Kick Off Satu Abad NU, Hadirkan Nuansa Harmoni, Kolaborasi Dan Inovasi
Pagelaran Kick Off Satu Abad NU Jatim telah digelar, bertempat di Tugu Pahlawan Surabaya, kamis (28/ 7)) malam. Berbagai pertunjukan menarik mewarnai kemeriahan malam itu, seperti penampilan Tupal Fashion Night oleh beberapa gawagis dan nawaning pondok pesantren di sekitar Jawa Timur, penampilan Seni Pencak Silat dari Pasukan Inti Pagar Nusa Jawa Timur dan lain-lain.
Kick Off Satu Abad lahirnya NU mengusung tema harmoni, kolaborasi, dan Inovasi. Hal ini tambah berkesan ketika tampilnya tokoh dan kiai terkemuka dalam membaca puisi, diantaranya Ketua Umum MUI Jawa Timur KH. M. Hasan Mutawakkil Allalah, Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar dan Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur, KH. Sa’ad Ibrahim.
Screen Tablet yang ditekan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan didampingi KH. Marzuqi Mustamar (Ketua PWNU Jatim), Agoes Ali Masyhuri (Wakil Ketua PWNU jatim), KH. Abdussalam Sochib (Ketua Panitia) dan Walikota Surabaya menandai dimulainya Acara Kick Off Satu Abad NU di Tugu Pahlawan Surabaya.
Ketua Panitia 1 Abad NU Jatim KH, Abdussalam Shohib mengatakan bahwasanya 100 tahun perjalanan NU merupakan pertanda dari perubahan. Perubahan gaya hidup serta sebagai pembaharuan mengenalkan islam.
”Kick-off ini awal dari peringatan Harlah Satu Abad NU. Rangkaian kegiatannya panjang hingga nanti puncaknya bertepatan pada 16 Rajab 1444 Hijriah karena NU lahir pada 16 Rajab 1344 Hijriah,” tambah KH Abdussalam Shohib,
Eri Cahyadi selaku Wali Kota Surabaya juga berkesempatan memberikan sambutan, ia berkata perihal Kota Surabaya tidak bisa lepas dari santri dan NU. Ini semua dikarenakan Kota Pahlawan telah menjadi saksi perjuangan NU melawan penjajah, ditambah Kantor pertama NU berada Di Surabaya.
“Pada malam ini saya mewakili seluruh warga Surabaya mengucapkan selamat datang kepada semua yang hadir memeriahkan kick off 1 1 Abad NU. Yang selalu diingat Surabaya tidak bisa lepas dari santri dan NU, Surabaya dan NU tidak bisa dipisahkan. Di 1 Abad NU semoga NU di Surabaya terus berkembang. Diseluruh sudut Surabaya kuat aswajanya,” Kata Bapak Heri.
Di penghujung acara Agus Ali Masyhuri memberikan refleksi dan doa’, beliau bertutur agar mengingat 2 Ulama’ Besar Indonesia. Menurutnya, ketika sebuah daerah sering menyebut orang sholeh maka akan turun sebuah rahmat, Gus Ali menuqil perkataan Imam Sughiyan Ibnu Uyaina, Guru dari salah satu ulama’ terkenal Syaikh Ahmad Bin Hambal
“Beliau punya tesis, jika menyebut orang-orang sholeh, turunlah rahmat,” Tutur Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Sholawat ini.
Dua Ulama’ Besar Indonesia itu, yakni Hadiratussyaikh KH Muhammad Kholil bin Abdul Latif Al Bangkalani dan Mbah Sholeh Darat Semarang, Ulama asal Mayong Jepara yang pindah ke Semarang. Dan kedua Ulama’ ini mampu mewariskan sanad keilmuan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Berkat Dua Ulama’ Besar ini lahirlah ulama’-ulama’ hebat Di Indonesia, seperti KH. Hasyim Asy’ari Pendiri Jam’iyyah NU, Pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang sekaligus sebagai Pahlawan Nasional. Ataupun KH. Abdul Karim, Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo yang sekarang santrinya sudah ribuan.
“Keduanya (Hadiratussyaikh KH Muhammad Kholil bin Abdul Latif Al Bangkalani dan Mbah Sholeh Darat Semarang) ini seumur dan mendalami Islam ke ulama-ulama hijjaz pada waktu itu. Sanad keilmuan ini membawa manfaat dan keberkahan. Kita bisa lihat bagaimana mbah Hasyim. Kita juga bisa lihat Abdul Karim, sampai saat ini Pondok Lirboyo dipercaya lebih dari 30 ribu santri lebih. Ini membawa manfaat dan berkah,” tegas Agus Ali..
Sebelum acara bubar sepenuhnya, terdapat sebuah hiburan berupa atraksi Barongsai dari Klenteng Boen Bio Kapasan, Surabaya.