Khazanah23 Series; Makam Sunan Bonang.
Tuban, Pers Mahrusy.
(31/01) Selepas dari Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi, para peserta langsung menuju Makam Sunan Bonang. Karena masih Tuban, perjalanan tidak perlu menunggu waktu lama untuk sampai.
Bus parkir di parkiran yang sudah disediakan. Tapi, tempat itu masih jauh dari Makam Sunan Bonang. Jadi, para peserta harus naik becak lokal yang sudah disediakan. Untuk pemberangkatan, peserta putri terlebih dahulu, lali disusul peserta putra. Satu becak diisi oleh 2 orang penumpang. Pengemudi yang sudah handal, membuat jarak tempuh cepat sampai. Berangkat dihargai 15 ribu. Sesampainya di sana, tahlil dimulai dengan dipimpin oleh Gus Izzul dan do’anya dibacakan oleh Gus Reza.
Makam semakin larut, tetapi semangat mereka takan pernah surut. Gema tahlil tetap terdengar lantang penuh semangat. Sampai selesai bacaan dzikir tahlil tersebut. Untuk kembali ke bus, panitia menginstruksikan agar peserta putri wali songo untuk berangkat duluan. Lalu, disusul peserta putra wali songo. Dibedakan wali songo atau tidak, karena Makam Sunan Bonang adalah titik terakhir bagi adik Tsanawiyah dan SMP. Baik putra maupun putri. Jadi, panitia membebaskan mereka untuk berlama-lama dan berbelanja ria. Untuk orang tersayang. Untuk teman-teman di pondok.
Bagi kakak aliyah dan SMK yang meneruskan perjalanan khazanah Wali songo, harus kembali ke bus terlebih dahulu. Tentu dengan becak lokal tadi. Saat menaiki becak-becak lokal itu banyak hal menarik yang bisa ditemukan. Seperti, becak-becak itu layaknya seorang pembalap saat menarik penumpang. Saling menyelip. Saling mendahului. Apalagi jika becak mereka kosong. Becak itu tetap ngebut. Berebut penumpang. Lalu, hal menarik lainnya, Trak perjalanan becak itu akan melewati jalan raya dan pastinya persimpangan. Cara mereka untuk menlakson mobil atau motor di hadapan mereka dengan berteriak, “Hoop..Hoop..” Selain teriak itu berguna bagi dirinya dang dang kendaraan di depannya, teriak itu juga berguna bagi para becakers lainnya yang di belakang. Mereka jadi tau, bahwa ada kendaraan di depan mereka. Jadi, ngebut tetap aman.
Dan hal menarik lainnya adalah tentang tarif tarik becak itu. Bukannya apa-apa. Tarif itu berbeda antara tarif berangkat dan pulang. Lebih murah berangkat. Berangkat 15 ribu dan sedangkan pulangnya bertarif 20 ribu. Selain rasa menikmati perjalanan tenang kita dan Sepoi angin malam, tetap ada rasa penasaran dalam benak ini. Akhirnya saya tanya abang-abang becaknya. Katanya, kenapa tarif pulang lebih mahal dari pada tarif berangkat? Karena saat pulang medan traknya itu menanjak. Jadi, butuh tenaga ekstra. Makanya kenapa bisa lebih mahal. Jadi, jangan pada suudzon dulu mengenai tarif itu. Tanya.
Bagi para kakak-kakak aliyah dan SMK tetap harus melanjutkan perjalanan. Jarak tempuh yang cukup panjang harus digunakan untuk istirahat. Besok para peserta harus sampai Pati, Jawa Tengah. Tepatnya di Masjid Agung Baitunnur. Dadah adik-adik tsanawiyah dan SMP. Besok kalian sudah mulai aktif mengaji lagi. Haha.