Jihad Santri Versi Hari Ini.
“Jihad Santri Jayakan Negeri” sebuah slogan yang digaungkan pada edisi peringatan hari santri di tahun 2023 M/ 1445 H. Secara arti “Jihad Santri Jayakan Negeri” menegaskan perwujudan santri di zaman sekarang untuk terus berjihad, bukan dengan jihad angkat senjata, tetapi jihad dengan versi hari ini.
A. Jihad Intelektual
Santri sepatutnya untuk berperan aktif melawan ketertinggalan dan kebodohan serta mengawal kemajuan, punya andil di perkembangan dunia teknologi.
“Jihad santri secara kontekstual merupakan jihad intelektual, di mana santri adalah pribadi pejuang dalam melawan kebodohan dan ketertinggalan. Santri juga turut berjuang dan mengambil peran di era transformasi digital. Dengan berpegangan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, mereka memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya. Mereka juga ikut mengisi ruang-ruang digital untuk penguatan literasi keagamaan yang moderat berdasarkan prinsip Islam rahmatan lil alamin,” Ungkap Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas pada saat Launching Logo dan Tema Hari Santri 2023.
Maka dari itu, untuk menguatkan tingkat keintelektualan perlu adanya ilmu yang dikuasai, sebab ilmu menjadi pondasi yang kokoh agar santri bisa turut menyumbang sumbangsih pemikirannya, baik dibidang pendidikan, sosial, kesehatan juga teknologi, Imam Syafi’I RA Berkata:
ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَﻫُﻤَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ
“Barangsiapa yang menginginkan kebahagian di dunia hendaklah dengan ilmu dan jika ingin kebahagian di akhirat juga dengan ilmu, lantas ingin berbahagia di keduanya maka juga dengan ilmu.”
B. Jihad Ekonomi
Selain Jihad Intelektual, Santri diharapkan juga berjihad di bidang politik, bukan ikut politik praktis ataupun politik identitas, tetapi selalu mengutamakan politik kebangsaan, menjadi pengawal dan teladan dalam berdemokrasi, seiras dengan maqolah yang diungkapkan Oleh KH. Mahrus Aly,
مَنْ لَمْ يَعْرِف الِسيَا سَةْ أَكالتْهُ الِسيَا سَةْ
“Siapa yang tak paham politik
Maka akan digilas oleh politik”
Lebih tegas lagi, KH. MA. Sahal Mahfudh mengatakan, “Kepedulian NU dan santri terhadap politik diwujudkan dalam peran politik tingkat tinggi (High Politics), yakni politik kebangsaan, kerakyatan dan etika berpolitik.”
C. Jihad Politik
Kemudian jihad ekonomi, berusaha semaksimal mungkin mewujudkan kemandirian ekonomi dan tidak selalu bergantungan dengan pihak lain, mengingat Negara Indonesia adalah Bangsa yang besar, santri harus turut serta dalam rangka kemajuan dan kemandirian ekonomi negeri. Sebab, jika negeri yang kita cintai ini terlalu bergantung dengan bangsa dan investor asing, maka bisa saja, negara mudah dikendalikan oleh pihak lain serta tidak dapat menentukan arah masa depan bangsanya.
“Orang Islam harus bisa mandiri dalam memenuhi segala kebutuhannya, bahkan untuk sekedar produksi jarum, agar terhindar dari ketergantungan kepada bangsa lain.” Dawuhnya KH. Sai’id Ridwan dalam Kitabnya ad-Difa’ ‘an al-Wathon. Sementara itu, Ibnu Khaldun membeberkan masalah ini dalam sebuah pendapatnya, yaitu, “Jika suatu bangsa sudah berada dalam kekuasaan bangsa lain (ketergantungan), niscaya ia akan menjadi budak tersebut dan hingga tinggal menunggu waktunya untuk binasa. Dengan demikian, kondisi seperti ini akan menyempitkan ruang gerak bangsa itu sendiri serta cita-cita untuk mandiri dan bangkit dan sirna.” (Muqodimah Ibnu Khaldun).
Terakhir, mari kita jadikan gelora, teladan dan perjuangan dibalik Hari Santri sebagai bentuk pelecut semangat bertholabul ilmi, memajukan serta memberikan kemaslahatan bagi Agama, Nusa dan Bangsa.
Sekian, Wallahu A’lam.