web analytics
AD PLACEMENT

Kenapa Harus Kitab Kuning?

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:3 Minute, 21 Second

Banyak sekali hal yang bisa dibahas dari santri dan pesantren. Begitu meluasnya, hingga kita tidak mampu mengarungi luasnya. Begitu mendalam, hingga kita tidak kuasa menyelami dalamnya. Berbagai sub pembahasan, sudut pandang, dan sisi lain, kita begitu tertarik dan penasaran akan moral, sejarah, habit, manfaat, kultur, dan berbagai sistem pendidikan yang terkonstruk.

Santri dan pesantren tidak lekat dari yang namanya kitab kuning. Ya, kitab kuning menjadi sarana santri dan pesantren untuk menuju pengetahuan itu. Menjadi bahan penngajaran. Mungkin tidak sedikit dari kebanyakan orang luar atau bahkan dari santri sendiri yang mempertanyakan: kenapa harus kitab kuning?

Di zaman yang sudah maju dan berkembang ini, di masa moderenisasi yang mana teknologi begitu dijunjung, kenapa santri dan pesantren tetap mempertahankan kitab kuning untuk dijadikan bahan pengajaran? Kitab kuning yang kesannya kuno dirasa tidak relevan dengan zaman sekarang yang begitu modernisasi. Kenapa?

Sebelum ke sana, apakah kita tau sejarah bagaimana santri dapat bersinggungan dengan kitab kuning? Sejak kapan dan karena apa?

AD PLACEMENT

Menurut Martin Van Bruinessen, seorang Antropolog Belanda mengatakan bahwasanya kitab kuning sudah dikenal sejak abad ke-16. Hal ini dilihat dari ditemukan kitab yang berasal dari Jawa, Arab dan Melayu ke Eropa. Salah satu kitab yang ditemukan oleh Martin Van Bruinessen adalah kitab al-Tamhid fi Bayan al-Tauhid karya Abu Syukur al-Kasyi al-Salimi. Memang banyak kitab-kitab yang mulai masuk, di antaranya kitab yang membahas tentang fiqh. Sedangkan untuk kitab yang berbahasa jawa, ada wejangan Syekh Barik atau yang terkenal dengan Kitab Sunan Bonang. Khusus kitab kuning yang ditulis dalam bahasa jawa, seringkali kita melihat rujukan di sana. Contohnya adalah kitab Ihya Ulum al-Din karangan Imam Ghazali.

Sedangkan menurut Prof. H. Azyumardi Azra, M.A., M.Phil., Ph.D., CBE., seorang Akademisi dan Cendekiawan Muslim Indonesia mengatakan bahwasanya kitab kuning masuk ke Indonesia di abad ke-17. Kitab-kitab tersebut masuk ke Indonesia karena dibawa santri jawa yang pernah belajar di Haramain saat pulang ke tanah air. Misalnya ada kitab Taqrib karya Abu Suja al-Isfahani (1196 M) atau ada juga al Muharrar karya Abu Qoshim al-Rafi’I (1226 M) dan kitab-kitab lainnya. Setidaknya di abad ke-17 ini pula lah, semakin banyak santri yang belajar ke tanah suci. Sepulang dari sana, lagi-lagi para santri membawa pulang kitab-kitab untuk dikaji dan ditransformasikan di tanah air. Tidak jarang dari mereka yang akhirnya menulis kitab yang merujuk pada kitab-kitab yang sudah mereka pelajari.

Lalu kembali ke pertanyaan awal: kenapa harus kitab kuning? Pertama, tentu dari mayoritas kitab kuning yang berisi huruf-huruf arab tanpa harokat yang sangat bermanfaat dalam penerapan ilmu gramatika arab, seperti fan nahwu dan shorof. Makanya dalam sistem pembelajaran santri ada yang namanya istilah maknai.

Kedua, ternyata warna kuning sangat bermanfaat bagi kesehatan santri. Menurut para ahli psikologi, warna kuning diyakini sebagai warna yang mengandung manfaat besar bagi otak manusia. Warna kuning selain berguna untuk mengaktifkan memori-memori otak, juga dapat membantu daya ingat manusia melalui indra penglihatannya. Warna kuning juga bermanfaat mengimpuls sinyal-sinyal timbulnya inspirasi dan memupuk sifat-sifat kebijaksanaan dalam diri seseorang. Dan yang paling penting, warna kuning juga mampu menguatkan daya konsentrasi otak melalui penglihatan seseorang.

AD PLACEMENT

Mengutip dari Florence Callender, mengatakan salah satu dari tiga alasan mengapa warna kuning penting dalam hal membaca dan menulis, “Yellow is a warm color that can stimulate the brain and increase alertness. This can be especially helpful for children who struggle with focus or attention, as the color yellow can help them feel more awake and alert during learning activities.”

“Kuning merupakan warna hangat yang dapat menstimulasi otak dan meningkatkan kewaspadaan. Hal ini terutama berguna bagi anak-anak yang kesulitan fokus atau memperhatikan, karena warna kuning dapat membantu mereka merasa lebih terjaga dan waspada selama kegiatan belajar.”

Dibanding warna putih, warna kuning itu lebih bermanfaat. Karena warna kuning itu membuat mata tidak mudah lelah saat membaca. Itu kenapa kita tau bahwa lampu belajar atau fitur mode baca di handphone kita itu berwarna kuning. Tentu tidak perlu dibahas berlebih tentang alasan kenapa kitab berwarna kuning. Dalam melakukan sesuatu, tentu kita harus memiliki dasar ilmu!

 

AD PLACEMENT

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bulan

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bulan

AD PLACEMENT