web analytics

Konten ‘selangakangan’ dan Pendapat Husyain Basyaiban

Konten ‘selangakangan’ dan Pendapat Husyain Basyaiban
Husyain Basyaiban saat menerangkan kepada Peserta Halaqah MPJ di IKHAC Mojokerto
0 0
Read Time:2 Minute, 57 Second

Saya teringat dua maklumat yang berupa larangan tegas terpampang di Serambi Masjid Lawang Songo Pondok Lirboyo, salah satunya berbunyi, ‘poro santri dilarang ngaos kitab ingkang dereng pangkatipun’ Santri dilarang mengaji kitab yang belum tingkatannya). Larangan ini di tandatangani KH Marzuki Dahlan dan KH Mahrus Aly.
Larangan ini agaknya perlu diperhatikan oleh “akun-akun Selangkangan” atau konten kreator yang menyajikan pengajian yang hanya menyodorkan konten dewasa saja. Yap, akhir-akhir ini di Medsos apalagi tiktok seringkali berselliweran kajian kitab kuning yang hanya membahas Bab Dewasa mengambil dari Kitab Qurotul Uyun dan Fathul Izar menjadi Primadona. Mereka merusak niat syiar dua ulama pengarang kitab diatas malah dikemas jadi konten ’syur’.
Entah apa niat mereka, benar-benar mengedukasi atau memacu birahi, benar-benar mencari manfaat atau memancing syahwat, benar-benar menebar ilmu Agama atau mencari Engagement belaka. Entah itu urusan dia dan Allah Swt. Lagian, postingan tentang bab dewasa tidaklah penting-penting amat, tidak terlalu dibutuhkan, alias manfaatnya kecil, dan mafsadahnya sangat besar. Padahal didalam Pesantren sangat diajarkan, “Dar’ul mafasid muqodimun ala Jalbil masolih”. yang berarti mencegah keburukan lebih didahulukan daripada membuat kebaikan.

Lalu dari mana keburukan dari Postingan-postingan yang mengandug dewasa dan selangkangan itu?

Pertama, Akan menjadi stigma buruk bagi orang awam, bahwa santri-santri seolah hanya mengaji Bab Mesum, ini seperti yang dijelaskan lora ucen sapaan Akrab Husyain Basyaiban  kepada saya disela-sela interview kemarin, “Sisi negatifnya orang awam yang tidak pernah mondok, orang yang tidak pernah dekat sama santri, akan menganggap ’oh santri mah mbahas selangkanngan mulu’ dan ini real saya dengar sendiri”. Jelas Pemilik 5 Juta Follower di Tiktok ini.
Bagi yang menganggap, ‘First impression’ itu penting bisa di bayangkan bagi orang awam, sekali ngaji online nemu konten Selangkanngan yang demikian, hemm…
Lora ucen juga mengajak upload konten yang tidak hanya Selangkangan saja, “Ayo bahas isu-isu yang lebih luas, kesetaraan gender, mbahas-mbahas akun sekuler itu, ayolah mbahas hal-hal yang selama ini kita kuasai sebagai santri, jangan sampai bahasan-bahasan ini dikuasai oleh orang-orang yang tidak pernah belajar agama” Tegasnya. Lora Ucen juga mencontohkan pada akunnya, bahwa untuk meraih FYP tidak harus dengan konten-konten dewasa. Bisa pula dengan ilmu lain yang dibungkus dengan menarik..

Kemudhoratan kedua ialah, semua orang yang melihat postingan itu belum tentu sudah berusia, medsos bak etalase raksasa yang menyediakan beragam konten. Tentu anak bau kencur dan santri baru pun berpotensi besar menikmati konten selangkangan itu. Betapa ngerinya santri yang harusnya masih belajar safinatusholah atau fasholatan langsung loncat di Kitab Fathul Izar. hal ini juga melanggar maklumat yang diberikan oleh dua tokoh Lirboyo yang saya sebutkan diatas.

Ketiga, konten-konten Selangkangan berpotensi besar menutup konten-konten yang benar-benar berisi kajian ilmiah, karena hakikatnya netizen menyukai konten yang menurut mereka enak, maka konten yang pembahasannya lebih bermanfaat bisa saja tenggelam, gegara konten selangkangan ini.

Maka, sebagai konten kreator ataupun para reuploader (kalau tidak boleh disebut penggosob karya orang lain), tiga hal diatas jadikanlah pertimbangan sebelum mengupload konten anda. Menghibur tidak harus denga konten ’syur’. Pikirlah dengan akal bahwa tidak segala hal itu tentang viral, bumbuilah medsos-medsos itu dengan hal-hal bermafaat luas, tidak hanya sebagai syahwat pemuas belaka. Jangan sampai cita pesantren menjadi buruk gara-gara mengeruk engagement.
Masih banyak sekali aspek-aspek kitab kuning yang perlu diajarkan kepada netizen. Ingatlah bahwa aktivitas kita di Medsos juga tercatat di buku harian malaikat. Bagi Netizen pun baiknya bisa pilah-pilih konten mana yang memang dibutuhkan, akan sangat lucu, niatnya mencari konten tentang tirakat eh malah ketemu konten yang memuat syahwat. Maka kebijaksanaan berbagai pihak sangat diperlukan dalam hal ini.
Wallohua’lam.

About Post Author

Elnahrowi

Santri Pondok Al-Mahrusiyah yang suka Menulis dan Berjurnalis. Asal dari Sragen Jawa Tengah
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like