Kilas Kewalian Syaikh Abdul Qodir Al-Jailany
Beliau, Syaikh Abdul Qodir al-Jailany adalah sosok yang sudah tak bisa dipungkiri lagi kewaliannya. Hampir sealam jagad islam tahu akan kewalian beliau. Dari 480 H hingga 561 H beliau menjalani kehidupan serta mengabdi penuh pada Allah SWT (Wali Ghous Teragung).
Terbukti, sejak kecil saja beliau sudah memiliki berbagai karamah. Ketika malam pertama pada Bulan Ramadhan beliau dilahirkan, lalu keesokannya dari munculnya fajar hingga waktu maghrib Syaikh Abdul Qodir tak mau sedikitpun untuk meminum susu dari ibunya. Hal ini pun diikuti oleh masyarakat sekitar, bilamana mereka ingin memulai puasa maka mereka melihat Syaikh Abdul Qodir, bilamana ingin berbuka maka mereka mencari berita bagaimana Syaikh Abdul Qodir.
Beranjak dewasa beliau semakin semangat dalam menuntut ilmu. Salah satu ilmu yang benar-benar ia geluti adalah ilmu toriqoh (tasawuf). Dalam hal ini beliau belajar toriqoh qodariyah pada Syaikh Abul Khoir Hammad bin Muslim ad-Dabas. Apabila diurutkan sanad keilmuannya maka Syaikh Abul Khoir Hammad bin Muslim ad-Dabas mendapat ilmu dari Syaikh Abu Bakar Assyyabili dari Syaikh Junaid dari Syaikh Sariy as-Saqotiy dari Syaikh Ma’ruf al-Karkhiy dari Syaikh ‘Ali Rida dari Syaikh Musa al-Kazim dari Sayyid Ja’far as-Sadiq dari sayyid Muhammad al-Baqir dari Sayyid Zainal Abidin dari Sayyidina Husain dari ‘Ali bin Abi Talib dari Nabi Muhammad SAW.
Setelah banyaknya ilmu yang ia dapatkan, tanpa segan ia untuk mengamalkan, bahkan sampai 25 tahun beliau mujahadah, tirakat, mengembara atau mengasingkan diri.
Beliau mengembara dengan hanya berpakaian jubah dan bulu, selembar kain sebagai tutup kepala, lalu ke hutan belantara dan tempat-tempat yang menakutkan tanpa memakai alas kaki, makan hanya dari buah-buahan temuan yang halal, seperti sayuran yang sudah dibuang ditempat sampah dan dedaunan dari pohon –pohon yang berada dipinggiran sungai.
Ketika mengembara, kejadian menarik datang pada Syaikh Abdul Qodir. Begitu sampai di Irak, Nabi Khidzir datang menemani Syaikh Abdul Qodir. Saat itu ia beliau belum kenal Nabi Khidzir, lalu Syaikh Abdul Qodir disuruh untuk tetap berada ditempat pertama kali Syaikh Abdul Qodir dan Nabi Khidzir bertemu, disitu diperintah untuk bertahan selama tiga tahun, nanti ia akan datang setahun sekali. Syaikh Abdul Qodir sungguh menurutinya, setahun pertama Syaikh Abdul Qodir hanya makan tidak minum, setahun kedua hanya minum tidak makan, dan setahun terakhir tidak makan, tidak minum dan tidak tidur. Beliau sangat patuh dan taat pada Nabi Khidzir.
Perjalanan Syaikh Abdul Qodir berhenti di Padepokan Kisra daerah Madain (bekas ibu kota kerajaan persia, ed). Disitu Syaikh Abdul Qodir mendapati peristiwa aneh yang benar-benar mengujinya. Ketika ia tidur, ia mimpi basah (keluar air mani) lalu pergi ke pinggir sungai, untuk mandi jinabat. Kemudian beliau tidur lagi, dan mimpi basah lagi, Syaikh Abdul Qodir langsung ke sungai untuk mandi jinabat. Begitu terus menerus mimpi basah dan mandi jinabat sebanyak 40 kali dalam semalam. Akhirnya Syaikh Abdul Qodir memutuskan untuk naik tembok agar tidak tidur, itu ia lakukan demi menjaga kesuciannya, oleh sebab itu ketika ia mimpi basah langsung mandi jinabat.
Syaikh Abdul Qodir memang sangat menjaga kesuciannya. Beliau setiap berhadas langsung berwudhu, kemudian mengerjakan ibadah solat dua rokaa’at. Beliau lakukan itu melebihi istiqomahnya pada umumnya manusia, sampai beliau bisa mencapai wasul ma’rifat billah dan mencapai kedudukan yang tinggi dihadapan Allah SWT.
Melalui karomahnya sejak ia dilahirkan sudah tidak diragukan lagi atas kewaliannya. Melalui taatnya pada Allah SWT., serta istiqomahnya dalam beribadah perlu dijadikan panutan setelah Baginda Agung Rasulullah SAW.
Wallahu’alam bishawab.
Oleh: Iwan Nur
Sumber gambar: hidayatullah.com