web analytics

KH Anwar Iskandar; Segudang Kenang Tentang Pendiri Kampus, KH Mahrus.

KH Anwar Iskandar; Segudang Kenang Tentang Pendiri Kampus, KH Mahrus.
0 0
Read Time:3 Minute, 4 Second

KH Anwar Iskandar menjadi salah satu tamu undangan pada acara Tri Bakti bersholawat. Acara itu dilaksanakan pada kamis (22/09) malam di halaman belakang kampus. Selaku sebagai lulusan IAIT (Institut Agama Islam Tribakti) generasi awal, beliau tentu memiliki segudang kenang tentang kampus juga tentang pendirnya, KH Mahrus Aly.

Pada Mauizhohnya, beliau cerita banyak mulai dari sejarah kampus, menjadi mahasiswa Tribakti, juga kenagnya tentang Kiai Mahrus.

“Saya merupakan mahasiswa pertama yang masuk pada gelombang 2 di tahun 1967, tepat satu tahun dari berdirinya kampus di tahun 1967.”

“Dulu itu belajarnya nggak di sini (Kampus sekarang) tetapi berada di balai desa Bandar Lor. Dan kampus ini adalah wilayah rumah dari DR. Jauhar. Tetapi, DR. Jauhar ini terkena keterlibatan kasus dengan PKI yang mana namanya sudah tercantum merah di kantor polisi pada saat itu. Karena takut, DR. Jauhar ini sampai menjual murah rumahnya. Ini menjadi peluang bagi Kiai Mahrus untuk mencapai impiannya memiliki perguruan tinggi. Atas dukungan Wali Kota dan tokoh masyarakat sekitar, akhirnya rumah DR. Jauhar dibeli Kiai Mahrus.” Hadirin menyimak dengan seksama.

“Tapi, pada saat itu Kiai Mahrus tidak punya uang. Akhirnya kami, para mahasiswanya disuruh pulang dengan membawa surat list dari kampus yang berisi permohonan sumbangan. Dan kami pun pulang ke rumah masing-masing, begitu saya yang pulang ke Banyuwangi. Sampai akhirnya terbelilah rumah itu.”

Cerita beliau saat menjadi mahasiswa masih berlanjut,

““Benar, dulu kalau mau masuk sini (IAIT) harus bisa baca kitab. Dan dites oleh para Kiai, seperti Kiai Mahrus yang biasanya mengetes menggunakan kitab Tafsir Ibnu Katsir, Kiai Syafi’I Marzuki menggunakan kitab Fathul Wahab dan Fathul Muin, ada juga Kiai Imam biryani yang menggunakan kitab Ibnu Aqil. Kebetulan pada waktu itu saya kebagian Kiai Mahrus dan yang lebih kebetulannya lagi saya kebagian pada ayat yang sering saya ngaji. Dan saya lulus. Semenjak saat itu, saya menjadi dekat dengan Kiai Mahrus. Saya sering dipanggil oleh beliau. Bahkan saya pernah menggantikan beliau mengajar pada suatu waktu. Saya diantar oleh Kiai Halimi. Saya dan istri saya juga dinikahkan oleh Kiai Mahrus.”

“Dulu kampus ini merupakan daerah rawa, di pinggir itu. Tapi, saat kemarau dijadikan lapangan untuk kami berolah raga. Dan Kawasan rumah sakit ini ( Rumah Sakit Kilisuci) menjadi tempatnya orang-orang gila. Jadi saat kami olah raga yang menontoninya adalah orang-orang gila.” Senyum beliau.

”Kampus ini juga dulu belum ada mahasiswinya, hanya ada mahasiswanya saja. Awalnya, saat perkumpulan alumni dengan para petinggi kampus, para alumni sebenarnya sangat ingin untuk mengusulkan adanya mahasiswi, tapi mereka tidak berani. Hingga akhirnya saya memojokan mereka agar mau berbicara. Waktu itu kami berhadapan langsung dengan Kiai Mahrus. Saat pemikiran itu diusulkan, Kiai Mahrus bertanya ‘Tujuannya apa? (adanya mahasiswi di Tribakti?’ Saya (Kiai Anwar) menjawab, ‘Kalau Tribakti tidak menerima mahasiswi, maka nanti mereka akan ditampung oleh kampus lain dan menjadi kader mereka yang tidak Ahlusunnah Wal Jama’ah. Lalu setelah berjalannya waktu, mahasiswi dizinkan di kampus ini. jadi, para mahasiswi harus berterima kasih pada saya!” Ucap beliau yang disambut oleh teriakan mahasiswi.

“Kiai Mahrus menurut saya adalah Kiai yang multitalent yang aktif di segala bidang. Di pondok beliau mengajar ngaji, di luar pondok beliau berorganisasi. Beliau adalah sosok Kiai yang juga politisi dan negarawan. Beliau sangat pantas disebut pejuang.”

“Kalian tau Masjid di tengah itu (Masjid kampus yang dimaksud) itu adalah pemberian dari panglima kodam Brawijaya atas kebaikan Kiai Mahrus yang selalu memberikan dorongan dan masukan bagi para teman tantara dan polisi dalam melawan PKI. Itu adalah tanda keberhasilan beliau dalam bergaul dengan siapapun. Sekalipun dengan golongan tantara.”

Di akhir ucapan beliau, kami disuruh untuk menjadi mahasiswa yang diharapkan KH Mahrus, para sarjana yang tetap tidak meniggalkan ngaji. Pandai dalam ilmu agama.

Semoga kita mendapatkan ilmu yang manfaat barokah dan diakui menjadi santrinya KH Mahrus, amiin. Sekian.

 

***

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like