KH Imam Yahya dan Emansipasi Wanita
Sejauh yang saya dengar»
sedalam saya membaca
dan seluas saya memandang
Saya belum pernah mendengar
Yai Imam dawuh, ceramah atau memberi kajian mengenai emansipasi, kesetaraan Gender apalagi feminisme.
Namun yang kutahu, Yai Imam adalah seorang bapak bagi enam putra/ putri (dan ribuan santrinya) yang kesemuanya mendapatkan pendidikan setara. Seluruh putra-putri Yai Imam, disamping Mengenyam kental pendidikan pondok pesantren juga melahap ilmu-ilmu di pendidikan formal, selain itu juga pernah kuliah diluar negeri.
Gus Reza, Ning Etna, Gus Nabil, Gus Izzul dan Ning Ochi pernah belajar di Yaman.
Sedangkan Gus Melvin pernah mengenyam pendidikan di Madinah, belum cukup sampai situ, Putra-putri Yai Imam diataspun sekarang kesemuanya mengasuh Asrama santri.
– Gus Reza mengasuh Asrama Al-Miski (Putri Ngampel Barat).
– Gus Melvin Mengasuh asrama Al-Asyiqi (Putri Ngampel Timur)
– Ning Etna Mengasuh Asrama PP Al-Mahrusiyah II Muning.
– Gus Nabil Mengasuh Asrama Al-Qomariyah.
– Gus Izzul Mengasuh Asrama Ar-Roudloh.
– Ning Ochi Mengasuh Asrama Dar-Rosyidah.
Hal diatas menjadi wujud nyata bahwa Yai Imam tidak hanya fokus memberi pendidikan tinggi kepada putranya. Putri beliau juga diberi keluasan dan kesempatan untuk mengenyam pendidikan serta berkarir setinggi-tingginya
Yai Imam seolah mencontohkan secara langsung tentang feminisme, emansipasi dan kesetaraan gender yang sekarang didengungkan seantero jagad ini. Sikap Yai Imam juga wajib ditengok oleh kalangan-kalangan yang memojokkan pesantren, yang mengatakan pesantren mengekang hak-hak pendidikan perempuan.
Yai Imam tidak perlu berujar sana-sini untuk menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Selain Budaya transfer ilmu melalui gethok tular yang sudah mengakar dikalangan pesantren.
Dalam hal ini, Putra Yai Mahrus Ali ini memilih mengajarkan apa yang disabdakan Nabi, Ibda’ Binafsik. Memulai dari diri sendiri Dan perkara Ibda’ Binafsik biasanya membuat orang melirik berlanjut tertarik. Yai Imam mencontohkan dengan perilaku langsung. Wal Hasil sebagian besar santri Yai Imam yang telah memiliki putri banyak yang lanjut study ke pendidikan tinggi. Hal itu juga terbukti dengan jumlah santri Putra-Putri di Ponpes Al-Mahrusiyah hampir berimbang.
Pada akhirnya Keluarga besar Yai Imam pun tidak mempan bahkan tidak pernah diPojokkan mengenai isu-isu feminisme dan kesataraa gender. Karena tadi, Laki-laki dan perempuan di mata dan tangan Yai Imam dalam segi pendidikan setara , berimbang dan tiada kata dikotomi.
Sebagai santri konsep pendidikan Yai Imam ini, prayogi untuk kita ikuti. Wallohu a’lam.