Kapan Kembali Sosok Pusaka Negara?
“Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baik pula negaranya, dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya ”
Sebagai pelajar tentu kita akrab dengan maqolah di atas. Wanita memiliki peran penting sebagai pondasi utama merdekanya sebuah bangsa. Sebab itulah, edukasi sangat diperlukan bagi kaum perempuan. Berbincang-bincang terkait edukasi saya teringat dengan tokoh emansipasi wanita, yang mana berkat jasa-jasanya kini dunia tidak lagi memandang sebelah mata kaum hawa. Siapa lagi kalau bukan Raden Ajeng Kartini, sosok yang telah mengubah kacamata dunia dalam cara pandangnya terhadap wanita.
Jika dilihat dari kedudukannya sebagai madrasatul ula tentu pendidikan kaum hawa sangatlah diperlukan. Seorang anak pasti membutuhkan figure The Best Mother untuk menyongsong perkembangan diri, perilaku, serta pengetahuannya. Untuk menjadi sosok The Best Mother tentu perlu didasari dengan pendidikan dan dihiasi dengan akhlaq yang berbintang serta adab yang sopan.
Beliau Ibu Nyai Hj. Zakiyyah Miskiyah Imam Al-Ishaqi, istri tercinta sang tauladani KH. Imam Yahya Mahrus Bin Mahrus Aly. Sosok yang sering kali kita jadikan panutan dalam belajar dan berperilaku. Seorang public figure The Best Mother, tidak hanya bagi putra-putrinya tapi juga bagi ribuan umat dan santrinya.
Dengan latar belakang kuat pendidikan pesantren, beliau berhasil mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang hebat. Walaupun dengan background salafi yang sering kali dianggap kolot atau ndeso namun beliau mampu menjadikan anaknya pandai beragama, berakhlak atau manis adabnya.
Itu karena beliau turun langsung mengajarkan ilmu agama, akhlaq, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Meski didikannya kental dengan kutubussalaf bukan berarti tak menerima modernisasi, beliau tetap meraup perkembangan teknologi besertaan proses ketelitian seleksi dari lini baik hingga aib.
Terbukti dengan pencapain putra sulungnya, yang biasa disapa Gus Reza. Dibalik gagahnya ia diatas panggung, beliau juga selalu menyempatkan melanjutkan titah KH. Imam Yahya Mahrus, mengurusi pondok pesantren sekaligus menjabat Rektor di kampus tertua di Kediri, Institut Agama Islam Tribakti (IAIT).
“Wanita hebat melahirkan generasi yang hebat pula”
Wanita zaman dahulu tentu berbeda dengan wanita zaman sekarang, jika wanita zaman dahulu bisa melahirkan generasi hebat seperti Gus Reza sang pendakwah dunia, Gus Dur sang pemimpin bangsa Indonesia, kemudian ada Bapak Dahlan Iskan seorang menteri BUMN yang kisahnya sempat diangkat dalam film Sepatu Dahlan dan beberapa tokoh lainnya. Mereka semua lahir dari rahim yang berbeda-beda tetapi memiliki kualitas dan predikat yang sama yaitu The Best Mother.
Apa kabar para wanita milenial? Masihkah dengan karakter yang sama di zaman Hasri Ainun Habibie? Lahir di zaman milenial seharusnya menyadarkan kita untuk meningkatkan kualitas diri, karena kita hadir dimana fasilitas pendidikan telah tercukupi. Dilansir dari laman suara.com generasi milenial dianggap sebagai generasi yang terdidik dengan optimisme yang tinggi. Apakah itu nyata?
Mari kita lihat di lingkungan sekitar, banyak remaja khususnya kaum wanita yang salah pergaulan. Saat ini sering muncul remaja Indonesia terjerat dalam kasus narkoba, hingga mengidap penyakit HIV atau AIDS. Selain itu, tidak sedikit remaja zaman sekarang yang hamil diluar nikah. Bahkan dilansir dari laman kompas.com, dikatakan setiap 30 menit di Indonesia terdapat dua kasus kekerasan seksual. Jika seperti ini masih adakah generasi hebat seperti tokoh-tokoh diatas?
Apa kabar kaum hawa? Indonesia membutuhlan sosok terbaik dari kalian sebagai upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Apa jadinya bila Indonesia dipimpin oleh generasi Z yg salah? Bukan Z yang berarti milenial dengan kualitas pendidikan terbaik dan optimisme yang tinggi, melainkan Z yang berarti Zero atau Zonk. Akankah kemerdekaan Indonesia bertahan atau justru kembali ke zaman penjajahan sebab kebodohan? Kita lihat sepuluh hingga lima belas tahun kedepan, ketika generasi yang katanya millenial menjadi pemimpin.
Wanita milenial, sudah bosankah kalian menjadi ibu dari orang-orang hebat? Wallahu A’lam.