web analytics
AD PLACEMENT

Karya NU yang Sebenarnya

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:2 Minute, 39 Second

Membela negara sama artinya dengan membela kemanusiaan. Tak terhitung berapa jumlah nyawa yang sudah diselamatkan sehingga generasi penerusnya bisa hidup dengan rasa nyaman dan aman. Ini merupakan salah satu wujud pengorbanan para pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan meski keringat dan darah bercucuran. Para Pahlawan ini paham betul betapa mahalnya nilai sebuah nyawa dan kemanusiaan.

Bayangkan, saat itu posisi negara sedang berada di bawah cengkeraman bangsa lain. Saat itu juga nilai kemanusiaannya sedang dijajah dan jatuh terpuruk. Kebebasan hidupnya terenggut dan martabatnya diinjak-injak. Seakan mereka menjadi budak orang lain di rumahnya sendiri.

Namun, apa kabar generasi penerus yang malah meragukan arti kemerdekaan? Mereka yang dengan tega melontarkan pertanyaan “Haruskah membela negara?” atau pertanyaan “Haruskah mempertahankan tanah air?”

Jika para penerus bangsa ini mau memahami getirnya merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, tentu pertanyaan tersebut tidak akan pernah keluar dari siapapun yang bertanah air dan bertumpah darah Indonesia. Tak bisakah kita bayangkan betapa tersinggungnya para pahlawan yang telah berjuang namun setiap tetesan darahnya tidak dihargai dengan pantas?

AD PLACEMENT
Peristiwa 10 November 1945
Peristiwa 10 November 1945

Setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, ternyata Indonesia belum memperoleh pengakuan kemerdekaannya dari satupun negara di dunia. Dan tak lama setelah itu, Belanda kembali datang dengan maksud mengoyak kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, terjadilah peristiwa 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

Peristiwa yang terjadi di Surabaya ini menewaskan puluhan ribu penduduk Indonesia. Banyaknya korban ini diangggap wajar sebab perlawanan ini lebih tepat disebut sebagai tindakan nekat dengan jarak dekat. Kelengkapan alat perang nan modern penjajah sama sekali tidak membuat gentar pejuang Indonesia yang kebanyakan hanya bersenjatakan senapan ringan, tombak, panah, keris, dan bambu runcing. Dalam kurun waktu 100 hari, pejuang Surabaya tak pernah berhenti memberi perlawanan sehingga pihak lawan pun tak betah dan akhirnya menyerah.

Perlawanan penduduk Surabaya dikobari semangat kepahlawanan, yang salah satu sumber utamanya adalah Fatwa jihad fi sabilillah yang diserukan Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tanggal 22 Oktober 1945 (yang kemudian diperingati sebagai Hari Santri Nasional).

Dalam fatwa tersebut, Beliau menyatakan bahwa fardlu ‘ain hukumnya bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius masafatul qashri dari Surabaya untuk ikut turun melawan dan mengusir penjajah dalam rangka mempertahankan kemerdekaan NKRI.

AD PLACEMENT

Jargon “hidup mulia atau mati syahid” benar-benar menancap di hati dan menjadi ruh semangat perjuangan para pahlawan pada peristiwa 78 tahun silam. Lantas, bagaimana bisa pasukan Indonesia begitu gigih, dan dari manakah motivasi perlawanannya?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, Emha Ainun Najib memberikan penggambarannya dalam sebuah ungkapan;

“Ibarat anak panah, Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Hadratusysyaikh K.H. Hasyim Asy’ari merupakan busur bagi munculnya pertempuran 10 November 1945. Kalau peristiwa 10 November 1945 itu adalah rudal, maka hulu ledaknya ialah Resolusi Jihad. Peristiwa pertempuran di Surabaya itu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu akhirnya dikenang sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran itu betul-betul murni merupakan karya NU yang sebenarnya.”

Para Ulama’ terdahulu yang kedalaman ilmu syari’atnya tak perlu diragukan lagi, adalah mereka yang justru dengan tegas mengambil tempat di garda terdepan dalam membela Indonesia. Jadi, bukan pertanyaan “Haruskah mempertahankan tanah air?” yang pantas terdengar. Tapi pertanyaan “Pantaskah kita dikatakan sebagai penerus yang baik?” yang harus kita angan-angan.

AD PLACEMENT

Wallahu a’lam.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Struggle

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bulan

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bulan

AD PLACEMENT