web analytics

KH. Sahal Mahfudz, Ulama Cendekia dari Desa, Rajin Membaca dan Produktif Menulis

KH. Sahal Mahfudz, Ulama Cendekia dari Desa, Rajin Membaca dan Produktif Menulis
Gambar KH. Sahal
0 0
Read Time:3 Minute, 33 Second

Pada tahun 1910, di Desa Kajen Margoyoso Pati, KH. Mahfudz Salam mendirikan Pondok Pesantren Maslakul Huda. Ditahun yang sama pula KH. Abdul Karim mendirikan Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri. Kedua Pondok Pesantren ini tumbuh besar dengan memiliki ribuan santri. Tak hanya itu dua Pondok Pesantren ini selanjutnya melahirkan ulama-ulama kondang di Indonesia.

KH. Sahal Mahfudz adalah teladan ulama cendekia yang lahir dari keturunan KH. Mahfudz Salam, Kajen. Lalu KH. Abdul Karim Lirboyo, memiliki keturunan yang hebat pula, yaitu KH. Ahmad Idris Marzuki. Kedua pondok besar antara Maslakul Huda dan Pondok Lirboyo yang berdiri ditahun yang sama tadi, pada tahun 2014 sama-sama kehilangan Kiai Besarnya, benar saja, KH. Sahal Mahfudz dan KH. Ahamd Idris Marzuki wafat ditahun 2014. Beliau berdua kembali ke Haribaan-Nya sama-sama meninggalkan posisi sebagai Pengasuh Pondok Pesantren. Sebuah takdir yang telah digariskan oleh Nya.Namun dalam artikel ini, saya akan mengulas sejarah, kisah dan kiprah KH. Sahal Mahfudz terlebih dahulu.

Pendidikan

Ada pepatah berbunyi “macan akan melahirkan macan pula” pepatah ini berlaku juga pada sosok dari KH. Sahal Mahfudz, secara nasab beliau jika diruntut ke atas akan sampai pada Syekh. Mutamakin, waliyulloh yang terkenal sakti dari pati.

Kiai Sahal kecil lahir dari lingkungan desa jauh dari lingkungan perkotaan. Tepatnya pada 17 Desember 1937. Layaknya Ulama Nusantara lainya, Kiai Sahal Muda mendapatkan asupan pendidikan pertama dari kedua orang tua. Masa Ibtida’iyah dan Tsanawiyah pun tetap mengenyam pendidikan dari lingkungan keluarga, tepatnya di Madrasah Matholi’ul Falah, lulus pada tahun 1949 dan 1953. Baru setelah menginjak usia remaja Kiai Sahal Muda nyantri di Pondok Bendo Pare, kediri selesai pada 1957, lalu nyantri pada Kia Zubair di Pesantren Sarang hingga tahun 1960.

Setelah kenyang dengan ilmu pengetahuan dari Ulama Nusantara, selanjutnya Kiai Sahal berguru pada ulama Internasional, tepatnya nyantri di Makkah dibawah didikian Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani, bersama Syekh Yasin KH. sahal menghabiskan waktu tiga tahun.

Rajin Membaca dan Produktif Menulis

Meskipun lahir dari rahim pesantren, Kiai sahal tidak mendikotomikan pendidikan formal, beliau tidak membedakan ilmu agama maupun umum, buktinya beliau pernah menjalani kursus ilmu umum pada tahun 1951-1953, bahan bacaan beliau pun juga tak melulu kitab turats ulama salaf, buku-buku umum juga beliau baca, maka dalam pustaka Pribadi beliau mempunyai  ribuan buku maupun kitab.

Keterbukaan pemikiran beliau atau bahasa milenialnya open minded barangkali yang menjadikan Kiai Sahal bisa diterima di kalangan manapun, baik kalangan pesantren maupun pemerintahan, baik tokoh Kiai maupun tokoh Priyayi, baik borjuis maupunn proletar semua beliau rangkul.

Sejak nyantri Kiai sudah rajin berdiskusi dengan guru-gurunya, hasil diskusi ini yang kemudian beliau tuliskan, Kiai Zubair Sarang adalah salah satu Kiai yang sering menjadi lawan diskusi dari Kiai Sahal, beliau berdua sering mendiskusikan Kitab Ghoyatul Wushul, Kiai Zubair yang suka membuka perbincangan, dan Kiai Sahal sendiri sering menuliskan catatan (ta’liqat) hasil dari diskusi dengan gurunya ini. Saking dalamnya beliau mempelajari kitab karangan Syaikul islam Zakaria al-Ansori ini kelak beliau mensyarahinhya dengan nama Thariqat al-usul ila Ghoyah al-usul.

Kecerdasan dan produktivitas Kiai Sahal dalam menulis meskipun masih dalam tahap nyantri pun benar-benar berbeda dengan yang lainya, beliau Kiai Sahal bak ulama salaf dahulu berani mengomentari tulisan ulama lain, dan kali ini beliau sering mengomentari tulisan ulama kaliber Syekh. Yasin bin Isa Al-Fadani. Berhubung dahulu kala teknologi tak semasif zaman sekarang, beliau mengirimkan komentar-komentarnya melalui surat-menyurat terbentang jarak antara Nusantara-Saudi Arabia.

Siapa sangka, Syekh. Yasin menganggap serius komentar Kiai Sahal, maka setelah itu antara beliau sering berbalas surat, hal ini terjadi kurang lebih satu tahun setengah, puncaknya ketika Kiai Sahal menunaikan rukun islam yang ke-lima, setibanya di  Saudi Arabia sana Kiai Sahal langsung mendapat pelukan hangat dari Syekh Yasin. Kemudian dalam kesempatan inilah Kiai Sahal nyantri dan mondok di ndalem Syekh Yasin. Dari Syekh Yasin yang terkenal sebagai musnid dunya (memiliki banyak sanad) Kiai Sahal mendapat berbagai sanad kitab.

Senada dengan maqolah Imam Ghozali, jika kita lari dari dunia dan fokus ke akhirat, maka dunia dengan sendiri akan mengikuti. Begitu juga dengan karir Kiai Sahal Mahfudz, setelah berbagai ilmu agama beliau lahap, dengan sendiri karir beliau di dunia begitu melonjak, banyak berbagai pihak membutuhkan beliau, entah sebagai pengajar, sebagai pimpinan organisasi, sebagai penggerak ekonomi, sosial dan tetntunya sebagai pengasuh pondok pesantren sepeninggalan leluhur beliau.

Oleh: Elnahrowi

Sumber foto: laduni.id

About Post Author

elmahrusy16

Elmahrusy Media Merupakan Wadah literasi dan jurnalistik bagi santri, alumni dan pemerhati Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like