadzah Lina berada, meski sepanjang perjalanan dia hanya bisa menerka-menerka, sebenarnya apa yang terjadi? hingga dia dipanggil ke Kantor menemui Ustadzah Lina, sendirian pula.
Berjarak 5 langkah darinya berdiri, Yumna bisa melihat pintu berplitur coklat tersebut, sempat ragu tadinya mengucap salam, hingga tiba-tiba..
“Wa’alaikumsalam.. Monggo, silahkan masuk,” jawab seseorang didalam sana,
Yumna hanya bisa merapal sholawat, kala sorot mata tajam itu bisa menangkapnya, ya Ustadzah Lina yang sedari tadi menunggunya dari dalam dalam.
“Ngapunten Ustadzah.. Ini saya, Yumna.. apakah ada perlu Ustadzah memanggil saya kesini?”, tanya Yumna dengan sopan.
“Oh iya, sampean ini Yumna ya? “
“Iya Ustadzah.. benar saya Yumna..”
“Hmm.. Oke, sebelumnya maaf ya yum, saya hanya menyampaikan pesan dari pihak bendahara, perihal SPP kamu bulan kemarin belum lunas ya?”
Seperti di tampar palu godam, mendengar penuturan dari Ustadzah Munawwib-nya itu Yumna hanya bisa mendengar dengan pasrah, Yumna belum berhasil menghubungi Bapak dirumah, perihal Haflah Akhirussanah yang digelar 1 bulan lagi, dan Yumna sangat ingin Bapak dan Emak nya hadir, namun mengikuti keinginannya hanya akan membuat mereka kesusahan, belum lagi SPP Yumna ternyata bulan kemarin belum dibayar lunas.
“Hm.. Iya Ustadzah..” .
“Kira-Kira, Sampean bisa melunasi kapan Yum? Sekalian bulan ini juga.. soalnya menjadi syarat bisa lulus ujian Madrasah Diniyah.. “
Yumna diam, ia menunduk semakin dalam, siapa sangka hidupnya akan serumit ini? hidup hanya dengan Bapak dan Emaknya, yang tak lain adalah Pakdhe dan Budhe nya yang merawatnya dari kecil hingga sekarang. Yumna serba salah untuk hanya sekedar meminta keperluan dan kebutuhannya selama ini, dia terlalu mandiri sejak kecil, jika perihal kebutuhannya selama mondok dari 3 tahun berjalan ini.. dia tak mampu lagi, dia sudah sangat menyusahkan mereka berdua.
“Saya belum tahu Us.. Ngapunten, nanti saya telpon bapak dulu,,” Jawab Yumna dengan usahanya menahan air mata agar tidak jatuh.
“Secepatnya ya Yum,, seminggu lagi bisa kan?” Tanya Ustadzah Lina dengan hati-hati.
“InsyaAllah Us..”
“Yasudah.. kamu bisa kembali ke kelas, maaf ya mengganggu waktu kamu..”
“Iya Us, terimakasih.. Assalamu’alaikum..”
Dengan wajah lesu, Yumna menuju ke kelas dan berhasil disambut dengan teman-temannya, dia seperti tidak semangat kembali mengikuti pelajaran dikelas.. nampaknya kejadian baru saja yang menimpanya membuatnya berpikir lebih keras, bagaimana nasibnya kini? menjelang ujian dan dia belum bisa melunasi SPP yang ada didepan mata. Bagaimana nasib cerita Yumna selanjutnya? akankah dia bisa mengikuti ujian dan bisa merasakan kehadiran Emak dan Bapaknya dihari Akhirussanah nanti?
Bersambung..