Ketika KH. Abdul Karim Tirakat Hanya Dengan Minum Kopi
Kata tirakat memiliki arti sebagai suatu jalan atau jalan yang dilalui, sedangkan jika dilihat dari keterangan KBBI mempunyai arti menahan nafsu, seperti berpuasa dan mencegah perkara-perkara yang enak. Imam Ghozali dalam masterpiecenya, Ihya Ulumuddin, dengan rinci mendefinisakan tirakat sebagai
وإنما السعادة كلها في أن يملك الرجل نفسه والشقاوة في أن تملكه
“Sesungguhnya semua kebahagiaan terletak pada orang yang mampu mengendalikan nafsunya, sedangkan kesengsaraan terletak pada orang yang dikuasai oleh nafsunya sendirinya.”
Jika ditinjau dari pengertian yang diutarakan oleh Imam Ghozali, tirakat merupakan salah satu cara bagaimana manusia agar menahan hal-hal enak yang berlebihan, sebab segala sesuatu yang berlebihan itu pasti juga memiliki dampak buruk. Seperti makan kebanyakan taik baik untuk kesehatan, jadi suka malas dan susah untuk berpikir. Dengan begitu, sebenarnya nilai-nilai tirakat itu mengandung dampak positif bagi kehidupan manusia.
Seperti yang dicontohkan pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, dalam Buku Pesantren Lirboyo: Sejarah, peristiwa, Fenomena dan Legenda, diceritakan bahwa beliau memiliki kebiasaan untuk tirakat. Salah satunya seperti kebiasaan beliau yang selama bertahun-tahun sehari hanya minum kopi, baru pada Hari Jum’at KH. Abdul Karim makan nasi. Itu pun hanya satu lepek (cawan).
Tidak hanya itu, kegiatan beliau seperti menghidupkan malam atau saharul lail juga menjadi keistiqomahan. Mengabiskan waktu malam untuk berdzikir, munajat kepada Allah, membaca Al-Qur’an, atau menelaah kitab. Serta masih banyak kebiasaan-kebiasaan beliau yang lain. Semoga bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Sekian, Wallahu A’lam.