Gurune mempeng (bersungguh-sungguh dalam memberikan pelajaran), wong tuone mempeng (Orang tua bersungguh-sungguh memberi nafkah dan mendoakan), Anaknya juga mempeng (pribadinya sendiri semangat dalam mencari ilmu)” Dawuh KH. M. Anwar Manshur.
Ketika mencari ilmu 3 pribadi ini tidak bisa lepas dalam menunjang kesuksesan seseorang, satu saja terlena, maka akan susah untuk mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah.
Kita bisa belajar dari kisah KH. Mahrus Aly ketika berjuang tanpa pamrih dalam menggapai ilmu pengetahuan walau diuji dengan berbagai cobaan, apalagi jika sampai ada ketidaktegaan seorang ibu melihat anaknya ditempa ujian hidup ketika menuntut ilmu.
Tatkala KH. Mahrus Aly sering dimarahi kakaknya maupun gurunya ketika belajar, Ibunda KH. Mahrus Aly, Ibu Nyai Hasinah merasa keberatan, beliau sempat berkata, ”Rusydi (Panggilan Kecil KH. Mahrus Aly) jangan dimarahi terus. Anak itu kelak bisa mengaji sendiri.”
Pernah suatu saat, KH. Mahrus Aly meminta izin ibunya untuk berkelana ke pesantren lain, tapi sang ibu masih belum tega sebab Yai Mahrus baru saja menginjak usia akil balig. ”Kamu disini dulu bersama ibu, membantu ibu, tak lama lagi kamu akan bisa mengaji.” Tutur Ibu Nyai Hasinah.
Puncaknya terjadi ketika KH. Mahrus Aly pergi tidak pamitan dengan orang rumah, hal itu dikarenakan KH. Mahrus Aly kalah dari Haji Ma’shum ketika diuji pemahaman dan hafalan Alfiyah Ibnu Malik oleh Kiai Afifi.
Yai Mahrus pergi secara diam-diam dengan cara mengajak jalan-jalan Sya’roni, putra Kiai Mukhtar (Kakak Yai Mahrus) menggunakan sepeda merk ”Relight”, keduanya menuju Singaraja,Indramayu. Di tengah perjalanan, Sya’roni yang masih kecil itu diturunkan kemudian diberi uang untuk bekal pulang kembali ke rumah.
Sedangkan Yai Mahrus meneruskan perjalanan dengan bekal hasil dari menjual sepeda kakaknya. Mendengar kejadian ini, Bu Nyai Hasinah terpukul, beliau sangat sedih. Ia selalu mengkhawatirkan Dimana anak yang dicintai ini berada. Lantas beliau semakin kencang untuk memanjatkan doa kepada Allah maupun melakukan riyadhah demi keselamatan dan kesuksesan sang anak.
Beragam metode riyadhah juga beliau lakukan, seperti hanya memakan daun daunan yang dipetik dari belakang rumah, berharap agar kelak Yai Mahrus menjadi orang alim. Walhasil Haji Mahrus setelah berkelana menimba ilmu diberbagai pesantren, ketika beliau pulang ke kampung halaman tampak kewibawaan yang terpancar dari beliau. Semua kerabat maupun rekannya menaruh hormat kepadanya, ketika beliau ditanya perihal permasalahan selalu dijawab dengan tepat.
Apa yang dialami oleh KH. Mahrus Aly semata-mata karena anugrah Allah Swt, peran dari Bu Nyai Hasinah juga sangat berpengaruh, walaupun anaknya ketika berangkat mondok ke Kasingan tidak pamit, Sang Ibu tetap merestui dan bahkan senantiasa riyadhah demi keberhasilan anaknya dalam menuntut ilmu.